"Katakan padaku apa yang kamu makan, dan aku akan memberitahumu siapa dirimu." Kata-kata ini diucapkan oleh Jean Anthelme Brillat-Savarin, seorang pengacara dan politikus Perancis yang juga terkenal sebagai penulis The Physiology of Taste sekaligus ahli kuliner dan gastronom.
Senada dengan itu, seorang traveler pernah berkomentar bahwa jika Anda benar-benar ingin mengetahui budaya suatu tempat, cicipi masakan aslinya. Mengapa? Karena ada banyak sejarah, tradisi, adat istiadat dibalik keunikan masakan suatu tempat. Jadi, saat berada di negara lain, makanlah apa yang disantap oleh penduduk setempat dan ajaklah mereka menceritakan latar belakang makanan yang mereka sajikan.
Mungkin gagasan tentang "makanan sebagai budaya" ini harus dipikirkan secara serius oleh teman-teman di Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan yang bertugas memelihara, mempromosikan atau melestarikan budaya Indonesia.
Ketika saya menonton film-film lama karya pembuat film terkenal India Satyajit Ray dan film Bollywood modern, saya menjadi sangat asyik setiap kali ada adegan makan malam. Saya terpesona melihat hidangan yang mereka santap seperti nasi putih atau biryani dengan hidangan kari, semur daging dengan roti chapati dan lain sebagainya. Hidangan yang tidak pernah gagal membangkitkan selera saya terhadap makanan India. Menarik juga untuk melihat mereka makan dengan cara tradisional yaitu dengan tangan, termasuk tokoh utama wanita yang berpenampilan rapi sehingga membawaku kembali ke masa kecil di Medan ketika aku melahap setiap masakan ibu dengan tanganku. Yang lebih penting lagi, pemandangan kuliner  ini memberi kita gambaran sekilas tentang budaya India yang melampaui kata-kata.
Bahkan sejarah kita bisa menjadi lebih menarik jika didekati dari sudut kuliner. Andai saja masakan lokal bisa berbicara, mereka mungkin punya banyak cerita menarik untuk diungkap tentang karakter pahlawan dan ikon tercinta kita. Kalau dipikir-pikir, kita sebenarnya dapat menemukan banyak hal tentang manusia  dengan mendengarkan juru masak di dapur berbicara tentang hidangan favoritnya.
Kemenparekraf juga harus mempertimbangkan wisata kuliner sebagai sebuah paket perjalanan secara keseluruhan untuk mempromosikan Indonesia kepada wisatawan yang menyukai pengalaman kuliner yang terus berkembang. Paket makanan tradisional harus menjadi bagian dari paket perjalanan para wisatawan yang tidak hanya menentukan hotel tetapi juga tempat makan yang akan memperkaya pengalaman pengunjung terhadap budaya lokal kita.
Salah satu cara paling efektif untuk mempromosikan pangan lokal kita adalah melalui filem. Saya mengusulkan hal ini karena ada serangkaian serial drama Jepang di platform streaming yang menggunakan makanan sebagai bahan dramatis yang menarik untuk memikat penonton lebih dalam ke inti budaya Jepang.
Di Midnight Diner, hidangannya sangat sederhana namun menarik, mulai dari nasi mentega hingga nasi telur dadar dan berbagai jenis ramen. Menontonnya, Anda dapat membayangkan betapa banyak hal yang dapat Anda temukan dan alami di gang terkecil di Tokyo.
Dalam Sweet Tooth Salaryman , seorang pemilik penerbitan, Kantaro, menyelesaikan kunjungan kliennya dalam waktu singkat sehingga dia bisa secara diam-diam melanjutkan misinya untuk menikmati manisan terlezat. Drama ini menampilkan lokasi nyata dan hot spot hidangan penutup di Tokyo. Setiap episode berpusat pada hidangan penutup khas Jepang seperti anmitsu, kakigri, mitsumame atau kreatifitas Jepang atas hidangan asing seperti parfait, eclair, pancake atau matcha bavarois.
Orang-orang di balik serial drama ini tahu bahwa makanan memiliki daya tarik alami dan mereka memanfaatkan hal ini sepenuhnya dengan pengambilan gambar yang menggugah selera yang diatur oleh penata makanan di lokasi syuting. Hampir mirip JAV dalam versi makanan (maaf untuk analogi ini). Hal ini dapat mendorong pengalaman makan makanan lezat ke tingkat yang lebih tinggi dari kehidupan.
Saya juga mengintip cara berpikir dan bertindak orang Jepang di setiap episode berkat elemen kecil kehidupan yang menunjukkan gambaran sekilas tentang kehidupan orang Jepang pada umumnya.