Stavros, Cooperrider, dan Kelly (2003) menawarkan konsep SOAR (Strengths, Opportunities, Aspirations, Results) sebagai alternatif terhadap analisis SWOT, yang berasal dari pendekatan Appreciative Inquiry (AI). Pendekatan ini mulai dipopulerkan oleh David Cooperrider, dalam bukunya Introduction to Appreciative Inquiry (1995). Beliau sebelumnya sudah menulis dalam disertasi doktoralnya Appreciative Inquiry: Toward a Methodology for Understanding and Enhancing Organizational Innovation, di Universitas Case Western Reserve, Ohio. Sehingga boleh dibilang, beliau adalah pelopor dan yang mempopulerkan pendekatan ini.
Dikembangkan dalam kurun waktu kurang lebih 10 tahun, penelitian tentang SOAR akan membantu individu maupun organisasi dalam menentukan strategi dan mengerti kapasitasnya untuk meningkatkan tim, individu maupun performa organisasi menurut Cole & Stavros (2013). Tujuan adanya SOAR dikembangkan adalah untuk mengukur kapasitas individu dalam memikirikan strategi tentang empat elemen yang berfungsi dalam dinamika orientasi masa depan pada abad ke 21. Model SOAR mengubah analisis SWOT, yang sudah sangat mapan, dalam hal faktor-faktor kekurangan (weakness) internal organisasi serta ancaman (threats) eksternal yang dihadapinya ke dalam faktor-faktor aspirasi (aspiration) yang dimiliki perusahaan serta hasil (results) terukur yang ingin dicapai. Model analisis iniberpendapat bahwa faktor kekurangan dan ancaman dapat memunculkan perasaan negatif bagi para anggota organisasi, sehingga menurunkan motivasi mereka untuk berbuat yang terbaik.
SWOT sudah hadir melengkapi sebuah penilaian strategi kira-kira sejak pertengahan tahun 1960-an ketika SWOT dikembangkan dari penelitian yang diselenggarakan di Stanford Research Institute. SWOT adalah alat analisis untuk menilai sebuah organisasi dan keadaan internal dan eksternal lingkungan organisasi tersebut. Ketika menggunakan SWOT, sebuah organisasi mencoba memahami keadaan organisasi dengan mensegmentasikan kekuatan dan kelemahan serta memikirkan tentang keadaan yang memungkinkan terjadi di maa depan organisasi dengan adanya peluang dan gangguan. Analisis SWOT adalah alat analisis yang dipergunakan untuk menyusun faktor- faktor strategis berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimiliki oleh Organisasi.
Â
Model SOAR mengubah analisis SWOT, yang sudah sangat mapan, dalam hal faktor-faktor kekurangan (weakness) internal organisasi serta ancaman (threats) eksternal yang dihadapinya ke dalam faktor-faktor aspirasi (aspiration) yang dimiliki perusahaan serta hasil (results) terukur yang ingin dicapai. Model analisis ini beranggapan bahwa faktor kekurangan dan ancaman dapat memunculkan perasaan negatif bagi para anggota organisasi, sehingga menurunkan motivasi mereka untuk berbuat yang terbaik.
SWOT kita ketahui berprinsip pemetaan komprehensif, dari sisi kekuatan dan peluang yang berbanding dengan kelemahan serta ancaman. Tidak ada yang salah dari "pemotretan" demikian, sebagaimana best practice management selama ini. Namun penelitian pada Fortune 400 di dunia menemukan suatu hal perlu diprihatinkan. Kebanyakan kita terjebak pada upaya menyusun program (dan mengeluarkan biaya luar biasa) untuk mengatasi kelemahan, membentengi diri dari ancaman, sedemikian rupa hingga kita lupa sebuah solusi sederhana: hadapilah dengan modal yang sudah Anda miliki sebelumnya: kekuatan! Lebih memprihatinkan lagi, ternyata faktor kelemahan tidak selesai diatasi, sementara faktor kekuatan (yang tidak dipelihara oleh program yang berfokus kesana) semakin menyusut, dan makin melemahkan kita sendiri. Adakah yang lebih tragis dari itu ?!
SOAR memberi solusi dengan mengetengahkan teknik berfokus pada kekuatan. Malah menjadikan peluang untuk segera diadopsi menjadi kekuatan dengan membangkitkan aspirasi agar berwujud hasil (S=strength, O=opportunity, A=aspirasi, R=result). Dalam kerangka kerja SOAR, sebanyak mungkin stakeholder dilibatkan, yang didasarkan pada integritas para anggotanya. Masalah integritas menjadi sangat penting karena para stakeholder harus menyadari asumsi-asumsi yang menjadi dasar penggerak bagi para pemimpin organisasi.Â
1. Strength (S)Â
Hal-hal yang menjadi kekuatan serta aset terbesar yang dimiliki diungkapkan, baik aset yang berwujud maupun aset yang tidak berwujud. Tujuan pengungkapan ini adalah untuk memberikan penghargaan terhadap segala hal-hal positif yang dimiliki, yang pasti akan selalu dimiliki baik oleh individu maupun organisasi. Kekuatan inilah yang akan terus dikembangkan demi kemajuan organisasi maupun individu di masa depan.Â