Mohon tunggu...
Andi Harianto
Andi Harianto Mohon Tunggu... Freelancer - Kesederhanaan adalah kekuatan

Tinggal di Kota Kecil Bantaeng, 120 Kilometer, arah Selatan Kota Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Tuhan Memotret Tari" di Pantai Selatan

26 Desember 2010   15:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:22 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beratap langit mendung Pantai Selatan, berempat kami mengelilingi sajian bakwan panas. Dua putri kecilku, Tira dan Tari memesan milo dingin. Ibu mereka dan suaminya, saya. Kepincut cappuccino dingin. karena seharian keliling-keliling, menjadikan kami memesan yang dingin-dingin. Suasana memang gerah di minggu malam itu, walau angin laut bertiup cukup kencang.

Pantai Selatan atau Pantai Seruni sebutan orang Bantaeng, untuk pantai sepanjang kira-kira 40 meter. Sebelum reklamasi untuk pembangunan hotel dan rumah sakit sejak setahun lalu, pantai yang berhadapan dengan laut Flores itu, sebenarnya dulu asyik dikunjungi sore hari. Deburan ombak pantai langsung terasa. Kadang air laut terpercik di muka ketika air pasang. Kini setelah reklamasi, ombak hanya bisa didengarkan deburan airnya, dijarak sekitar 50 meter dari tempat kami duduk saat malam kemarin.

[caption id="attachment_81845" align="aligncenter" width="583" caption="Tari berlatar sunset Pantai Selatan"][/caption]

Reklamasi telah menjauhkan kami, dari suasana pantai. Saya pun hanya senang berkunjung ke sana, di malam hari. Galian pondasi dan alat berat konstruksi hotel, yang ketika selesai akan menjadi penginapan berlatar laut, cukup mengganggu pemandangan. Belum lagi debu yang tidak sehat. Kalau malam, debu juga beterbangan, hanya tidak terlihat. Acuh saja. Suasana malam di Bantaeng yang paling asyik, memang di tempat ini. saya dan teman-teman sering sampai larut, berdiskusi macam-macam di Pantai ini, ditemani secangkir kopi dan aneka gorengan.

Kilatan cahaya berkali-kali muncul di langit sebelah Timur. Hujan akan datang. Karena asyik menimati sajian bakwan dan cappuccino, membuat saya sejenak tidak perduli dengan sekitar. Toh, kalau tiba-tiba hujan, saya cukup berteduh di warung seberang jalan. Tari yang sibuk bergaya kemudian membuatku penasaran. Tingkah centil putri bungsuku yang masih duduk di Bangku TK ini, memang terkadang mengundang tawa.

“Kenapa Nak?” saya bertanya. Seolah tidak perduli, dia tetap saja bergaya di atas kursinya menyambut kilat. “Hey, Tari kenapa?” Ibunya juga bertanya heran. Santai saja, si kecil menjawab, “tuhan mengutip saya Bu!” Ha, kamipun mengerti maksudnya. Cahaya kilat, dia andaikan sebagai jepretan kamera. Saya tidak menyangka, imajinasinya sampai ke Tuhan. Lepas dari keheranan, kamipun tertawa. Giliran Tari yag heran kemalu-maluan dengan tawa ngakak kami, yang membuat pengujung lain berbalik.

[caption id="attachment_81846" align="alignleft" width="392" caption="Koalam anak di permandian alam Eremerasa"]

1293369418351240237
1293369418351240237
[/caption] Walau lelah, setelah seharian berkeliling, di tiga tempat refreshing, kami cukup terhibur malam itu. Tentang tiga tempat itu, nantilah saya ceritakan di postingan selanjutnya. Sementara, saya hanya ingin berbagi tentang bagaimana menikmati tamasya indah bersama keluarga dan anak-anak yang lagi liburan. Bukan tempat mewah dan jauh serta dan harga yang wah! membuat rekreasi kita berkesan. Tetapi suasana hati, yang memang telah kita persiapkan untuk bahagia.

Sejuknya suasana permandian alam Eremerasa, yang kami kunjungi minggu pagi kemarin tak akan berkesan jikalau berkunjung dengan keterpaksaan. Hanya sekadar memuaskan anak-anak. Pasar malam di Panaikang Bantaeng yang sederhana namun ramai itu, juga tak akan bermakna jikalau hanya sekadar mencari barang murah. Demikian halnya dengan suasana Pantai Selatan, tidak akan indah ceriah tanpa celoteh spontan si kecil dan perhatian dari kami orang tuanya.

Kecerian, ketenangan hati, jiwa petualang dan rasa untuk saling berbagi gembira adalah harga tertinggi. Melebihi harga semua yang telah kita sewa dan beli di lokasi kunjungan. Kebahagian terletak, pada bagaimana cara kita berbagi dengan sesama. Terkadang, banyak orang menjadikan bukan 'rasa' berwisatanya yang penting, tetapi kesan mewah karena telah mengunjungi tempat terjauh dan terindah. Tetapi, setelah kembali, justru merasakan betapa banyak  ongkos yang telah dikeluarkan. Perasaan menjadi tidak tenang, karena butuh waktu setahun atau bahkan lebih, hanya untuk merencanakan perjalan wisata. Tentu, ini hanya berlaku untuk kalangan menengah ke samping.

[caption id="attachment_81848" align="alignright" width="640" caption="Taman bermain Panaikang Bantaeng"]

1293369633396230488
1293369633396230488
[/caption]

Bantaeng, bukanlah tempat seindah seperti yang biasa saya tuliskan. Berkesan indah hanya karena saya memotret yang baik-baik saja. Bukankah hanya kebaikan yang perlu dibagi? Bantaeng yang bertekstur alam tepian pantai, dataran dan lembah serta pegunungan yang saling berhimpit, membuat jarak ke lokasi wisata tidak ada yang lebih dari sejam perjalanan. Biayanya juga murah. Bantaeng kecil namun indah. Small and Beautiful, mirip boneka tweety. Kecil, mungil tetapi cantik.

Terakhir, saya ingin berbagi foto tentang detik-detik, Tari kedinginan saat mandi di Eremerasa. Wajah lelahnya, lucu ia mengantuk dan kesan malu-malu kelincinya, cukup menyimpan kesan. Kesan yang menghibur di wisata kecil kami, yang sederhana dan murah, karena kami bisa menikmati lokasi wisata di tiga tempat berbeda. Gunung, lembah dan pantai.

Selamat menikmati wisata akhir tahun Anda dengan sanak keluarga. Selamat Hari Natal buat saudara, sahabatku umat Kristiani, selamat menanti Tahun Baru Masehi dengan harapan baru. Sukses sehat dan bahagia selalu.

Bantaeng 26 Desember 2010

[caption id="attachment_81853" align="aligncenter" width="404" caption="habis berenang, kedinginan, mengantuk, menguap, malu-malu kelinci"]

1293376198828188083
1293376198828188083
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun