Mohon tunggu...
Andi Hermawan
Andi Hermawan Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Saya tidak harus menunggu semuanya baik dulu, sebelum saya memulai. Tugas saya adalah untuk memperbaiki dan agar semuanya menjadi baik karna saya memulai. itu saja. !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pencerdas Generasi Tanpa Kenal Lelah

13 Juli 2015   14:34 Diperbarui: 13 Juli 2015   14:34 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

By Andi Hermawan

"Kita tidak selalu bisa membangun masa depan untuk generasi muda, tapi kita dapat membangun generasi muda untuk masa depan". – Franklin D Roosevelt.

 

Kalimat diatas adalah kalimat yang sangat memotivasi untuk penulis menuliskan apa yang penulis lihat dan rasakan. Kalimat yang menggetarkan ketergugahan para pemilik jiwa-jiwa yang tengah bangkit. Dari kalimat itu, penulis menginspirasi untuk menulis sosok inspiratif yang sedang merintis membangun dan mengembangkan lembaga Study English yang bernama We Save terletak di Jln Syeck Muhamad Kel Doro tangga Jado Dompu.

 

Agus Setiawan 27 (thn) lelaki sederhana rendah hati, kelahiran Rabalaju desa kandai satu yang mendirikan We save sembagai lembaga sosial dan pendidikan pada tgl 27 Oktober 2013 lalu. Tidak banyak yang mengenal beliau secara dekat, namun namanya disebut dimana-mana khususnya di Kabupaten yang mengusung semboyang “Nggahi Rawi Pahu”, Dompu. Bagi saya, Beliau adalah "Pecontoh Kebaikan yang nyata"

 

Agus Setiawan adalah Pendiri lembaga Study English. Baginya, We Save adalah ruang penerang masa depan generasi intelektual mudah Dompu dalam menyosong era kompetitif menuju persaingan global kehidupan.

 

Sejak tahun 2008 lalu, ketika penulis pernah ikut belajar kelompok di ruangan sederhana tidak berase, penuh kerisihan kendaraan berlalu-lalang melintasi jalur tempat beribadah dan belajar, Tidak pernah Fokus serta kehilangan konsep akibat keributan suara motor dan mobil diatas aspal para pengguna transportasi jalan, namun tidak pula membuatnya berputus asa untuk berhenti mengajar mencerdaskan generasi berbahasa internasional (English).

 

Waktu itupun, murit yang bejalar cukup sedikit hanya orang-orang yang mengenal beliaulah yang belajar. Perdana membuka tempat KURSUS tidak dinamakan apa-apa atau terikat dengan kepemerintahan, "hanya muncul ide kreatif dan membagi ilmu kepada sesama". Belajar pun secara GRATIS tidak punggut biaya juga tidak membedahkan orang miskin dan kaya siapa saja boleh belajar yang penting miliki niat ingin belajar pasti akan diajarkan.     

 

Waktu semakin berubah dan berputar, para murid semakin bertambah dan berminat untuk bisa berbahasa inggris, ada anak SD, SMP, SMU hingga Mahasiswa namun ruangan tersendak sempit dan terhempit, ia pun mengalih mengajarkan dirumahnya sendiri dengan fasilitas apa adanya hanya papan dan spidol hitam. Tidak ada yang istimewah darinya hanya Lelaki miskin yang memiliki cita-cita mulia.  

 

Tidak ingin senja berlalu begitu saja, Hampir setiap bulan tetap melakukan STUDY TOUR TO LAKEY BEACH, mengajarkan pelajar melakukan prektek Speaking Comunication dengan Mister And Misis atau orang asing yang datang berlibur dipantai tersebut. Beberapa pelajar yang pernah belajar banyak yang telah mendapatkan predikat penghargaan, mulai dari ikut lomba Debat, Creativitas berbicara hingga lolos mengikuti seleksi Pertukaran Pemuda antar Negara (PPAN) yang di adakan setiap tahun oleh dinas Pemuda dan olah raga (Dikpora) propinsi NTB.

 

Namun selain dari Aktivitas STUDY TOUR itu, mereka juga melakukan kegiatan ''Sunday Cleaning Day'' Mengenal jijih dan kotor untuk memungut sampah-sampah non-organik di sepanjang jalan kota, bangun pagi bergegas kerja untuk mencari sampah, dan mengumpulkan sampah-sampah berbotol kaleng sisah minuman untuk di jual. hasil penjualanpun bukan untuk kepribadian perkelompok, siapa yang lebih membutuhkan mereka akan bagikan, terutama membagikan terhadap anak yatim-piatum dan fakir miskin untuk meringankan kebutuhan pokok setiap hari. Tidak punya uang lebih untuk di bagikan hanya sampah kami bisa bersedekah. 

 

Hampir seluruh kecematan kelurahan kab Dompu, Beliau pernah mengajar anak-anak untuk belajar bahasa inggris secara gratis, dari banyaknya murit yang telah ia ajarkan hampir semuanya bertumbuh besar dan bercerdas. Hingga membangun tiap-tiap titik kecematan dan lurah. sehingga di bagikan untuk pergi mengajar. Tidak perlu mengasih uang untuk beli Spitol atau untuk Mengisi bensin, namun cukup Welcome dan menerima dengan lubuk hati untuk kami cerdaskan anak-anak daerah. (Ungkapnya)

 

Nama Agus Setiawan adalah sosok inspiratif untuk dicontohkan. Sosok  yang benar-benar berslogan “Nggahi, Rawi, Pahu” ini bukanlah sosok “Nggahi Wari Pahu” seperti kebanyakan yang kita jumpai. Bagi beliau, tak kenal boleh saja asal tahu bagaimana berkontribusi untuk membangun daerah. Bagi Penulis, Teacher Agus adalah Sosok yang hidup untuk orang banyak. Sosok yang kerap tidak dianggap namun keberadaannya mengilhami banyak umat.

 

Guru yang biasa-biasa saja memberi tahu. Guru yang baik menjelaskan. Guru yang bagus menunjukan bagaimana caranya. Tetapi guru yang luar biasa menginspirasih murit-muritnya.




Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun