Mohon tunggu...
Andi Harianto
Andi Harianto Mohon Tunggu... Freelancer - Kesederhanaan adalah kekuatan

Tinggal di Kota Kecil Bantaeng, 120 Kilometer, arah Selatan Kota Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memetik Makna dalam Kisah

19 November 2010   15:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:28 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_75857" align="alignright" width="300" caption="Tira dan Tari; Dua Putri Buku (By Daeng Andi)"][/caption] Layang-Layang, Kembalilah Pulang. Judul buku yang saya beli paket dengan buku Pak Beye dan Istananya. Semunya Best Seller. Satu ditulis, Taufik Ariyanto yang berprofesi perawat dari ayah yang tukang becak. Satu lagi di tulis Wisnu Nugroho yang menganggap dirinya hanya berbagi sesuatu tidak penting. Kedua penulis ini sama rendah hatinya. Sama pula dengan gaya menulis yang tidak melelahkan pembaca. Dikemas dalam bentuk kisah, isinya mendidik dan selalu saja simpul senyum ini mengiring paragraf demi paragraph kedua buku itu.

Saya tidak hendak membandingkan kedua buku itu. Gaya menulisnya tentu beda, karena setiap penulis punya nilai khas tersendiri. Satu yang sama, kehendak untuk berbagi. Sayapun tidak akan bercerita tentang isi buku, saya hanya menyarankan untuk membacanya. Jangan minta pinjam sama saya, karena saya lagi dalam kondisi kikir yang akut. Sana beli sendiri !, membeli berarti menghargai karya. Karena membacanya juga membuat kita menghargai diri kita. Menghargai kemanusiaan, karena kedua buku itu memang memotret sisi lain sosok manusia.

Taufik Ariyanto melihat sisi diri dan keluarganya sebagai manusia yang berjuang untuk hidup. Wisnu Nugroho atau Mas Inu biasa dia dipanggil, melihat sisi lain dari Pak Beye yang juga berjuang untuk eksis sebagai presiden. Dua manusia yang kontras memang, tetapi dipotret dalam sisi yang sama. Ternyata semuanya hanyalah manusia biasa. Memang tak penting bagi penulisnya. Tetapi karena yang tak penting itulah, yang penting menjadi nampak. Seperti Mas Inu katakan : "mengabarkan yang tidak penting agar yang penting tetap penting."

Kedua buku ini yang saya beli di bookshop bandara Soekarno-Hatta bulan Oktober lalu. Dari buku hebat ini saya belajar tentang gaya menulis, dan mengapa menjadi menarik. Pertama, kedua buku ini menulis tentang kisah. Teringatlah saya sewaktu bocah. Nenek begitu piawai berdogeng, saking pintarnya, dongeng-dongengnya masih berbekas hingga kini dan kutularkan kepada kedua putri kecilku. Tira dan Tari. Setiap malam, saya selalu diminta berdogeng. Berulang-ulang pun tak mengapa. Putriku selalu senang. Dongeng adalah kisah, walau ceritanya banyak fiktif, tetap saja menarik. Membekas di diriku, sampai saat kini saya sudah berjenggot. Jenggot aduhai.

Kedua, dari setiap kisah kedua buku ini diselipkan makna. Buku Taufik Aryanto,diungkap dengan gamblang. Mas Inu, hanya bercerita. Tentang maknanya, pembaca yang menyimpulkan. Semuanya tidak menggurui, apalagi mengatakan: “Harus kamu begini, begitu, beginu….!”. Beginu, adalah nama Mas Inu, di Tweeter. Nama yang asing, terkesan linu, khas dusun Kerikilan (mungkin). Dusun tempat Mas Inu kini berbagi dengan Merapi.

Kisah dan Makna. Seperti Al Qur’an, Injil, Zabur, Taurat dan kitab-kita samawi lainnya. Semuanya berkisah, dan disitu diletakkan makna dibalik kisah itu. Sebagai muslim, saya terpesona dengan kisah Al Qur’an. Tata bahasanya begitu apik, sastrawi dan banyak pula makna yang tersembunyi. Banyak ayat, yang memancing pengetahuan, dengan kalimat: “Tidakkah kamu tahu…..”. Anehnya lagi, bahkan anak berumur sangat beliapun bisa menghafalkan Al Qur’an yang sangat tebal itu. Kisah dan makna memang memiliki alur yang mudah diikuti, menarik dan tidak sulit dihafalkan.

Eits, tunggu dulu. Karena saya berbicara tentang Al Qur’an. Jangan sangka saya menyandingkan kedua buku itu seperti Al Qur’an atau kitab agama-agama besar lainnya. Kualitas jauh berbeda. Saya hanya sedikit mengupas tentang makna dan kisah yang dikemas menarik pada kedua buku yang aku baca itu, seperti isi kitab agama samawi yang juga berkisah dan menyimpan makna.

Saya mau bertaruh, jika disandingkan antara buku kisah (makna) dengan buku teori. Pasti yang Anda suka adalah buku yang berkisah. Demikian pula guru di kelas. Yang mana anda suka ? kalau saya, suka guru yang pintar berkisah dan menghubungkannya dengan materi pelajaran. Guru yang memberi asosiasi dengan pengalaman sehari-harinya. Ataupun cerita lain yang menginspirasi.

Pelajaran ketiga, kedua buku itu menghiasinya dengan humor segar, menggelitik dan cerdas. Humor menjadi ornament yang meriangkan hati. Dengan humor, maka cerita mirispun berubah menjadi indah. Tentu dengan tidak menghilangkan maknanya. Jikalau Anda penggemar Opera Van Java yang dibintangi Sule, si hidung pesek. Setelah acara selesai, maka hilanglah semua makna dalam cerita itu. Karena memang humornya yang di kedepankan. Hanya bayangan bentuk tubuh Sule, Andre, Ajis dan Parto yang terbayang. Selain itu menguap.

Pelajaran berikutnya, dari semua pelajaran yang masih berjubel. Kedua buku itu, ditulis sepenuh hati. Dari hati yang riang dan rendah hati. Kisahnya begitu ramah, karena dikemas dengan bahasa yang santun. Sebagai pembaca patut dong, saya memberi nilai kedua buku itu. Buku Mas Taufik dapat nilai 8 dan buku Mas Inu dapat nilai 9. Nilai 10 hanya untuk buku (kitab) dari yang Maha Sempurna. Buku kisah wahyu agama-agama samawi.

Satu Lagi buku yang akan kubeli: Lajang Jalang, Karya Seorang Kompasiner Vira Cla.

Bantaeng, 19 November 2010

Allama bi Al-Qalam” , Allah mengajarkan (manusia) dengan perantara Pena, seperti makna yang disematkan dalam suara Al Alaq. Demikian bunyi Surah Al-Qalam 1-7 “Al-Qalam wa maa yasthurun”Demi pena dengan apa yang dituliskannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun