Mungkin individu atau perusahaan yang menawarkan layanan ini harus mempertimbangkan untuk menjadikan layanan mereka lebih bermanfaat atau "mengobati" dengan mengirimkan pendamping yang memiliki watak dan sikap bawaan yang mampu mendengarkan dengan empati, kasih sayang dan pengertian. Mereka juga seharusnya mendapatkan pelatihan dalam konseling, manajemen stres atau psikoterapi.
Bisakah layanan sewa pendamping ini berkembang di Indonesia? Saya sangat meragukannya. Kesepian sepertinya bukan masalah besar di negara kita. Kita mempunyai jaringan dukungan yang sangat luas dari lingkungan keluarga dekat kita yang tidak akan membiarkan kita sendirian.
Tapi siapa yang tahu? Bahkan dalam keluarga kita mungkin ada rasa lapar akan interaksi antar manusia. Namun biasanya, pertengkaran yang sering terjadi di jaringan atau lingkaran pendukung keluarga di negara kita adalah kualitas kehadiran mereka sebagai pendamping. Orang tua, saudara dan teman kita mempunyai kecenderungan untuk berbicara tanpa henti dan memberi kita nasihat yang tidak diminta ketika kita sedang mengalami krisis pribadi. Apa mereka tahu apa yang sebenarnya meresahkan hati kita? Apakah mereka benar-benar mendengarkan?
Ada varian dari sewa-pendamping yang menurut saya memiliki manfaat yang lebih dalam dan bertahan lama karena melibatkan sikap mendengarkan ini.
Namanya Human Library. Yaitu organisasi internasional nirlaba yang berbasis di Denmark yang dirancang untuk mendorong percakapan antara orang-orang yang memiliki cerita menarik dan peminjam yang diizinkan untuk "membacanya" dalam sesi yang masing-masing berdurasi hingga 30 menit.Â
Salah satu "peminjam" yang menghadiri sesi tersebut mengatakan: "Dengan buku manusia, Anda dapat mendengar cerita yang sangat nyata dan menarik langsung dari sumbernya dan bahkan berinteraksi dengan "buku" Anda."
Hal ini telah mendapat sambutan hangat di seluruh dunia dan kini telah menjadi ruang untuk menghidupkan kisah-kisah nyata. Human Library bahkan mengumpulkan dan mengkurasi "buku" manusia dari semua lapisan masyarakat. Mulai dari korban pemerkosaan hingga komunitas LGBTQ, jurnalis hingga penyandang disabilitas.Â
Salah satu perpustakaan paling sukses berada di Mumbai, India dan menggunakan tagline cerdas "Jangan menilai buku dari sampulnya." Interaksi manusia seperti ini mengarah pada refleksi diri yang lebih dalam, yang membantu kita mempertanyakan dan menyesuaikan keyakinan, bias dan prasangka yang kita miliki.
Pada akhirnya, Anda dan saya perlu menghilangkan kesepian orang lain. Mari kita saling membantu, dimulai dari keluarga dan teman kita. Mengapa kita masing-masing tidak bisa "hadir saat dipanggil"? Mengapa kita tidak menyediakan diri kita secara cuma-cuma bagi orang lain, jika tidak secara fisik, mungkin secara rohani dengan cara yang menyegarkan dan mendalam?
Tapi seperti yang dikatakan wanita Jepang itu,"Dia meningkatkan kualitas waktu saya." Seperti kata-kata Henry David Thoreau,"Mempengaruhi kualitas hari ini, itulah seni tertinggi."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H