Sekarang kita tidak membahas perbedaan antara Akal dan Iman dan berusaha mendefinisikan domain masing-masing. Â
Namun perlu dikatakan, bahwa bahkan dalam kehidupan sehari-hari kita lebih banyak diatur oleh apa yang kita yakini daripada apa yang kita ketahui.
Dengan IMAN dan ANALOGI, dibandingkan dengan ALASAN. Â
Kita tahu bahwa "Zaman Nalar" dalam Revolusi Perancis mengajarkan betapa bodohnya menobatkan Nalar sebagai yang tertinggi. Â
Akal budi salah ketika berurusan dengan Yang Tak Terbatas. Â
Kita harus menghormati dan percaya. Â
Terlepas dari musibah yang menimpa orang-orang yang berbudi luhur, penderitaan orang-orang yang berhak, kesejahteraan para tiran dan pembunuhan para martir, kita harus percaya bahwa ada Tuhan yang bijaksana, adil, penuh belas kasihan, Yang Maha Cerdas dan Yang Maha Memelihara, yang tertinggi di atas segalanya dan  memperhatikan hal-hal dan kejadian-kejadian terkecil. Â
Iman adalah sebuah kebutuhan bagi manusia. Â
Celakalah dia yang tidak percaya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H