Situasi Geopolitik di Timur Tengah sebenarnya asalnya dari negara-negara Barat.
Irak pernah ada masalah. Selama tidak menggangu Amerika maka tidak masalah.
Iran pernah ada Shah yang pro Barat.
Namun sejak 1979 segalanya berubah...
Arus yang Pro Ayatullah Rohullah Khomeini mampu menumbangkan Shah Iran Reza Pahlevi dan bahkan negara yang dulu sekuler lantas berganti jubah menjadi Republik Islam.
Lantas Iran muncul sebagai penantang Dunia Barat dan Dunia Arab. Bahkan Amerika mencium ada gerakan yang hendak memicu gerakan revolusi Islam di negara-negara yang bertetangga dengan Iran.
Maka keberadaan Sadam Husein yang berseberangan politik dengan Khomeini perlu dimanfaatkan. Maka Amerika pun dengan sukacita membantu Saddam Hussein berperang melawan Khomeini atas dasar perbedaan ideologi.
Segala macam peralatan tempur dipasok. Situasinya mungkin mirip Zelensky sekarang.
Akhirnya perang berakhir pada 20 Agustus 1988. Setelah itu Saddam mulai membuat gebrakan.
Saddam sadar bahwa setelah itu dia tidak berguna lagi bagi barat. Sementara Iran masih tetap musuhnya secara geopolitik. Saddam ingin membangun negaranya yang hancur akibat perang. Namun sumber daya minyak yang harusnya menjadi andalan untuk pemulihan juga ikut hancur. Jadi sumber daya mana lagi yang harus dimanfaatkannya?
Saddam mulai melirik tetangganya Kuwait. Bahkan dia menganggap Kuwait adalah penyebab hancurnya harga minyak dunia.
Maka pada 2 Agustus 1990 Saddam mengirimkan pasukannya sebanyak 88 ribu orang untuk menginvasi Kuwait dan berhasil.
Dalam dua hari Kuwait telah menjadi bagian negara Irak.