Pada 13 Juli 2016 Erdogan menandatangani sebuah undang-undang yang memberi hak imunitas bagi militer saat melakukan operasi. Jadi tidak boleh ada tuntutan apapun. Sehingga kesannya seperti mengikat militer supaya tunduk pada pemerintah.
Namun anehnya dua hari setelah itu justru pesawat tempur melintasi langit Ankara. Jembatan Istambul ditutup pihak militer dan Perdana Menteri Binali Yildirim mengumumkan bahwa telah terjadi kudeta militer.
Chaos dimana-mana. Tank-tank militer diparkir di bandara Attaturk. Media sosial di blok. Sekelompok tentara menangkap pimpinan angkatan darat Turki dan meminta beliau menandatangani persetujuan atas kudeta militer tersebut.
Tengah malam helicopter mengebom kantor-kantor pemerintah dan markas kepolisian. Reporter berita Tijen Karas mengumumkan bahwa negara saat ini diambil alih oleh militer.
Erdogan kemudian menggunakan CNN untuk mengutuk keras tindakan kudeta tersebut dan meminta rakyat untuk berkumpul dan melakukan perlawanan sementara perintah militer waktu itu meminta rakyat untuk diam dirumah masing-masing.
Wakil Perdana Menteri ikut juga menyuarakan bahwa pemerintah yang sah masih ada dan masih berkuasa. Walikota Ankara menyerukan warga kota untuk segera turun ke jalan menyelamatkan demokrasi di Turki.
Akhirnya rakyat keluar dari rumahnya masing-masing dan turun ke jalan tapi bukan untuk melakukan demonstrasi melainkan pergi ke mesjid dan mengumandangkan adzan. Seluruh mesjid di kota itu menggemakan adzan tak putus-putusnya.
Pemerintah Turki hanya memotivasi sementara di Medan perang rakyatlah yang menentukan. Seruan adzan dimana-mana itu menunjukkan bahwa mereka tidak setuju dengan kudeta yang dilakukan oleh militer waktu itu.
Ini jelas memukul mental militer yang  melakukan kudeta tersebut. Hingga akhirnya menyerah karena tidak ingin berhadapan dengan rakyat dan mengembalikan kekuasaan kembali kepada Erdogan.
Maka sejak itu Erdogan mulai melakukan reformasi. 21 ribu guru di Turki kehilangan predikat profesionalisme mereka karena sertifikat pendidiknya dicabut oleh negara dan tidak diakui karena dianggap mendukung Gulen. Bahkan bukan cuma guru saja. Jika dihitung ada 160 ribu orang kehilangan pekerjaannya akibat reformasi ala Erdogan.
Erdogan juga meminta Amerika untuk menyerahkan Gulen yang ada di negara tersebut sejak 1999. Namun Amerika tidak ingin menyerahkan Gulen dengan alasan bahwa semua itu hanya fitnah semata dan semua kejadian itu sebenarnya adalah ulah Erdogan sendiri.