Mohon tunggu...
ANDI FIRMANSYAH
ANDI FIRMANSYAH Mohon Tunggu... Guru - Guru yang Belum Tentu Digugu dan Ditiru

Hanya Seorang Marhaen yang menyenangi bidang Geopolitik, Sejarah dan Ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Hubungan Negara-Negara Baltik dan Tiongkok

19 Juni 2023   17:00 Diperbarui: 19 Juni 2023   17:10 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Duta besar Tiongkok untuk Prancis, Lu Shaye saat ditanya pendapatnya tentang status Crimea di Ukraina.

Apa katanya,

"Negara-negara bekas Sovyet inipun sebenarnya ga jelas statusnya dalam Undang-undang Internasional."

Pernyataan yang justru seakan menyerang negara-negara mantan Uni Sovyet.

Jadi pernyataan Mr. Lu ini mengatakan bahwa negara-negara BALTIK itu tidak sah sebagai negara berdaulat karena pada saat Sovyet runtuh tidak ada pernyataan resmi dari pihak Sovyet yang menyatakan bahwa negara tersebut telah bubar sehingga negara-negara BALTIK itu masih sah sebagai wilayah Sovyet. Begitu katanya...

Sebelumnya kita harus tahu dulu negara-negara yang disebut negara BALTIK. Jadi ada 3 negara yang disebut sebagai negara BALTIK yaitu Latvia, Lithuania dan Estonia. Mengapa mereka disebut negara BALTIK karena ketiganya sama-sama menghadap ke laut Baltik.

Akibat perang antara Sovyet dan Jerman pada Perang Dunia Kedua maka negara-negara ini terkena imbasnya. Jadi mereka dikuasai oleh Sovyet. Tepatnya tahun 1944.

Maka sejak saat itu Sovyet punya negara baru namanya Latvia SSR, Estonia SSR dan Lithuania SSR. Sebab telah menjadi bagian dari Sovyet maka hak politik di tiga negara tersebut dicabut sehingga mereka tidak punya presiden lagi. Pemerintahan di tiga negara tersebut dikendalikan oleh Majelis Tinggi Sovyet yang dalam hal ini diwakili oleh seorang Kepala Negara perwakilan Sovyet. 

Oleh karena itu pada saat Sovyet bubar, masing-masing negara ini menyatakan kemerdekaan kembali atau istilahnya Independence Restoration. 

Makanya mereka marah saat Duta Besar Tiongkok itu mengatakan bahwa mereka adalah bekas negara Sovyet. Karena mereka tidak pernah merasa menjadi bagian dari Uni Sovyet. Mereka merasa dijajah oleh Sovyet. Mereka sebenarnya tak rela tanah mereka menjadi bagian dari Uni Sovyet. Namun karena mereka tak mampu melawan, jadi ya mau tak mau ikut sajalah.

Makanya mereka mendukung perjuangan Ukraina melawan Rusia karena mereka menganggap Rusia ini jelmaan Uni Sovyet. Sementara mereka sudah merasakan betapa pedihnya hidup di jaman Sovyet. Jadi ini salah satu bentuk solidaritas sesama negara yang pernah dijajah Sovyet.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun