Padahal itu semua adalah kebodohan. Berabad-abad yang lalu, orang-orang bijak telah memperingatkan kita," Seseorang yang diperbolehkan mengambil banyak untuk dirinya sendiri, maka banyak pula yang akan diambil sebagai balasannya." Sekitar 2.000 tahun yang lalu, filsuf Romawi Seneca mengatakan, "Orang yang miskin bukanlah orang yang memiliki sedikit, tetapi orang yang menginginkan lebih." Apa mereka peduli?
Yang bisa kita lakukan hanyalah menunggu orang-orang tersebut keluar dari "treadmill hedonis" mereka saat mereka menyadari bahwa kebahagiaan atau kepuasan tidak dapat diperoleh dengan menambahkan apa pun, melainkan melalui proses pengurangan. Statistik menunjukkan bahwa lebih banyak orang meninggal karena konsumsi berlebihan dibandingkan karena kelaparan dan kedinginan. Pada akhirnya, akan ada titik balik dan kemunduran.
Mari kita sepakat untuk berhenti merasa kagum dengan penampilan yang berlebihan di sekolah, di tempat kerja dan dalam kehidupan pribadi kita. Mari kita jadikan keserakahan yang tak pernah terpuaskan menjadi vulgar dan menjijikkan sekali lagi. Dalam masyarakat yang 99 persennya sulit memenuhi kebutuhan hidup, marilah kita mempermalukan orang-orang kaya yang tidak tahu kapan harus berhenti. Mari kita merasa muak dengan segala kerakusan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H