Pada saat yang sama, milisi yang didukung oleh Iran juga meningkatkan serangan mereka terhadap pangkalan AS di Suriah dan Irak sehingga meningkatkan kekhawatiran akan potensi konflik regional terutama jika mempertimbangkan situasi di Gaza.
Serangan ini telah mengakibatkan cederanya tentara AS dan korban sipil sehingga mendorong Washington untuk mengerahkan sistem anti-rudal untuk melindungi pangkalan dan sekutunya di wilayah tersebut. Sebagai tanggapan, Presiden Joe Biden mengerahkan kapal induk ke Mediterania timur dan mendesak Israel untuk menunda invasi darat ke Gaza.
Konflik Israel-Palestina serta kelompok-kelompok milisi yang didukung Iran secara tidak langsung mengancam pangkalan-pangkalan militer AS.
Kehadiran milisi yang didukung Iran di dekat Dataran Tinggi Golan juga menambah ketidakstabilan regional yang semakin meningkat.
Menarik untuk dicatat bahwa para pemimpin Hizbullah, Hamas, dan Jihad Islam berkumpul di Beirut untuk menyatakan solidaritas dalam mencapai "kemenangan nyata bagi perlawanan di Gaza dan Palestina."
Situasi ini jelas membawa risiko tinggi terjadinya eskalasi lebih lanjut dan menggarisbawahi dinamika yang bergejolak di kawasan tersebut.
Menanggapi serangan demi serangan ini dan menambah rangkaian peristiwa yang semakin kompleks, militer AS telah melakukan serangan udara di dua lokasi di Suriah timur yang terhubung dengan Korps Garda Revolusi Iran yang menandai kesediaan Amerika untuk terlibat langsung dalam krisis Timur Tengah.
Serangan-serangan ini yang menargetkan fasilitas penyimpanan senjata dan amunisi yang digunakan oleh IRGC dan milisi pendukungnya merupakan respons terhadap serangan atas fasilitas AS di Irak dan Suriah oleh kelompok yang didukung Iran yang mengakibatkan cederanya prajurit AS dan korban sipil.
AS jelas berupaya mencegah serangan lebih lanjut, meski ada risiko eskalasi. Ketegangan di kawasan ini meningkat seiring dengan semakin aktifnya proksi Iran sehingga berpotensi menimbulkan konflik regional yang lebih luas.
AS sedang mencoba untuk mencapai keseimbangan antara merespons agresi dan menghindar dari memperburuk situasi.
Dengan latar belakang meningkatnya konflik, Utusan Khusus PBB untuk Suriah, Geir Pedersen memperingatkan bahwa kurangnya proses politik yang berarti di Suriah telah menyebabkan meningkatnya ketidakstabilan dan kekerasan sehingga menjadikan situasi menjadi sangat berbahaya.