Pembangunan Nasional melalui bidang pendidikan bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Upaya pemerintah dalam memajukan pendidikan di Indonesia terus dilakukan secara berkesinambungan. Salah satunya adalah melakukan pembaharuan tentang tugas pokok kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah. Kepala sekolah merupakan kunci strategis dalam mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien karena bermutu tidaknya sekolah bergantung kepada kepala sekolah, bagaimana kepala sekolah melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pemimpin. Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan (Permendikbud) nomor 6 tahun 2018, menegaskan bahwa guru yang diangkat menjadi kepala sekolah bukan lagi sebagai tugas tambahan akan tetapi sebagai tugas pokok untuk memimpin dan mengelola setiap tingkat satuan pendidikan.
Konsep kepemimpinan melayani adalah pemberian pelayanan yang prima kepada seluruh warga sekolah, mengoptimalkan pemberdayaan dan pengembangan warga sekolah, dengan esensi adalah kepala sekolah melayani orang lain. Fokus dari kepemimpinan melayani adalah kinerja dan pertumbuhan serta dampak untuk kemajuan sekolah dan bagi masyarakat. Dengan kata lain guru yang diangkat menjadi kepala sekolah tidak sekedar menjabat sebagai pemimpin yang menguasai ilmu manajerial, kewirausahaan dan supervisi, melainkan kepala sekolah yang menguasai ilmu manajerial, kewirausahaan dan supervisi yang siap memberikan pelayan kepada guru, tenaga kependidikan, siswa, orang tua, masyarakat dan seluruh stakeholder yang terkait dengan pendidikan.
Kepala Sekolah sebagai pimpinan sekolah merupakan faktor penyumbang keberhasilan dalam upaya penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan pencitraan publik. Keberhasilan ini tidak terlepas dari kompetensi dan kemampuan dalam tugas, peran, dan fungsinya. Pemberian pelayanan yang prima kepada seluruh warga sekolah, mengoptimalkan pemberdayaan dan pengembangan warga sekolah, fokus pada kinerja dan pertumbuhan serta dampak untuk kemajuan sekolah dan bagi masyarakat, kepemimpinan ini disebut kepemimpinan melayani.
Melalui penelitian yang dilakukan oleh Andi Hermawan dkk, Â dihasilkan model penguatan kepemimpinan melayani yang berupa model konstelasi pengaruh antar variabel beserta model matematikanya. Dari model tersebut kemudian diturunkan hipotesis penelitian yang selanjutnya akan diuji menggunakan analisa jalur (path analisis) pada tahap penelitian kuantitatif. Penelitian diawali dengan mewawancarai informan yang dianggap kompeten dalam memberikan jawaban yang diharapkan. Selanjutnya dilakukan reduksi data, kodifikasi data, display data, analisis data, dan pengambilan kesimpulan. Penelitian dilaksanakan di SMK Swasta kabupaten Bogor pada periode Oktober sampai dengan Desember 2020.
Dari penelitian yang dilakukan dihasilkan beberapa veriabel yang diduga berpengaruh positif dan dominan terhadap kepemimpinan melayani, yakni kecerdasan adversitas, kepribadian proaktif, teamwork sebagai variabel eksogen, komitmen terhadap organisasi, dan motivasi kerja sebagai variabel intervening.
KAJIAN TEORI
1. Â Kepemimpinan Melayani
Dierendonck, menjelaskan bahwa Kepemimpinan melayani adalah perilaku pemimpin yang mengutamakan pelayanan, yaitu pelayanan yang timbul dari keinginan seseorang untuk melakukan pelayanan kepada orang lain, yang bertujuan agar individu yang dilayani dapat tumbuh berkembang, sehat, mandiri, dan memiliki jiwa melayani. Indikator kepemimpinan melayani sebagai berikut : 1) Memberdayakan dan  mengembangkan, 2) Memanusiakan manusia, 3) Mengekspresikan diri sesuai dirinya,  4) Mengembangkan Interpersonal-Acceptance, 5) Pengarahan, dan 6) Ketaatan.
Parris, D.I dan Peachey, J.W, Kepemimpinan melayani adalah menempatkan mereka/orang yang dipimpinan lebih utama atas kepentingan pribadi pemimpin. Adapun indikator kepemimpinan melayani adalah sebagai berikut : 1) Listening, 2) Empathy, 3) Healing, 4) Awareness, 5) Persuasion, 6) Conceptualization, 7) Foresight, 8) Stewardship 9) Commitment to the growth of people dan 10) Building Community.
Stone, A.G. et al, mendefinisikan Kemimpinan melayani adalah Pemimpin yang melayani dan memenuhi kebutuhan pihak lain secara optimal dengan mengembangkan sikap individu disekitarnya dengan harapan memiliki sikap yang sama untuk melayani dengan baik. Adapun indikator kepemimpinan melayani adalah sebagai berikut : 1) Visi, 2) Kejujuran, 3) Integritas,4) Kepercayaan 5) Layanan, dan 6) Gaya
Spears, L.C, pemimpin melayani adalah seorang pemimpin yang mengutamakan pelayanan, dimulai dengan perasaan alami seseorang yang ingin melayani dan untuk mendahulukan pelayanan. Selanjutnya secara sadar, pilihan ini membawa aspirasi dan dorongan dalam memimpin orang lain. Indikator kepemimpinan melayani sebagai berikut : 1) Mendengarkan, 2) Empati, 3) Penyembuhan, 4) Kesadaran, 5) Persuasi, 6) Konseptualisasi, 7) Kejelian, 8) Keterbukaan, 9) Komitmen untuk pertumbuhan, dan 10) Membangun komunitas.
Dari berbagai teori diatas dapat disintesiskan bahwa kepemimpinan melayani adalah Perilaku pemimpin yang berawal dari perasaan dan komitmen untuk melakukan pelayanan secara sadar, mengarahkan individu, mengutamakan kepentingan orang lain, aspirasi, harmonis, dan berkarakter baik untuk membangunan kesejahteraan dan kebaikan bersama. Indikator Kepemimpinan Melayani adalah sebagai berikut : 1) Perilaku Kerendahan hati (Humility), 2) Perilaku Belas kasih (Compassion), 3) Perilaku Akuntabilitas (Accountability), 4) Keberanian (Courage), 5) Perilaku Integritas (Integrity), dan 6) Perilaku Mendengar (Listening).
2. Teori Efektivitas Kepemimpinan
Kepemimpinan mempengaruhi perilaku orang lain kearah tujuan tertentu sebagai indikator keberhasilan seesorang pemimpin. Penerapan kepemimpinan sangat ditentukan oleh situasi kerja atau keadaan anggota dan sumber daya pendukung organisasi. Kepemimpinan dalam bidang pendidikan lebih mengarah kepada pemberdayaan seluruh potensi organisasi dan menmpatkan bawahan sebagai penentu keberhasilan pencapaian organisasi, maka sentuhan terhadap faktor-faktor yang dapat menimbulkan moral kerja dan semangat untuk berprestasi menjadi perhatian utama. Perasaan dihargai, dilibatkan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan bidang tugasnya dan perhatian pimpinan terhadap keluhan, kebutuhan, saran dan pendapat bawahan merupakan pra syarat bagi terciptanya iklim kerja yang kondusif.
K.Beycioglu and P. Parshiadris : 2015), menjelaskan bahwa ada lima komponen penting dari teori efektivitas kepemimpinan yaitu Leader's Traits, Mediating Variable, Moderating Variable, Leader Emergence dan Leader Effectiveness. Model tersebut menunjukkan bahwa efektivitas kepemimpinan pada dasarnya memiliki konsistensi dasar. Artinya kepemimpinan tidak muncul secara acak, melainkan dapat diprediksi kemudian dimodifikasi sesuai perbedaan dan keunikan masing -- masing individu.
3. Teori Pemodelan
Riset operasi adalah metode umum yang digunakan dalam studi dan optimasi sistem melalui pemodelan sistem. Hardhienata, S (2017), mendefinisikan Riset operasi adalah penerapan metode ilmiah untuk menemukan solusi optimal dan pengambilan keputusan dari suatu masalah dengan memperhitungkan sumber daya dan batasan yang ada. Dalam analisis dan solusi masalah yang disebutkan di atas biasanya dilakukan dengan menggunakan pemodelan dan optimasi. Di bidang manajemen pendidikan ada banyak analisis dan penyelesaian masalah dilakukan dengan menggunakan model statistik.
Model statistik adalah persamaan yang dibentuk dari kerangka berpikir untuk menggambarkan hubungan atau pengaruh dari variabel terikat (dependent variable) dengan variabel bebas (independent variable). Sebagian besar penelitian yang menggunakan model statistik dalam bidang manajemen, khususnya dalam bidang manajemen pendidikan, pembahasannya dihentikan pada temuan bahwa ada hubungan atau pengaruh positif antar variabel yang diteliti. Hal tersebut mengakibatkan kesimpulan penelitian hanya merupakan kesimpulan statistik dan mengakibatkan saran yang dibuat hanya bersifat normatif.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode analisis tallymark/turus untuk menentukan variabel -- variabel mana saja yang berpengaruh positif dan dominan terhadap penguatan kepemimpinan melayani. Setyaningsih, S. dan Hardhienata, S.(2019), menguraikan tahapan dalam pembuatan hipotesis penelitian adalah sebagai berikut :
1. Â Penelitian pendahuluan / Survei awal dilakukan di locus penelitian untuk mengetahui keadaan dari Tema yang akan diteliti apakah sudah dalam keadaan baik atau masih perlu ditingkatkan, artinya masih ada gap antara kenyataan dan harapan atau das Sein belum sesuai dengan das Sollen.
2. Â Penggalian di locus penelitian melalui wawancara terhadap informan yang dianggap kompeten dapat memberikan jawaban yang baik tentang variabel yang berpengaruh positif dan dominan terhadap variabel utama penelitian. Diteruskan dengan penggalian variabel yang berpengaruh positif dan dominan terhadap variabel yang berpengaruh positif terhadap variabel utama.
3. Â Reduksi Data dan Kodefikasi Data.
- Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga variable - variabel finalnya dapat ditemukan dan diverifikasi.
- Kodifikasi data merupakan proses penyederhanaan data hasil wawancara dengan cara memberi kode terhadap data yang diperoleh. Kodifikasi merupakan proses pemberian simbol untuk setiap data yang ada. Tujuan utama kodifikasi adalah agar data dapat berbentuk ringkas dan padat
4. Â Analisis data menggunakan Metode Tally Mark / Turus untuk mengetahui varabel yang berpengaruh positif dan dominan terhadap variabel utama dan variabel yg berpengaruh positif terhadap variabel yang berpengaruh positif terhadap variabel utama.
5. Â Penyusunan Konstalasi variabel Penelitian.
Peneliti menyusun konstelasi dengan menggunakan variabel yang berpengaruh positif dan dominan dari variabel yang mempengaruhi ke variabel yang dipengaruhi.
6. Â Penilaian Pakar terhadap konstalasi variabel penelitian.
Pakar menilai relevansi pengaruh antar variabel yang ditemukan oleh peneliti dengan tingkatan tidak relevan, kurang relevan, cukup relevan, relevan, dan sangat relevan. Hasil akhir dari penilaian pakar ini terdiri atas tiga kategori, yakni :Â
- Dapat dilanjutkan tanpa revisi. (Jika penilian pakar diberikan pada kategori dapat dilanjutkan tanpa revisi, maka peneliti dapat melanjutkan pada tahap berikutnya).
- Dapat dilanjutkan dengan revisi. (Jika penilian pakar diberikan pada kategori dapat dilanjutkan dengan revisi, maka peneliti memperbaiki konstelasi variabel penelitian yang sudah disusun. Perbaikan konstelasi variabel yang sudah diperbaiki, dinilai kembali oleh pakar).
- Tidak dapat dilanjutkan. (Jika penilian pakar diberikan pada kategori tidak dapat dilanjutkan, maka peneliti diwajibkan kembali mengulang wawancara untuk menemukan variabel baru).
7. Â Penyusunan model matematika statistik yang didasarkan pengaruh antar variabel dengan konfirmasi penilaian pakar.
8. Â Hipotesis Penelitian diturunkan dari kerangka berfikir/konstalasi variabel penelitian yang sudah terkonfirmasi oleh Ahli (Expert). Adapun langkah langkah yang dijelaskan diatas alurnya seperti terlihat pada gambar 1 berikut ini :
HASIL PENELITIAN
1. Â Pengumpulan data penelitian
Data penelitian dikumpulkan melalui wawancara terhadap informan penelitian yang terdiri dari 16 orang kepala sekolah. Dari 16 orang informan tersebut, peneliti merasa bahwa data yang diperoleh sudah jenuh sehingga dilakukan pengolahan data. Dari data yang terkumpul kemudian dilakukan reduksi data, kodifikasi data, dan display data yang hasilnya seperti terlihat pada tabel 1 berikut ini :
Berdasarkan hasil analisa tallymark / turus, konstelasi dapat disusun sebagai berikut :
2. Â Penetapan Variabel Intervening
Variabel intervening (variabel antara) adalah variabel yang menjadi perantara antara variabel eksogen dengan variabel endogen. Variabel antara tersebut dikatakan efektif apabila pengaruh tidak langsung lebih besar atau lebih kuat daripada pengaruh langsung. (Sugiyono, 2017) [9]. Dalam penelitian ini ditemukan variabel komitmen terhadap organisasi dan motivasi kerja sebagai variabel intervening. Penetapan variabel antara tersebut dilakukan setelah peneliti melakukan triangulasi data melalui konfirmasi pakar.
Pakar menilai relevansi pengaruh antar variabel yang ditemukan oleh peneliti dengan tingkatan tidak relevan (TR), kurang relevan (KR), cukup relevan (CR), relevan (R), dan sangat relevan (SR). Hasil akhir dari penilaian pakar ini terdiri atas tiga kategori, yakni : 1) Dapat dilanjutkan tanpa revisi. Jika penilian pakar diberikan pada kategori dapat dilanjutkan tanpa revisi, maka peneliti dapat melanjutkan pada tahap berikutnya, 2). Dapat dilanjutkan dengan revisi. Jika penilian pakar diberikan pada kategori dapat dilanjutkan dengan revisi, maka peneliti memperbaiki konstelasi variabel penelitian yang sudah disusun. Perbaikan konstelasi variabel yang sudah diperbaiki, dinilai kembali oleh pakar, dan 3) Tidak dapat dilanjutkan. Jika penilian pakar diberikan pada kategori tidak dapat dilanjutkan, maka peneliti diwajibkan kembali mengulang wawancara untuk menemukan variabel baru. Adapun hasil penilaian pakar adalah seperti terlihat pada tabel 2 dan tabel 3.
3. Â Penetapan Konstelasi Penelitian.
Kepemimpinan Melayani (Y) sebagai variabel endogen. Pengaruh jalur secara utuh dengan menggabungkan hasil analisa pada setiap substruktur, dapat digambarkan berikut :
y1 Â Â = Â Â Koefisien jalur pengaruh langsung kecerdasan adversitas (X1) terhadap kepemimpinan melayani (Y).
y2 Â Â = Â Â Koefisien jalur pengaruh langsung kepribadian proaktif (X2) terhadap kepemimpinan melayani (Y).
y3 Â Â = Â Â Koefisien jalur pengaruh langsung teamwork (X3) terhadap kepemimpinan melayani (Y).
y4 Â Â = Â Â Koefisien jalur pengaruh langsung komitmen terhadap organisasi (X4) terhadap kepemimpinan melayani (Y).
y5 Â Â = Â Â Koefisien jalur pengaruh langsung motivasi kerja (X5) terhadap kepemimpinan melayani (Y).
y41 Â Â = Â Â Koefisien jalur pengaruh langsung kecerdasan adversitas (X1) terhadap komitmen terhadap organisasi (X4).
y42 Â Â = Â Â Koefisien jalur pengaruh langsung kepribadian proaktif (X2) terhadap komitmen terhadap organisasi (X4).
y52 Â Â = Â Â Koefisien jalur pengaruh langsung kepribadian proaktif (X3) terhadap motivasi kerja (X5).
y53   =   Koefisien      jalur      pengaruh      langsung      team     work     (X3) terhadap motivasi kerja (X5).
y21 Â Â = Â Â Koefisien jalur pengaruh langsung kecerdasan adversitas (X1) terhadap kepribadian proaktif (X2).
x14y = Â Â Koefisien jalur pengaruh tidak langsung kecerdasan adversitas (X1) terhadap kepemimpinan melayani (Y) melalui komitmen terhadap organisasi (X4).
x24y = Â Â Koefisien jalur pengaruh tidak langsung kepribadian proaktif (X2) terhadap kepemimpinan melayani (Y) melalui komitmen terhadap organisasi (X4).
x25y = Â Â Koefisien jalur pengaruh tidak langsung kepribadian proaktif (X2) terhadap kepemimpinan melayani (Y) melalui Motivasi Kerja (X5).
x35y = Â Â Koefisien jalur pengaruh tidak langsung teamwork (X3) terhadap kepemimpinan melayani (Y) melalui Motivasi Kerja (X5).
4. Â Model Matematika Statistik
Berdasarkan konstelasi pengaruh antar variabel dihasilkan model matematika statistika sebagai berikut :
- Persamaan Substruktural 1 Â : Â = Â by1X1 + by2X2 + by3X3 + by4X4 + by5X5 + ey
- Persamaan Substruktural 2 Â : Â X4 = b41X4 + b42X4 + ey4
- Persamaan Substruktural 3 Â Â : Â X5 = b52X5 + b53X5 + ey5
- Persamaan Substruktural 4 Â Â : Â X2 = b21X1 + ey2
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah diuraikan diatas dapat disimpulkan bahwa model penguatan kepemimpinan melayani dipengaruhi oleh variabel endogen yang terdiri dari variabel kecerdasan adversitas, kepribadian proaktif, dan teamwork. Sedangkan variabel intervening yang ditemukan adalah variabel komitmen terhadap organisasi dan motivasi kerja.
REFERENSI :Â
- Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 06 tahun 2018 tentang Kepala Sekolah/Madrasah
- Dirk van Dierendonck. Servant Leadership: A Review and Synthesis. Journal of Management, Vol. 37, No. 4, July 2011, pp. 1228-1261.
- Parris, D. L., & Peachey, J. W. (2013). A Systematic Literature Review of Servant Leadership Theory in Organizational Contexts. Journal of Business Ethics, 3(17), 377--393. https://doi.org/https://doi.org/10.1007/s10551-012-1322-6
- Stone, A.G., Russell, R.F., & Patterson, K. (2004). Transformational versus servant leadership. A difference in leader focus. The Leadership & Organizational Development Journal, 25(4), 349-361
- Spears, L. C. (2010). Character and Servant Leadership: Ten Characteristic of Effective, Caring Leaders. The Journal of Virtues & Leadership, 1(1).
- K.Beycioglu and P. Parshiadris (2015). Multidemensional Perspective on Principal Leadership Effectiveness, Hershey, Pa, USA : The IGI Global
- Hardhienata, S. The Development of Scientific Identification Theory to Conduct Operation Research in Education Management, IOP Conf. Series: Materials Science and Engineering 166 (2017) 012007 doi : 10.1088/1757- 899X/166/1/012007
- Setyaningsih, S. hardhienata, S (2019), Development of modeling and optimization method for strengthening management resources using a simple exploratory sequential analysis and sitorem analysis (POP-SDM). ISSN : 1315- 5216 ISSN -- electronico 2477-9555
- Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H