Mohon tunggu...
Andi Ihsandi
Andi Ihsandi Mohon Tunggu... -

@andiihsandi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Inferiority Complex: Penyakit Akut Indonesia?

6 Agustus 2013   06:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:35 12928
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sesuai judul, hal yang bakal saya bahas di artikel ini adalah Inferiority Complex,  yang nampaknya sudah menyebar secara akut di berbagai kelas pada masyarakat Indonesia. Dari kelas bawah, menengah (-bawah/-atas) dan kalangan atas.

"Inferiority Complex itu apaan sih?"

Inferiority Complex adalah sebuah kondisi psikologis (tingkat alam bawah sadar), ketika suatu pihak merasa inferior/lemah/lebih rendah dibanding pihak lain, atau ketika ia merasa tidak mencukupi suatu standar dalam sebuah sistem. Kondisi kejiwaan ini biasanya berujung kepada kompensasi/pemujaan yang berlebihan pada suatu pencapaian atau tendensi untuk mencari pengakuan/apresiasi dari suatu pihak. Menurut penelitian, kondisi ini disebabkan notabene oleh kegagalan yang dialami secara pribadi atau kesuksesan luar biasa yang dicapai pihak lain. Nah, poin penyebab ini menarik perhatian saya. Nanti akan saya bahas lebih jauh.

"Terus, apa kaitannya dengan Warga Indonesia?"

Bertahun-tahun saya "ngalor-ngidul" di dunia Internet, saya tahu yang namanya Blog, Forum dan Social Network, fasilitas-fasilitas dimana setiap orang bisa berekspresi sesuka hati, didukung oleh "Freedom of Speech". Yang sekarang sedang ngetrend banget sih ya Facebook sama Twitter. Dulu ada Friendster dan sejenisnya. Untuk forum ada IndoWebster, Kaskus, dan lain lain. Blog ada Blogspot, Wordpress dan nggak lupa Kompasiana ini. (Tuh admin Kompasiana, udah saya promosiin.). Di dunia Internet ini, konten-konten apapun bisa kita dapatkan, termasuk konten dari luar negeri.

Nah, selama bertahun-tahun inilah, saya nyadar sesuatu. Saya sering banget lihat berita, postingan blog, tweet, status FB yang memberitahukan prestasi/kehebatan Indonesia. Entah itu juara Olimpiade atau ditemukannya ikan teri spesies baru di lautan Indonesia. Dan di bagian komentar selalu ada komentar dari orang-orang yang bangga akan berita tersebut. Dari yang komentarnya biasa aja sampai yang berkomentar berlebihan, mengutarakan kalau Indonesia ini negara terhebat di dunia, dan sebagainya. Nah "respon-respon" ini lah yang saya bahas. Simak kasus-kasus dibawah ini:

Kasus 1: Carilah video travel di YouTube untuk nyari tujuan liburan dalam negeri, dan pasti banyak bule yang meng-upload video rekaman mereka ketika mengunjungi Indonesia. Dan entah mengapa komentar-komentar yang membanjiri video tersebut selalu saja:

"Wow! Amazing, that's my country.. thank you for visiting Indonesia."

"Wow! You're very beautiful... I'm proud to be Indonesian" (Yang ini nyempilin rayuan ke si bule)

Indonesia is very good, you should come to my house! (Yang ini maksudnya apa coba?)

dan komentar komentar bangga lainnya.

Saya heran, kok harus bangga sampai sebegitunya? Apakah dengan mengaku sebagai orang Indonesia, si bule akan terkagum-kagum pada orang itu, cuman karena alam Indonesia yang bagus? Entah mengapa, mereka bangga menjadi orang Indonesia karena negaranya dikunjungi oleh bule.

Kasus 2: Carilah video pidato Barack Obama di White House, dan hampir 90% kemungkinan anda akan menemukan komentar ini:

"Hey you know that Obama lived in Jakarta, Indonesia?"

"Obama likes Sate, Bakso! I'm proud to be Indonesian."

"Obama is anak Menteng!" (Emangnya kenapa??)

dan komentar aneh lainnya.

Saya gagal untuk paham. Oke, Obama dulu pernah tinggal di Indonesia, dan suka makan sate. Lantas, apakah dengan menggembar-gemborkan fakta tersebut, nilai jual Indonesia akan naik? Apakah angka penjualan bakso dan sate akan naik? Apakah orang tersebut berharap akan dapat balesan dari si bule: "Ya Tuhan! Kamu orang Indonesia! Hebat banget ya!". Saya rasa hal kayak begitu tidak akan terjadi.

Kasus 3: Sebuah portal berita menuliskan bahwa Bali termasuk 10 tempat terbagus di dunia. Respon berikut selalu dapat anda temukan:

"Hey it's my country!"

"OMG I'm so proud to be Indonesian!"

Italia juga masuk dalam list itu, tapi saya tidak menemukan satupun orang Italia yang merasa bangga akan prestasi tersebut. Jelas dong, itu kan "prestasi" punya sang alam. Kenapa harus digembar-gemborkan sih?

Sebenarnya masih banyak hal-hal serupa, silahkan bongkar-bongkar situs berita. Ada berita semacam "Ternyata Film X melibatkan desainer/aktor asal Indonesia", atau ketika ada artis Hollywood yang bilang kalau Indonesia itu tujuan liburan favorit dia, atau lihat akun twitter @GNFI (yang menurut saya, selalu menggembar-gemborkan hal apapun yang berbau Indonesia). Orang desa maupun orang kota, komentar-komentarnya selalu sama: "Saya bangga jadi orang Indonesia.".

Respon-respon itu menurut saya cocok banget dengan gejala Inferiority Complex:

Kompensasi/pemujaan yang berlebihan pada suatu pencapaian atau tendensi untuk mencari pengakuan/apresiasi dari suatu pihak.”

Orang-orang ini, entah kenapa ingin sekali eksis atau diakui hebat oleh orang lain, karena mereka merasa, bangsa Indonesia itu nggak bisa apa-apa di level internasional. Sehingga ketika ada pihak (yang menurut mereka) superior memuji Indonesia, mereka akan merasa bangga luar biasa, karena mereka merasa telah “berprestasi”. Padahal apa kontribusi mereka? Nihil.

Di mata orang orang ini sepertinya prestasi/berita itu luar biasa, padahal di mata pihak luar, berita/prestasi itu cuma sekedar lewat. Kecuali prestasinya udah selevel Pak Habibie yang merevolusi industri penerbangan.

Pertanyaannya: Sudah sebegitu rendahnya-kah kepercayaan diri kita, sampai sampai buat merasa bangga jadi orang Indonesia saja harus mendompleng berita/prestasi orang lain buat menaikkan nilai jual bangsa Indonesia?

“Ah, itu sekedar mengekspresikan ke pihak luar, kalau kita negara yang ramah”

Yang harus diingat dalam hal ini, Inferiority Complex tidak sama dengan sifat rendah diri. Dan saya katakan lagi, Inferiority Complex ini ada di taraf alam-bawah-sadar. Rendah diri supaya tidak jadi orang yang angkuh jelas perlu, tapi saya rasa tidak perlu dengan menggembar-gemborkan suatu hal yang ujung-ujungnya malah berkesan norak/kampungan. Saya ngeri, kalo masalah ini nggak segera disadari, maka makin hari orang Indonesia akan merasa makin minder dan merasa makin inferior. Ujung-ujungnya jelek lagi. Makanya saya senang sekali akan banyaknya motivator di Indonesia, yang bisa memotivasi masyarakat bahwa siapapun bisa berprestasi dan harus bisa percaya diri tanpa harus mendompleng kehebatan pihak lain yang tidak ada hubungannya dengan diri mereka.

Bangga atas prestasi orang lain tentu boleh saja, asal tidak sampai memuja/mengapresiasi secara berlebihan yang ujung-ujungnya malah kelihatan norak. Teman saya yang bernama Raymond pernah menulis di Blog-nya:

"Fanatik dan bangga boleh, asal tidak bodoh."

Sebenarnya saya ingin membahas Inferiority Complex ini tidak hanya dalam konteks bernegara, tapi juga dalam beragama. Tapi akan saya post lain kali. Kalo ditulis disini nanti artikelnya kepanjangan dan ngebosenin, hehehe.

Oke, terimakasih banyak bagi yang sudah meluangkan waktu buat membaca. Kritik dan saran sangat diterima.

Email: andiihsandi@gmail.com

Twitter: @andiihsandi

Saya juga punya blog pribadi yang berisi cerita-cerita pribadi kehidupan saya, isinya lebih condong ke lucu-lucuan aja sih. Yang mau berkunjung, silahkan buka: Jurnal Dodol-Catatan Pelajar Ingusan di Negeri Orang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun