Jika di negara lain kudeta pasti akan diikuti kalau tidak krisis politik mungkin krisis ekonomi. Tapi tidak di Korea Selatan.
Di Korea Selatan kudeta militer berlangsung dalam damai. Meskipun orang militer tapi Park Chung Hee pro demokrasi. Di jaman Park lah Korsel mengalami kejayaan ekonomi sehingga ada istilah Miracle on the Han River.
Jika berkaca pada sejarah. Tak mungkin rasanya Korsel bisa seperti sekarang ini. Bayangkan! Tahun 1950 negara mereka hancur lebur akibat Perang Korea. Korut malah lebih makmur waktu itu. Kemiskinan yang mereka alami bahkan setaraf dengan negara-negara di Afrika khususnya yang tengah dilanda perang saudara.
Lantas bagaimana caranya mereka bisa bangkit menjadi Macan Asia?
Jika negara-negara lain industrinya berbasis impor, maka industri mereka berorientasi ekspor. Mereka berusaha menjadi supplier.
Untuk mencapai semua ini tidak gampang wahai saudaraku. Butuh dua elemen tangguh yaitu infrastruktur dan sumber daya manusia.
Untuk membangun SDM tangguh dibutuhkan pendidikan dan keterampilan yang mumpuni. Tidak lupa pula menimba pengalaman dari orang-orang yang telah berpengalaman agar rakyat lebih kreatif dan berdaya saing. Meskipun begitu tetap pertanian tidak dikesampingkan.
Di awal-awal masa pemerintahan Park Chung Hee beliau melakukan Reformasi Pertanahan alias Land Reform. Petani dibagiin tanah supaya mereka dapat mengolah tanahnya sendiri sehingga bisa meningkatkan ekonomi mereka juga produktifitas pangan. Bagi Park jika rakyat kaya atau hidup senang pasti Komunis ga bakalan laku.
Bukan itu saja. Bahkan Chaebol atau kalau dikita disebut Konglomerat malah diberi insentif sama beliau agar bisa melakukan ekspor keluar negeri. Jadi perusahaan seperti Samsung, Hyundai sampai LG itu diproteksi mati-matian dalam menghadapi persaingan internasional.
Jadi bukan tidak ada demokrasi di Korsel. Hanya Park menjalankannya dengan gayanya sendiri. Tetap melaksanakan Liberalisasi ekonomi tapi dengan rentaknya sendiri. Seakan-akan berkata lantang kami juga bisa maju meskipun tidak ikut gaya barat.
Tapi semua itu tidak terlepas dari yang namanya pendidikan karena teknologi tinggi butuh SDM berkualitas yang memiliki keterampilan yang mumpuni juga.