Terus berjalan, menyusuri kalbu pekat. Pikiranya tak karuan, biaya yang yang dikeluarkan tidak sebanting kecerdasan kau peroleh. Otaknya tersendak kosong, pikiran melamun, hampa, pedih, kecewa dan menyesal. Tapi ia tidak berhenti, terus langkahkan kakinya bersama kau, untuk kau agar bisa bekerja mengurangi biaya habis pekat, sebab ekonomi keluarga sedang dilandai kritis. dijual, digadai hanya untuk kau.
Ayahmu, kerap kali menemui teman-teman seangkatan sekolah, kenalan-kenalannya bersama orang hebat, kepala-kepala, pegawai ditiap instansi. Ia menghubungi, menanyaka lowongan untukmu.
YES.. usahanya berhasil, setelah menyita tenaga, pikiran, dan waktu yang sangat panjang, lobi kesana – kemari, diluar dugaanya ia juga merasa sangat lelah.
Kau sudah diterima, bekerja di Dinas kepegawaian. Tapi kau berdiam diri, sebab kau bingung tidak ada pekerjaan yang kau kerjakan, dengan pakaianmu Dinas BERKEKI hanya disuruh untuk mengantar surat, Foto Copy, dan mendengarkan ceramah banyak orang didalam KANTOR. Sangat ribut, risih, dan terganggu. Karna kau dan dia sama-sama tidak ada kegiatan, kalaupun ada seminggu hanya dua kali. Itupun tidak berat seperti dimasamu kuliahmu.!!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI