Mohon tunggu...
ANDI FIRMANSYAH
ANDI FIRMANSYAH Mohon Tunggu... Guru - Guru yang Belum Tentu Digugu dan Ditiru

Hanya Seorang Marhaen yang menyenangi bidang Geopolitik, Sejarah dan Ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Siapa Pemenang di Tanah Palestina

4 Juli 2023   17:00 Diperbarui: 4 Juli 2023   17:07 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

SIAPA PEMENANG DI TANAH PALESTINA

Berbicara masalah Palestina ini memang agak rumit. Bahkan Dunia Arab pun seperti tidak peduli dengan nasib mereka ini. 436 juta rakyat Arab. 22 negara berdaulat seperti terdiam.

Sementara politik di dalam negeri Palestina sendiripun seperti terbelah. Ada Hamas. Ada Fatah. Bahkan ada PFLP (Popular Front for The Liberation of Palestine) atau Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina yang berhaluan Komunis yang dipimpin oleh Ahmad Sa'adat dan saat ini sedang dipenjara.

PFLP ini kabarnya disponsori oleh Iran. Makanya mereka memiliki sayap bersenjata yang diberi nama Brigadir Abu Ali Mustafa.

Beberapa kali pemerintah Palestina meminta Brigadir bersenjata ini untuk meletakkan senjata. Namun mereka menolak sebelum Israel angkat kaki dari bumi Palestina.

Dulunya PFLP ini terpecah juga. Jadi ada lagi yang namanya DFLP (Democratic Front for Liberation of Palestine) atau Front Demokratis untuk Pembebasan Palestina. Nah gerakan ini lebih fokus ke politik ketimbang militer tapi punya pasukan juga namanya Brigadir Pertahanan Nasional atau National Resistance Brigade (NRB).

Pasukan ini malah lebih ekstrim lagi ketimbang  Brigadir Abu Ali Mustafa. Soalnya mereka pernah menyamar memakai seragam Israel Defense Force dan masuk ke Israel kemudian menyerang sebuah pasar bernama Ma'alot hingga menewaskan 25 orang anak-anak.

Sama dengan PFLP, DFLP juga berhaluan Komunis. Sealiran juga dengan Palestinian People's Party. Keduanya mendapat dukungan dari Jordanian Communist Party. Tapi sekarang sudah tidak lagi.

Mengapa bisa bercerai? Begini kisahnya...
Dulu saat Israel mengumumkan kemerdekaannya, Dunia Arab terguncang. Kemudian mereka menyerang. Salah satunya adalah Jordania. Waktu itu masih diperintah Raja Abdullah I. Salah satu keturunan Rasulullah Saw.

Raja Abdullah I sadar bahwa ini bakalan jadi konflik besar jika tidak dihentikan. Maka Raja Abdullah I pada tanggal 11 Mei 1948 bertemu dengan Golda Meir. Dalam pertemuan tersebut Raja Abdullah I mempertanyakan keputusan Israel untuk mengumumkan kemerdekaan. Padahal Raja Abdullah I telah menawarkan kepada mereka bahwa Jordania bakalan mengambil alih seluruh tanah jajahan Inggris dan berjanji bahwa perwakilan para kaum Yahudi itu bakal mendapat tempat di parlemen Jordania dan bahkan Raja Abdullah I juga menjanjikan akan memberi wilayah otonomi khusus bagi bangsa Israel tersebut untuk menetap di wilayah kerajaannya. Semuanya dilakukan Raja Abdullah I semata-mata untuk menghindari konflik yang mungkin timbul jika Israel memerdekakan diri. Namun Golda Meir tetap menolak. Tekadnya untuk memerdekakan bangsanya tidak dapat ditahan lagi. Makanya perang tidak dapat terelakkan lagi.

Jika dikatakan bahwa Arab kalah perang di tahun 1948 itu sebenarnya pernyataan itu salah besar. Masih ada negara Arab sebenarnya yang menang perang khususnya di wilayah tepi barat dan Jerusalem.

Di tepi barat, Jordania berhasil mendirikan Palestine Liberation Organization (PLO). Jordania juga mampu merangkul Arab-arab Palestina ini. Dalam PLO juga ada Fatah, PFLP dan DFLP.

Hanya yang sangat disayangkan, meski begitu dekatnya Raja Abdullah I ini dengan bangsa Palestina namun beliau dibunuh oleh orang Palestina saat sholat Jumat di Masjid Al-Aqsa. Hingga Raja Husein yang menggantikan beliau sampai harus menetapkan bahwa PLO adalah masalah besar.  

Mengapa Raja Husein sampai mengatakan PLO adalah masalah besar?
Ingat seperti apa yang pernah direncanakan oleh Raja Abdullah I bahwa Jordania akan mengambil alih seluruh wilayah Inggris di tanah Arab. Bahkan Jordania pernah menawarkan bangsa Israel untuk hidup di wilayah kerajaannya. Padahal yang mereka inginkan adalah kemerdekaan. Begitu juga dengan Palestina. Pasti Raja Abdullah I juga menawarkan hal yang sama dengan bangsa Palestina. Namun untuk apa PLO didirikan. Untuk apa Fatah dan Hamas angkat senjata? Jelas yang mereka inginkan itu kemerdekaan. Bukan hanya sekedar hidup di wilayah otonomi. Mereka sedang memperjuangkan identitas mereka. Jordan bilang tepi barat itu milik mereka. PLO bilang itu wilayah mereka. Apalagi setelah Jordan kalah perang tahun 1967. Malah Israel yang mengambil alih tepi barat.

Mirisnya, bidannya PLO itu Jordania. Jordania berharap Palestina akan menjadi bagian dari mereka. Padahal kenyataannya Jordania tidak dianggap sama sekali dengan mereka. Tapi setiap kali mereka menyerang Israel,  pasti nanti larinya ke Jordania. Seenaknya saja mereka melanggar batas-batas negara seakan-akan Jordania itu tanah airnya juga tapi diajak gabung ga mau. Inilah yang membuat Raja Husein mengatakan bahwa PLO ini masalah besar buat Jordania. Makanya sejak Juni 1970 PLO tidak bebas masuk Jordania lagi kecuali harus berhadapan dengan militer Jordania. Raja Hussein sebenarnya sudah muak dengan PLO ini tapi takut kena hujat dengan teman-teman Arabnya.

Apalagi pada tanggal 6 Desember 1970 PFLP membajak empat pesawat di Dawson's Field dekat Zarqa, Jordania dan didukung PLO. Bayangkan...
Apa gak tambah gemes tuh Raja Husein.

Akhirnya..
Mungkin karena sudah tidak tahan lagi. Sudah diubun-ubun kayanya. Raja Hussein mengirimkan 74 ribu pasukan Jordanian Armed Force untuk berperang melawan Fatah, PFLP dan DFLP.  Beliau sepertinya tidak peduli lagi dengan PLO. Sampai-sampai PLO menyebut bulan itu dengan sebutan Black September saking galaunya.

Jadi itulah sebabnya kenapa Dunia Arab itu seakan menutup mata dengan perjuangan rakyat Palestina waktu itu. Sebab tidak ada otoritas tunggal yang bisa mengendalikan pergerakan para pejuang itu. Meskipun ada PLO. Ada Yaser Arafat. Tapi omongannya ga pernah mereka dengarkan.

Nah yang namanya Fatah, PFLP dan DFLP itu sekarang masih ada. Tapi PLO dan Yaser Arafat sudah tidak ada lagi. Lagian kalau ada juga kan ga ngaruh.

Mahmud Abbas bahkan berkali-kali mengumumkan agar sayap militer PFLP dan DFLP untuk letak senjata tapi satupun tidak ada yang mengindahkan. Malah Fatah dan Hamas sekarang berperang untuk menentukan siapa yang paling berhak atas Palestina.

Rakyat Palestina itu sebenarnya sama seperti bangsa Indonesia. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha esa. Hanya bedanya kalau bangsa Indonesia berbeda-beda suku bangsa tetapi tetap satu tujuan yaitu Indonesia sementara bangsa Palestina itu satu bangsa tapi pola pikirnya beda-beda. Sepertinya mereka itu sulit untuk menyatukan pikiran dalam memperjuangkan satu tujuan. Semuanya bawa ideologi masing-masing. Habis itu setiap organisasi punya pasukan bersenjata masing-masing. Wah apa ga tambah seru jadinya...

Bayangkan saja..
PFLP berani membajak pesawat di Jordania. Seakan-akan Jordania ga punya tentara apa. Hamas dan Fatah yang harusnya bisa bersatu ini malah berseteru. Apa sih yang mereka perjuangkan sebenarnya?

Hamas ini bisa dikatakan pemain baru dalam kancah perpolitikan di Palestina. Hamas didirikan pada tanggal 10 Desember 1987 yang disponsori oleh Ikhwanul Muslimun Mesir. Makanya mereka merasa tidak ada hubungan dengan PLO. Namun dengan adanya Hamas ini makin membuat kancah perpolitikan di Palestina tambah terpolarisasi.

Palestina satu bangsa tapi haluannya beda-beda. Ada yang ikut Hamas. Ada yang berbaiat ke Fatah. Sekarang saja Hamas sepertinya agak kesulitan berhubungan dengan Ikhwanul Muslimin. Apalagi ditambah Mesir sekarang diambil alih oleh Abdel Fattah El-Sisi. Sampai harus minta sumbangan ke Arab Saudi dan Qatar.

Jadi untuk menjawab siapa pemenang di tanah Palestina? Jawabannya ga ada. Selama tidak ada yang disegani di tanah Palestina itu maka semua kubu akan berjuang sendiri-sendiri mengikut arah dan haluan ideologi masing-masing.

Hamas tidak mampu berbuat banyak di Palestina karena pengaruhnya hanya sampai di Gaza. Mereka tidak mampu menembus tepi barat karena disana juga banyak yang tidak suka dengan mereka.

Sekarang Palestina sendirian menanggung segala derita. Teman-teman Arabnya pada tidak peduli apalagi Dunia. Rakyat hanya bergantung kepada Tuhan semata..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun