Mohon tunggu...
ANDI FIRMANSYAH
ANDI FIRMANSYAH Mohon Tunggu... Guru - Guru yang Belum Tentu Digugu dan Ditiru

Hanya Seorang Marhaen yang menyenangi bidang Geopolitik, Sejarah dan Ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

The Great Depression

3 Agustus 2023   22:44 Diperbarui: 3 Agustus 2023   23:12 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saat ekonomi amblas pemerintah tidak mungkin memungut pajak. Jika pemerintah tidak dapat asupan dari pajak maka sudah pasti kondisi makin lemah lunglai.

Orang kaya yang waktu itu hanya 1 persen saja tidak bisa diharapkan juga membantu negara karena ternyata mereka banyak hutang juga.

Apalagi waktu itu Mr. Woodrow Wilson memberi kemudahan dalam peminjaman. Terus mereka minjam buat apa sih? Buat investasi. Main saham. Makanya waktu itu pasar saham Amerika berkembang. Bahkan sebagian besar mereka main saham malah buta sama sekali dengan analisanya. Jadi mereka lebih cenderung menjadi spekulan ketimbang investor. Apalagi mainnya juga aneh.

Gimana mainnya? Saham 1 lot isinya 500 lembar. Saya beli hanya 100 lembar. Sisanya minjam sama broker. Broker tidak masalah karena saya pasti akan bayar fee ke Broker dan ada kemungkinan balik lagi ke broker kalau saya tidak bisa bayar fee. Saya suka karena dapat 1 lot saham dan kemungkinan bisa saya dapatkan dengan utuh jika saya sudah melunasi cicilannya. Jadi modal saya bisa saya gunakan untuk membeli saham lain dengan cara yang sama. Yang penting saya bisa memperkirakan bahwa saya pasti akan bisa melunasi cicilannya dari keuntungan saham.

Lantas bagaimana jika orang yang masuk bursa menggunakan cara yang sama. Bursa tersebut tinggal menunggu kehancurannya saja. Nilai saham mulai mengalami inflasi karena terlalu kuatnya demand. Apalagi spekulan berlagak investor ini beli saham bukan berdasarkan analisa tapi omongan orang yang tidak bertanggung jawab. Begitu sahamnya overvalued baru mereka panik. Jual cepat. Kalau lambat siap-siaplah menanggung akibatnya. Kalau sudah begitu mana ada untungnya lagi biar pun pegang saham banyak-banyak juga.

Itulah yang terjadi pada 24 Oktober 1926. Hari itu adalah Rabu Terburuk dalam sejarah Amerika. Satu New York guncang karena saham jatuh. Semuanya berkumpul di depan New York Stock Exchange.

Dalam jangka waktu satu hari 16 juta saham dijual. Waktu itu belum ada sistem digital. Semuanya serba manual sementara antrian panjang. Makanya ada yang masih kebagian untung walau sedikit tapi kebanyakan malah buntung.

Kesimpulannya pembangunan pesat itu penting tapi harus berdasarkan real value bukan overinflated value. Sementara Amerika membangun ekonominya dengan real dan overinflated value.  

Makanya tahun 1920 an banyak yang gagal tapi banyak yang sukses. Terutama mereka yang bergerak di real value. Contohnya Coca-Cola. Kemudian ada Kraft juga.

Jadi The Great Depression adalah endgame bagi ekonomi yang overheating.

Jika ditanya apa penyebab The Great Depression? Jawabannya:
1.  Pembangunan pesat.
2. Pinjaman mudah.
3. Kelebihan produksi
4. Banyaknya spekulan di bursa saham.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun