Mohon tunggu...
ANDI FIRMANSYAH
ANDI FIRMANSYAH Mohon Tunggu... Guru - Guru yang Belum Tentu Digugu dan Ditiru

Hanya Seorang Marhaen yang menyenangi bidang Geopolitik, Sejarah dan Ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Badai Al Aqsa akan Mengubah Segalanya

29 November 2023   19:47 Diperbarui: 29 November 2023   19:47 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Namun, strategi ini tidak akan mungkin terjadi jika Israel tidak membiarkan generasi muda Palestina ini tidak punya pilihan selain melawan.

Video yang beredar di media sosial menunjukkan para pejuang Palestina berteriak dalam bahasa Arab meneriakkan, "ini untuk saudaraku", "ini untuk anakku". Mereka meneriakkan hal ini dan banyak pernyataan kemarahan lainnya ketika mereka menembaki pemukim dan tentara Israel yang dilanda kepanikan.Tentara Israel dalam banyak kesempatan malah terlihat meninggalkan posisi mereka dan melarikan diri.

Dampak psikologis dari perang ini pasti akan melebihi dampak psikologis yang terjadi pada bulan Oktober 1973, ketika tentara Arab melawan Israel, juga setelah serangan mendadak.

Kali ini, dampak buruk terhadap pemikiran kolektif Israel akan terbukti menjadi sebuah pengubah keadaan karena "perang" tersebut melibatkan satu kelompok Palestina bukan satu atau dua tentara.

Serangan mendadak pada bulan Oktober 2023 terkait langsung dengan serangan tahun 1973. Dengan memilih peringatan 50 tahun kemenangan besar melawan Israel, perlawanan Palestina ingin mengirimkan pesan yang jelas: "Perjuangan Palestina tetap menjadi perjuangan seluruh rakyat Arab. ."

Faktanya, semua pernyataan yang dibuat oleh komandan militer dan pemimpin politik Hamas sarat dengan simbolisme dan referensi lain terhadap negara dan masyarakat Arab.

Wacana pan-Arab ini tidak sembarangan dan digambarkan dalam pernyataan yang dibuat oleh Komandan Brigade Al-Qassam Mohammed Deif, komandan pendiri kelompok tersebut Saleh Al-Arouri, kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh dan Abu Obeida, juru bicara Brigade yang terkenal dan selalu memakai penutup wajah.

Mereka semua mendesak persatuan dan menegaskan bahwa Palestina adalah komponen perjuangan Arab dan Islam yang lebih besar demi keadilan, martabat dan kehormatan kolektif.
Kelompok ini menyebut serangan tersebut sebagai "Badai Al-Aqsa," yang sekali lagi menegaskan kembali persatuan Palestina, Arab dan Muslim di Al-Quds (Yerusalem) dan semua tempat sucinya.

Semua orang tampak terkejut, termasuk Israel sendiri. Bukan karena serangan Hamas itu sendiri, namun karena koordinasi yang hebat dan keberanian operasi besar-besaran yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Alih-alih menyerang di malam hari, kelompok perlawanan tersebut malah menyerang saat fajar. Alih-alih menyerang Israel menggunakan banyak terowongan di bawah Gaza, mereka malah berkendara ke sana, terjun payung, tiba melalui laut atau dalam banyak kasus berjalan melintasi perbatasan.

Unsur kejutan menjadi lebih membingungkan ketika para pejuang Palestina menentang hal-hal mendasar dari perang gerilya. Alih-alih melakukan "perang manuver" mereka malah melakukan "perang posisi" sehingga mempertahankan wilayah yang mereka kuasai di wilayah Israel selama berjam-jam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun