Aku senang melihat siswaku selalu sibuk melakukan sesuatu, seperti memotong kertas untuk membuat karakter, membuat bunga rampai atau kolase di papan ilustrasi, menulis puisi atau membuat sketsa cerita tentang orang-orang di lingkungannya, mendaur ulang gelas plastik menjadi pot tanaman, berfoto dengan gadgetnya dan lain sebagainya. Mungkin orang lain atau wali murid akan bertanya untuk apa kegiatan ini? atau apakah mereka sedang mempelajari sesuatu? Bagi saya yang penting mereka senang!
Jika teknik dan alat pembelajaran aktif dapat membantu menyemangati proses pembelajaran, mengapa tetap menggunakan cara tradisional? Yang penting mulai berkembangnya kemampuan berpikir siswa sendiri.
Ingatlah pepatah Tiongkok: "Saya mendengar dan saya lupa; saya melihat dan saya ingat; Saya melakukannya dan saya mengerti." Pada hakikatnya itulah yang dimaksud dengan pembelajaran. Pengetahuan melalui proses pengalaman aktual dan penemuan diri.
Mari kita gunakan pembelajaran aktif untuk mendorong remaja kita mengajukan pertanyaan-pertanyaan mendasar dan mengambil pelajaran dari dunia di sekitar mereka, seperti "Bagaimana saya harus hidup?" Â "Seperti apakah masyarakat yang baik itu?" dan pertanyaan-pertanyaan relevan lainnya yang akan mengembangkan daya berpikir bagi diri mereka sendiri. Tidak ada lagi penekanan pada hafalan nama dan tanggal. Tidak ada lagi penerimaan yang tidak kritis terhadap informasi yang diberikan.
Tapi sekali lagi, seperti yang saya katakan di awal, saya bukan ahli pedagogi. Saya hanya guru biasa dan juga bukan Guru Penggerak. Yang saya inginkan hanyalah memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengembangkan budaya berpikir mereka di kelas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H