Mohon tunggu...
ANDI FIRMANSYAH
ANDI FIRMANSYAH Mohon Tunggu... Guru - Guru yang Belum Tentu Digugu dan Ditiru

Hanya Seorang Marhaen yang menyenangi bidang Geopolitik, Sejarah dan Ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Dimana Bumi Dipijak Disitu Langit Dijunjung

11 Mei 2024   20:20 Diperbarui: 11 Mei 2024   20:31 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada cerita menarik berkaitan dengan pepatah "Dimana Bumi Dipijak Disitu Langit Dijunjung."

Disebuah perusahaan ada karakter baru yang tiba-tiba muncul dan membuat kesan langsung dengan kedok diberi kekuasaan penuh oleh pemilik perusahaan. Dia berhasil mengacak-acak dan menginjak banyak karakter sensitif hanya dalam tiga hari pertamanya. Akhirnya banyak orang yang merasa kesal dan lantas mengundurkan diri. Meninggalkan anak baru di perusahaan itu sendirian untuk memegang kendali.

Alasannya melakukan semua itu karena dia diberi perintah untuk menanamkan sikap urgensi ke dalam operasi perusahaan yang dianggap pemilik perusahaan berjalan lamban dan juga dalam upaya meningkatkan efisiensi. Namun cara yang dia lakukan menjadi kontraproduktif sejak awal dan akhirnya mengalami kegagalan. Analisa saya yang lebih mendalam mengenai situasi ini adalah bahwa terdapat permasalahan yang tidak dapat ditangani oleh manajemen puncak hingga akhirnya harus menggunakan "cambuk" untuk mendorong staf mengambil tindakan yang justru memperburuk keadaan.

Saya melihat orang ini sebagai tipe Westerling yang siap membantai ribuan nyawa sekalipun asalkan loyalitasnya diakui. Mengingat beliau bukanlah orang Belanda asli. Hanya keturunan Turki yang berniat mengabdi dibawah pemerintah Belanda . Itu membuat saya bertanya-tanya: apakah orang ini juga  melakukan hal yang sama di perusahaan tempat dia berasal?

Mungkin dia belum menemukan daftar panjang idiom klise yang banyak diungkapkan oleh buku-buku self-help tentang kemajuan perusahaan. Basahi kaki Anda terlebih dahulu. Lihat letak tanahnya. Rasakan medannya. Berbaringlah, perhatikan dan pelajari. Kenali dinamikanya, cari tahu siapa itu siapa ini dan sebagainya. DIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG.

Pepatah di atas juga berarti menyadari pendapat dan sikap, terutama isyarat nonverbal dari orang yang diajak bicara. Ini juga berarti peka terhadap emosi dan pikiran orang yang ada ditempat itu sehingga Anda dapat mengetahui dan menentukan apa yang pantas atau tidak pantas untuk dikatakan atau dilakukan.

Saya juga pernah menjumpai tipe orang yang bertingkah seperti banteng. Mengacau terlalu cepat dan terlalu sering dan setelah beberapa saat justru dia sendiri merasa getir, frustrasi dan jengkel karena diasingkan oleh orang-orang dalam yang penuh kebencian dan menolaknya. Karakter seperti itu, meskipun cemerlang dan berbakat, tidak mengerti apa-apa. Tuli secara emosional dan buta. Hingga berakhir dengan buruk.

Ada baiknya sebagai pimpinan untuk selalu berhati-hati dan bijaksana dalam berurusan dengan rekan kerja dan bawahan. Khususnya orang-orang yang pangkatnya di bawah. Kalau perlu mintalah bantuan staf untuk membimbing kita dalam beberapa hari dan minggu pertama sampai Anda cukup percaya diri untuk mengambil keputusan.

Mengetahui cara memahami ruang adalah keterampilan penting di tempat kerja. Seperti yang dikatakan Annie McKee, penulis How to Be Happy at Work: "Anda perlu memahami orang lain --- apa yang mereka inginkan, apa yang tidak mereka inginkan, ketakutan, harapan, impian, dan motivasi mereka."

Ada ungkapan serupa yang saya lebih suka gunakan yaitu ketahui konteksnya.

Memang hal ini memerlukan empati dan kepekaan yang bagi saya merupakan kebajikan paling penting dalam membina hubungan. Bukan berarti mengetahui kesukaan dan ketidaksukaan mereka hanya untuk mengeksploitasi kekuatan dan kelemahan mereka yang menurut saya bersifat manipulatif. Meskipun  saya melihat banyak pimpinan perusahaan yang ahli dalam hal ini.

Mengetahui konteksnya berarti mencoba melihat gambaran dari sudut pandang yang lebih luas sehingga Anda dapat mengapresiasi dan memahami dengan lebih baik dari mana orang tersebut berasal. Dengan demikian, Anda dapat menempatkan diri Anda pada posisinya dan merasakan masalah serta keterbatasan yang menghambat kinerjanya saat ini.

Dalam melakukan hal ini, seseorang harus peka terhadap kata-kata yang diucapkan dengan lantang dan juga kata-kata yang tidak diucapkan. Penting untuk memahami perasaan yang mendasarinya dan mampu menangkap isyarat dan sinyal halus yang sering kali tidak terucapkan. Dan ketika sesuatu diucapkan, seseorang harus mengetahui cara membaca yang tersirat atau tersurat.

Empati memunculkan simpati. Kalau saja orang yang saya sebutkan di awal menunjukkan sedikit lebih pengertian, dia akan bisa mendapatkan kerja sama dari bawahannya. Kalau saja dia terlebih dahulu memperhatikan perasaan orang-orang terhadap pekerjaannya, kemungkinan besar bawahannya akan senang jika diperhatikan dan balik menjadi perhatian. Mereka pasti sangat bersedia membantu. Sayang sekali, dia tidak membaca ruang dengan benar.

Kemampuan membaca ruang ini dapat diterapkan di semua area, di rumah, di kantor, di organisasi tempat Anda menjadi bagiannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun