Mohon tunggu...
Andi Harianto
Andi Harianto Mohon Tunggu... Freelancer - Kesederhanaan adalah kekuatan

Tinggal di Kota Kecil Bantaeng, 120 Kilometer, arah Selatan Kota Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Ruang Bernafas

1 Juni 2020   17:41 Diperbarui: 1 Juni 2020   17:52 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diketinggian udara berlimpah (Foto: dok. Pribadi)

Tak kuasa menahan, saya didesak bertamasya. Tiga bulan berdiam di rumah, membuat anak-anak butuh ruang bebas.

Saya manut kali ini. Tentu dengan mengunci beberapa syarat. Protokol kesehatan. Chiyeeee.....(ehe,)

Mencari spot selfi yang sepi adalah pilihan. Pegunungan Lannying adalah tujuan. Letaknya di Kec. Uluere, sekitar 24 an Kilometer dari Kota Bantaeng. 

Kami hanya ingin mencari latar berfoto diketinggian. Mencari tempat lapang sepi untuk kami. Duduk bersantai sambil nikmati bekal yang sedari subuh disiapkan, pasti asyik.

Jarak tempuh kurang lebih sejam. Kelokan panjang mendaki membuat si bungsu mual dan berakhir ooakkh....

Wisata kebun bunga, Mini Showfarm masih tutup. Obyek wisata itu adalah favorit di Bantaeng. Berbagai jenis bunga menjadi latar indah berswafoto. Andaikan suasana normal, maka taman bunga itulah kami tuju.

Pemkab Bantaeng memang belum melonggarkan pembatasan-walau setelah lebaran, aktifitas mulai hiruk pikuk.

Si Kecil bergerak bebas, di lapangnya rerumputan (Foto: dok. Pribadi)
Si Kecil bergerak bebas, di lapangnya rerumputan (Foto: dok. Pribadi)

Momemtum hari kemenangan, seolah membuat banyak dari kita merasa memenangkan pertarungan melawan virus. Seolah terbebas dari pandemi.

Hal ini beralasan. Wacana New Normal tanpa penjelasan yang utuh membuat banyak dari kita beranggapan kembali ke normal. Kembali seperti biasanya. Kenormalan baru masih menyisahkan perdebatan, entah bagaimana ujungnya.

Walau kami sekeluarga tidak masuk dalam bagian anggapan itu, keberanian untuk keluar rumah sudah mulai muncul. Kewaspadaan tetap dipertahankan.

Stay home, jika tak penting. Begitu anjurannya, tapi rasa-rasanya ini penting. Ruang bebas dan terbuka dibutuhkan. Suasana psikis seperti ini meningkatkan imun. Mencipta optimisme.

Menyaksi dunia luar rumah, juga setidaknya prakondisi. Adaptasi pelan-pelan dimulai sebelum new normal resmi diberlakukan. Curi start, istilah tepatnya.

Bantaeng Zona Hijau. Update terakhir, 1 ODP, 0 PDP, 1 Positif. 1 ODP sebentar lagi selesai isolasi. 1 Positif adalah OTG yang sudah dirujuk ke Makassar untuk mengobatan. Semoga lekas sembuh. Aamiin.

Ruang Bernafas objek wisata baru yang bergeliat di tengah pandemi (dok. pribadi)
Ruang Bernafas objek wisata baru yang bergeliat di tengah pandemi (dok. pribadi)

Berangkat pada siang hari adalah harapan sedikit manusia lalu lalang. Perkiraan saya betul. Jalanan lengang, walau tidak sepi-sepi amat.

Sambil mencari tempat strategis, informasi lokasi wisata baru kami dapatkan. Letaknya sekitar 3 kilometer dari kebun bunga yang lagi tutup.

Nama tempatnya, Ruang Bernapas.

Obyek wisata untuk ber swafoto itu adalah milik pribadi warga. Kebun tomat telah disulap jadi area refreshing.

Letaknya di Desa Bonto Tangga. Pas berposisi di puncak. Bantaeng dan Jeneponto serta hamparan laut terlihat indah dikejauhan.

Walau hijaunya pegunungan bukan karena pepohonan tetapi pekebunan sayur, tetaplah cukup indah untuk dijadikan latar foto. 

Backdrop selfi cukup unik. Kotak tivi dan motor vespa jadi favorit.

Di puncak itu, juga ada gasebo, toilet bersih dan kebun tomat. Pemilikmya, juga menyewakan untuk berkemah.

Sewanya, Rp. 5000 peron untuk pengunjung biasa. Mau berkemah, bayar Rp. 10.000 peron.

Tomat dijajakan sangat murah. Setidaknya, saat saya berkunjung. Sekantong besar hanya Rp. 15.000. Bu Istri membelinya. Mungkin untuk penguat imun kami. Karena kebanyakan, tetangga kompleks akan kebagian.

Yah, rasanya tepat kami curi waktu ke tempat itu. Suasananya tidak ramai. Hanya belasan muda-mudi yang cekikian sambil berfoto kami temui.

Info pemilik, para muda itu, semalam berkemah. Asyik pastinya, sebab lampu di kota akan nampak berkelap-kelip di puncak ruang bernapas itu.

Walau pemilik adalah warga setempat. Pilihannya mencipta nama "ruang bernafas" untuk lokasi wisatanya, keren. Keren bagi kami yang disiplin bermasker.

Masker membuat 30% ruang bernapas saya memang hilang. Jika dikalikan dengan banyak bulan lagi pandemi ini berakhir, maka ruang napas saya semakin sempit.

Kopi diseduh dirumah, dinikmati di puncak (Foto; dok. Pribadi)
Kopi diseduh dirumah, dinikmati di puncak (Foto; dok. Pribadi)

Akhirul kisah, dari Bantaeng, di bagian Selatan Sulsel ini saya mengabarkan. Bahwa, ruang bernafas bagi kita penting di masa sulit ini. Di Bantaeng, ruang bernafas itu nyata.

Temukanlah ruang bahagia itu, disaat sulitnya kita menemukan tempat yang terbebas dari ancaman. 

Nikmat rasanya mendapatkan peluang bahagia ini. Mungkin tidaklah senikmat dalam suasana normal. 

Semoga badai segera berlalu.

***

Bantaeng, 31 Mei 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun