Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi setiap individu dan masyarakat adalah mendeteksi dan menangani prevalensi informasi palsu di dunia saat ini.
Penyebaran informasi palsu terjadi dalam dua bentuk. Jika informasi yang tidak benar disebarkan dengan sengaja dengan maksud agar orang salah menyatakan fakta dan menyesatkan hal ini disebut disinformasi.
Namun jika tidak disengaja maka disebut misinformasi. Namun demikian, akibat dari disinformasi dan misinformasi sama saja.
Oleh karena itu, penting untuk menemukan cara untuk melawan segala bentuk disinformasi dan misinformasi seperti teori konspirasi, berita palsu, foto yang direkayasa, manipulasi audio dan video serta penipuan.
Munculnya kecerdasan buatan telah memperburuk masalah ini karena teknologi tersebut mempermudah penyebaran informasi yang tidak akurat dan membuatnya tampak nyata, kredibel, dan sah.
Seringkali bot, akun palsu, dan orang-orang yang tanpa sadar membagikan informasi palsu membuat disinformasi menyebar lebih cepat. Dengan kata lain, dampak buruk dari penyebaran informasi palsu tidak boleh dianggap remeh.
Jangkauan disinformasi dapat meningkat secara eksponensial ketika orang-orang dengan banyak pengikut mendukung atau membagikannya.
Selain itu, yang membuat penyebaran informasi palsu begitu cepat adalah mudahnya akses masyarakat terhadap konten online khususnya melalui perangkat seluler.
Penyebaran misinformasi dan disinformasi dapat menimbulkan beberapa konsekuensi.
Pertama, dapat berdampak negatif terhadap pengambilan keputusan masyarakat terkait kesehatan dan selanjutnya berdampak pada sistem layanan kesehatan di suatu negara.Â