Mohon tunggu...
ANDI FIRMANSYAH
ANDI FIRMANSYAH Mohon Tunggu... Guru - Guru yang Belum Tentu Digugu dan Ditiru

Hanya Seorang Marhaen yang menyenangi bidang Geopolitik, Sejarah dan Ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cleaning Service adalah Profesi Terhormat

18 Februari 2024   08:05 Diperbarui: 18 Februari 2024   08:06 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mungkin ada hubungannya dengan dua agama besar mereka: Budha dan Shinto.

Dalam Shintoisme, ritual penyucian sering dilakukan. Dalam agama Buddha, khususnya Buddha Zen, membersihkan dan menjaga lingkungan sekitar tetap rapi dan merupakan salah satu bentuk meditasi dan penyucian.

Praktik "pemurnian" ini terlihat jelas dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang. Stasiun kereta, jalan, kanal dan sungai selalu terlihat bersih dan bebas sampah. Hal ini kemungkinan besar merupakan cerminan dari kepercayaan Shinto yang menjaga lingkungan bebas dari "kegare" atau kotoran.

Meskipun budaya lain menganggap membersihkan toilet sebagai hal yang kotor atau menjijikkan, di Jepang, hal tersebut dianggap sebagai aktivitas yang terhormat. Setiap orang belajar membersihkan toilet karena toilet yang bersih merupakan tanda menghargai diri sendiri dan orang lain. Tak heran jika setiap hari siswa dan guru membersihkan toilet sekolahnya.

Mereka percaya bahwa rajin melakukan tugas-tugas paling menyebalkan ini akan membuat mereka kaya! Memberi mereka keberuntungan dan kemakmuran. Ini mungkin merupakan bagian dari keyakinan mereka bahwa tubuh dan pikiran yang bersih menarik energi positif dan kelimpahan. Inilah alasan mengapa anggota keluarga rajin membersihkan toilet di rumah. Di perkantoran dan pabrik, karyawan dan pekerja tidak keberatan pergi ke toilet untuk membersihkannya setidaknya seminggu sekali untuk memastikan nasib baik dan kesuksesan bisnis mereka.

Namun, pikiran sinis dalam diri kita mungkin meragukan hal itu karena hanya dianggap siasat untuk mengelabui pikiran agar melakukan sesuatu yang menjijikkan.

Tapi seperti yang mereka katakan, ketika Anda tidak ingin melakukan sesuatu, lakukan saja karena hal itu dapat menanamkan pengendalian diri. Jadi membersihkan toilet juga bisa membangun karakter.

Ambil contoh Konosuke Matsushita. Pada tahun 1920-an, Matsushita memperhatikan kondisi toilet di perusahaannya yang terbengkalai. Untuk memberikan contoh yang baik, dia, sebagai petinggi perusahaan, langsung ke toilet dan membersihkannya sendiri secara menyeluruh. Bagi Matsushita, membersihkan toilet memberikan kesempatan untuk menanamkan pikiran yang benar, akal sehat dan sopan santun.

Bagi Soichiro Honda, toilet yang kotor menunjukkan bahwa sebuah perusahaan tidak memiliki kepemimpinan dan moral. Jika karyawan perusahaan berupaya membersihkan toilet, mereka telah menunjukkan kesetiaan dalam hal-hal kecil. Honda, perusahaan yang didirikannya terkenal dengan kualitas hingga ke bagian atau detail terkecil dari setiap mobil atau sepeda motor yang dibuat oleh perusahaan tersebut.

Takeshi Kitano mengatakan bahwa salah satu alasan dia memiliki kebiasaan membersihkan toilet adalah karena hal itu membantunya tetap membumi sekaligus menjadi sukses. Saat Anda membersihkan toilet, Anda benar-benar harus membungkuk dan berlutut di atas ubin kamar mandi.

Michael Janda, pendiri agensi kreatif RiSER, menyatakannya sebagai berikut: "Saya yakin Anda adalah orang yang lebih baik jika Anda pernah memiliki pekerjaan yang mengharuskan Anda membersihkan toilet umum. Tugas sederhana ini memberikan banyak hikmah, salah satunya adalah kesediaan untuk melakukan apa pun yang dituntut pekerjaan. Saya telah berulang kali melihat dalam karier saya bahwa orang-orang yang bersedia bekerja ekstra dan melakukan tugas apa pun yang diminta oleh atasan atau klien mereka adalah orang-orang yang paling dihargai di perusahaan. Pada akhirnya, membersihkan toilet umum sejak dini bukanlah satu-satunya cara untuk belajar bersyukur dan rendah hati dalam melayani orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun