Di universitas mataram Ahmad semester I berjumpa dengan adik-adiknya yang bedah usia hampir 10 tahun, ia tidak apa-apa. Sebab kemaluan ia tidak mengenal kata-kata itu. ia terus memompa, menanam benih-benih intelektual, moralitas, dan Emosional. Ahmad tetap berkiprah dalam mencari sekerdip ilmu pengetahuan untuk mengantarnya ke kehidupan selanjutnya meskipun esok adalah misteri baginya, namun ahmad percaya pada relativisme ada sebab ada akibat, ada kausalitas tentang hidup ini.
Setelah usai ujian akhir semester, dengan meyakinkan dirinya bahwa semuanya berjalan dengan baik, aku kuliah selanyaknya para pelajar yang sungguh-sugguh belajar, tidak pernah absen disetiap mata kuliah, hanya ada kegiatan organisasi maka aku akan menulis surat pemberitauan ijin. Begitu setiap waktu, hingga berakhir pada semester 1. Lanjutnya.
Masalah masih belum kurung usai, pembayaran SPP kuliah belum disiapkan oleh orang taunya, biaya kuliah Rp 2.700.000.00 (Dua Juta Tujuh Ratus Ribu Rupiah), uang belum ada. Sudah 14 hari sebelum pembatasan sudah di informasihkan, tetapi belum juga ada. Ahmad pun terpaksa mencari kenalan untuk bisa membantunya. Terus mencari, berusaha, hingga menemukan seseorang.
Ia adalah seniornya tempat dulu dimana ia bekerja sebagai officeboy di LSM, diberikan pinjaman, tetapi sore hari pada tgl 30/1. Uangnya sudah rampung, Rp 2.700.000.00. setelah itu ia ke kantor pos, pergi membayar SPP kuliah. Di kantor, terjadi perdebatan yang cukup hebat. Ia bingung dan kaget. Mukanya sedikit pucat mendengar kata-kata karyawan bahwa seharusnya yang dibayar sejumlah Rp 4.500.000.00 (Empat Juta Lima Ratus Ribu Rupiah), sebab uang pembangunan belum selesai. Masih ada tahap II.
Ahmad tidak tahu informasi itu, ia hanya tau pada saat daftar ulang sudah rampung. Hingga menghabiskan uang Rp 4.600.000.00, ia berpikir panjang, kebingungan, cemas, takut, dan khawatir. Semua sudah berakhir katanya dalam hati. Sebab tersisah satu hari penetu dirinya akan Cuti, meninggalkan kuliah beberapa waktu untuk istirahat.
Namun, tuhan masih mengiginkannya. Temanya-temanya semua bergegas, mencari cara untuk celah, agar ahmad tidak cuti. Teman-temanya membantu dengan apa adanya, mengumpulkan uang sealah kadarnya, ada yang 200, 400, 100, dan 500. Semua ikut terlibat supaya ahmad tetap berlanjut berpendidikan.
Gemuruh senja sudah menghilang esok akan ada harapan gemilang, tetap semangat, jangan terlalu berpikir pada kondisi yang menyekat batin, orang kaya tidak selalu sukses dan orang miskin tidak selalu di tindas. Masih ada harapan, masih ada hari-hari esok untuk kita kejar kesuksesan itu. timpal temanya-temanya memberi semangat.
Dan selamat berjuang Ahmad, engkau telah mewarnai dunia ini dengan segala tangisan dan kesabaran-Mu. Terbanglah lebih tinggi agar engkau dapat memetik bintang. Dan ingatlah bahwa di atas langit ada langit. Maka merunduk-Lah seperti padi setelah kelak engkau SUKSES..Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI