Mohon tunggu...
ANDI FIRMANSYAH
ANDI FIRMANSYAH Mohon Tunggu... Guru - Guru yang Belum Tentu Digugu dan Ditiru

Hanya Seorang Marhaen yang menyenangi bidang Geopolitik, Sejarah dan Ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Permakultur

14 Oktober 2023   07:00 Diperbarui: 14 Oktober 2023   07:04 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Namun hal ini mudah diucapkan daripada dilakukan. Kepentingan-kepentingan yang mengakar dan institusi-institusi dominan tidak akan menyukai keseluruhan etos permakultur ini karena cenderung melemahkan sistem keserakahan yang ada saat ini.  

Berikut adalah dua belas prinsip dasar permakultur yang dijabarkan oleh David Holmgren, salah satu perumus gagasan ini.  

Menurut beliau, etika adalah inti dari konsep permakultur. Ketiga etika tersebut adalah peduli terhadap bumi, peduli terhadap manusia dan berbagi secara adil.

Bill Mollison, salah satu pencetus dan terkadang disebut sebagai 'bapak permakultur' mengatakan: "Permakultur adalah sebuah filosofi yang bekerja dengan, bukan melawan alam;  tentang pengamatan yang berlarut-larut dan penuh pertimbangan dibandingkan dengan kerja yang berlarut-larut dan tanpa berpikir;  dan memperhatikan tumbuhan dan hewan dalam seluruh fungsinya, daripada memperlakukan area mana pun sebagai satu sistem produk tunggal."

Apa saja permasalahan utama yang dihadapi sistem dunia saat ini?  Kekurangan sumber daya adalah salah satunya.  

Energi murah dari bahan bakar fosil yang memfasilitasi segala kenyamanan material di zaman modern semakin berkurang dengan cepat.  

Hal ini mungkin merupakan hal pertama yang akan menimbulkan kekacauan besar terhadap tatanan yang ada dalam waktu dekat dengan asumsi bahwa perubahan iklim dan ketidakseimbangan lainnya dapat dikurangi.  

Sumber daya mineral lainnya juga hanya tersedia terbatas di bumi ini. Selain itu, endapan alami yang digunakan untuk menyerap dan mendaur ulang 'sampah' sudah habis. Atmosfer, lautan, hutan, lapisan es, dll semuanya berada dalam kondisi yang sangat berbahaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun