Peringatan Revolusi Mawar di Georgia pada tahun 2003. Setelah pemilihan parlemen yang curang, demonstrasi jalanan melawan Presiden Eduard Shevardnadze semakin membesar sepanjang bulan November tahun itu.
Shevardnadze adalah pemimpin de facto Republik Sosialis Soviet Georgia pada tahun 1970an dan awal 1980an. Ia kemudian menjadi menteri luar negeri Soviet di bawah kepemimpinan Mikhail Gorbachev. Pada tahun 1995, setelah Uni Soviet runtuh, ia menjadi presiden Georgia yang baru merdeka hingga ia mengundurkan diri pada 23 November 2003 yaitu selama Revolusi Mawar.
Kepergiannya merupakan tonggak penting dalam sejarah Georgia yaitu menandai berakhirnya peran para pemimpin era Soviet dalam kehidupan nasional dan awal dari jalan Georgia menuju hubungan yang lebih erat dengan Uni Eropa dan NATO yang berlanjut hingga saat ini.
Inilah sebabnya mengapa masyarakat sipil Georgia sangat mendukung Ukraina dalam perang di Rusia. Hingga ribuan sukarelawan Georgia melakukan perjalanan ke Ukraina untuk melawan invasi Rusia.
Tujuan strategis jangka panjang Rusia adalah memastikan bahwa negara-negara seperti Ukraina dan Georgia tetap berada di luar komunitas trans atlantik dan menjauhkan mereka dari organisasi seperti NATO dan Uni Eropa.
Moskow kemudian menyempurnakan formula untuk mewujudkan hal ini dengan menggunakan kekuatan militernya. Invasi Rusia ke Georgia pada tahun 2008 dan aneksasi Krimea pada tahun 2014 memperlambat prospek Uni Eropa dan NATO karena tidak ada organisasi yang mau menerima anggota baru yang terlibat dalam perang dengan Rusia.
Dalam jangka panjang, Rusia juga ingin melihat integrasi Ukraina dan Georgia ke dalam kelompok-kelompok yang didukung Moskow seperti Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif atau Uni Ekonomi Eurasia meskipun untuk saat ini hal tersebut tampaknya sangat tidak mungkin atau bahkan mustahil karena simpati warga Ukraina terhadap Rusia telah hilang sebab invasi tersebut.
Peristiwa yang dimulai di Georgia pada bulan November 2003 dan di Ukraina pada bulan November 2013 merupakan pengingat bahwa penentuan nasib sendiri adalah sebuah kekuatan yang sangat kuat.
Setelah beberapa dekade didominasi oleh Rusia dan Soviet, negara-negara seperti Ukraina dan Georgia ingin menentukan nasib mereka sendiri. Mengingat Georgia dan Ukraina memiliki sejarah, bahasa dan budaya yang berbeda dengan Rusia.
Turun ke jalan secara damai menunjukkan bahwa setiap negara mempunyai kemampuan berdaulat untuk menentukan jalannya sendiri
Bagi warga Ukraina dan Georgia, turun ke jalan secara damai menunjukkan bahwa masing-masing negara mempunyai kemampuan berdaulat untuk menentukan jalannya sendiri dan memutuskan dengan siapa mereka menjalin hubungan internasional serta bagaimana dan oleh siapa mereka diperintah. Tidak ada pihak luar, bahkan Rusia sekalipun, yang boleh memveto keanggotaan atau hubungan yang lebih dekat dengan organisasi seperti Uni Eropa atau NATO.