Phase Out of Fossil fuel vehicles
Pernah dengar jargon ini?
Sekarang banyak negara mulai mengamalkannya. Suatu ajakan untuk mulai tidak memproduksi dan membeli kenderaan berbahan dasar minyak bumi.
Singapura berencana mulai menghapus kenderaan berbasis minyak fosil tahun 2030 dan selesai tahun 2040.
Amerika setelah Biden jadi presiden langsung bergerak untuk menghapus kenderaan model ini sampai 2035. Begitu juga dengan Uni Eropa.
Jadi jika jaman dulu ada pertanyaan,
"Bagaimana jika ternyata minyak bumi habis?"
Sekarang tidak perlu dikhawatirkan lagi. Sebab banyak negara sudah mulai beralih ke sumber energi yang lain.
Sehingga akan tiba suatu masa dimana negara-negara penghasil minyak bumi akan merana. Jika pun masih menggunakan minyak dan gas mungkin hanya untuk pembangkit listrik saja. Di masa ini juga mungkin akan ada sumber energi lain yang harganya tiba-tiba melonjak. Sumber daya seperti Lithium, Mangan, Kobalt dan Nikel.
Lithium dikuasai Australia 55 persen. Mangan dipegang Afrika Selatan 37 persen. Kobalt oleh Kongo 37 persen dan Nikel masih dikuasai Indonesia sebesar 37 persen.
Untuk apa sih semua bahan tambang ini?
Untuk membuat Katoda baterei dan semuanya di ekspor ke Tiongkok. Jadi nanti Tiongkok lah yang akan memproduksi Katoda dan Anoda baterei tersebut. Disini bisa kita lihat bahwa Tiongkok sudah mulai meletakkan satu kakinya di industri kenderaan listrik dunia.
Jika seluruh dunia mulai menggunakan kenderaan listrik maka bisa dibayangkan betapa berkuasanya Tiongkok dan empat negara yang menopang industri itu di kemudian hari. Maka bagi Uni Eropah dan Amerika menganggap ini tidak bisa dibiarkan.
Saat Obama berkuasa beliau lebih fokus pada pemanasan global. Jaman Trump malah mendukung industri minyak dan seperti menghapus program Obama. Artinya belum ada pemimpin Amerika yang fokus pada masalah ini.
Barulah setelah Biden jadi presiden maka Amerika mulai fokus membahas industri kenderaan listrik. Jadi seperti biasa Amerika punya jargon juga. " You should do what we do". Maka sekarang banyak negara di dunia ini yang mulai membicarakan kenderaan listrik. Sebab Bos Besar sudah memulainya.
Merasa bahwa kekuasaannya suatu saat bakal dikebiri oleh Tiongkok, maka Amerika harus buat sesuatu yang bisa menyaingi mereka bukan menandingi ya. Karena Amerika sudah terlambat 20 tahun dibandingkan Tiongkok jika bicara mobil listrik.
Apalagi Amerika punya salah satu dari empat bahan yang dibutuhkan dalam membuat baterei kenderaan listrik yaitu Lithium. Hanya hal ini harus dibicarakan baik-baik dengan aktifis lingkungan hidup jika ingin menambangnya.
Sembari menunggu pembicaraan ini menemui kata mufakat maka Biden merasa perlu membuat kebijakan yang paling tidak bisa sedikit memberi pukulan ke Tiongkok.
Maka dikeluarkanlah kebijakan Inflation Reaction Act. Bagi rakyat Amerika kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka. Sementara bagi Uni Eropah kebijakan ini membuat mereka kesulitan menarik investor karena dengan adanya kebijakan ini maka banyak potongan pajak yang dibuat sehingga membuat Amerika menjadi surga investasi lagi. Nah bagi Australia pula kebijakan ini memudahkan mereka untuk minta utangan sama Amerika.
Soalnya bagi negara yang pernah menandatangani Free Trade Agreement dengan Amerika maka bisa memohon pinjaman, mendapatkan subsidi dan potongan pajak dan bea cukai dari pemerintah Amerika.
Nah kesempatan ini dimanfaatkan Australia untuk membangun industri refinery Lithium yang saat ini masih di dominasi oleh Tiongkok.
Untuk anda ketahui bahwa Australia itu populasinya kan hanya ada di pesisir. Jadi ditengah-tengah itu sebenarnya tidak ada manusianya. 95 persen luasnya dibandingkan yang berpenduduk. Disitulah terkumpul segala macam bahan tambang yang dibutuhkan dunia termasuk Lithium. Wajar dong jika mereka ingin membangun industri refinery karena mereka punya gudangnya.
Meskipun untuk saat ini produksi Lithium hasil refinery mereka masih tergolong mahal ketimbang produksi Tiongkok namun dari kualitas masih lebih tinggi ketimbang produksi Tiongkok. Jika dibandingkan keduanya Tiongkok hanya menang di harga yang lebih murah karena biaya produksi yang murah juga. Mungkin hasilnya akan menjadi lain jika Australia juga bisa menurunkan harga paling tidak sama dengan harga produksi Tiongkok.
Jadi dengan adanya bantuan dari pemerintah Amerika dan APBN negara sendiri maka Australia ingin menguasai pangsa pasar refinery Lithium paling tidak 20 persen di tahun 2027. Kalau sekarang mereka hanya menguasai 1 persen saja.
Bukan saja itu saja. Mereka bahkan hendak menguasai pasar Nikel dan Kobalt juga. Wajar dong. Mereka kan punya gudangnya.
Hanya yang perlu kita perhatikan. Bagaimana langkah Australia untuk menguasai pasar bahan tambang dunia di masa depan telah mereka mulai dari sekarang.
Bayangkan jika seluruh dunia sudah mulai menggunakan kenderaan listrik ini. Maka ketergantungan dunia akan keempat unsur tersebut akan membuat posisi tawar negara penguasanya menjadi lebih kuat. Bayangkan jika Australia mampu menguasai 50 persen saja pangsa pasar dunia atas keempat unsur tersebut. Akan seperti apa Australia di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H