Di Amerika sudah biasa yang namanya perang media. Fox targetnya orang-orang konservatif yang cenderung pemilih partai Republik. Sedangkan CNN itu punya pasar orang-orang liberal yang biasanya menjadi pemilih partai Democrat.
Di Amerika pula mereka sudah menggunakan yang namanya mesin hitung otomatis yang diberi nama Dominion Voting Systems (DVS) pada saat pemilu. Mirip Quick Count kalau di kita.Â
Bedanya DVS diselenggarakan oleh pihak swasta dibawah KPU nya Amerika. Kalau kita kan Quick Count itu produk lembaga survey. Makanya suka beda-beda tergantung lembaga survey.
Jadi menurut media Fox. Kata mereka DMS ini sudah disetting untuk memenangkan Joe Biden. Karena banyak publik Amerika yang tidak percaya Donald Trump bisa kalah. Karena di Amerika Donald Trump ini sangat dipuja-puja banget. Jadi publik disana sampai sekarang masih penasaran dengan kekalahan Donald Trump ini. Sampai-sampai kan pada akhirnya Donald Trump pun ikut terbawa suasana fansnya yang dengan berani menuduh pemilu Amerika curang.
Saat Donal Trump bicara blak-blakan seperti itu ternyata langsung disambut dengan medianya partai Republik yaitu Fox melalui salah satu divisinya yaitu Fox news mulai menggoreng isu ini sampai-sampai harus menerjunkan para host ternama seperti:
- Maria Bartiromo
- Tucker Carlson
- Lou Dobbs
- Sean Hannity
- Jeanine Pirro
Tapi diantara semuanya yang paling garang itu cuma Tucker Carlson. Jadi kalau disini mirip-mirip Nazwa Shihab lah atau Aiman Wicaksono.
Jadi bagaimana ceritanya si Tucker Carlson ini bisa kena masalah?
Sebelumnya saya harus kasi info dikit mengenai proses peradilan di Amerika. Jadi mentemen proses peradilan yang mungkin sering kita saksikan di film atau serial TV itu sebenarnya beda dengan yang sesungguhnya.
Kalau di serial Tv atau film mungkin kita pernah melihat saat pengacara sedang berbicara di tengah pengadilan kemudian tiba-tiba karakter utama membawa barang bukti atau saksi kunci yang mengejutkan. Sehingga terjadilah Plot Twist. Scene dramatis coba dibangun. Kalau cuma di serial Tv atau film sih sah-sah aja. Yah namanya juga karya fiksi. Namun jangan harap hal itu bisa terjadi di pengadilan yang sesungguhnya.
Di pengadilan Amerika ada yang namanya pre trial discovery. Semacam pembicaraan antara pengacara kedua belah pihak dengan jaksa penuntut umum. Tujuannya agar hakim bisa memutuskan dengan seadil-adilnya. Jadi JPU harus tahu dulu apa point yang ingin diajukan kedua belah pihak.
Nah ceritanya pada saat DVS menuntut pihak Fox karena telah mengedarkan berita hoax tentang pemilu curang, pihak pengacara Fox dan pengacara DVS sudah membuat kesepakatan dengan JPU sesuai pre trial discovery.
Sebelumnya saya kembali dulu ke masalah kenapa kok Donal Trump begitu yakin jika memang ada kecurangan dengan mesin tersebut?Â
Asal muasalnya sebenarnya dari salah seorang pengacara dari tim suksesnya Donald Trump yang bernama Sidney Powell. Dia yang pertama sekali sejak pengumuman tentang kekalahan Donald Trump langsung mengungkapkan ada yang tidak beres pada mesin DVS.Â
Herannya tim sukses percaya. Padahal Sidney tidak mengajukan bukti yang kuat. Mungkin lagi pada kalut kali ya atau takut disemprot sama Donald Trump. Apalagi kan Donald Trump itu kan orangnya gimana gitu.Â
Lantas tim sukses pun mengajukan banding atas hasil pemilu tersebut di semua negara bagian dan hasilnya semua menolak karena mereka kekurangan bukti. Â
Tapi si Sidney Powell ini tetap koar-koar mungkin dia malu kali ya sudah menuduh pihak lain curang tapi buktinya ga cukup?
Karena tuduhan curang sudah tidak masuk di otaknya publik Amerika lagi maka dia mulai goreng Isu lain. Katanya ada kelompok Komunis lah, kaum Globalis, Goerge Soros lah dibawa-bawa sampai Hugo Chavez ikut mengotak atik mesin itu dan menukar suara Trump ke Biden. Padahal pada Hugo Chavez sudah meninggal setahun sebelum pemilu. Mungkin yang dimaksud Sidney itu arwahnya.Â
Sebenarnya para host Fox ini sudah pada tidak yakin dengan ocehan si Sidney ini. Tapi ya itulah. Media sekarang ini ga cuma di Indonesia ternyata bahkan di negaranya Uncle Sam yang jadi kiblat media sedunia pun sudah ikutan-ikutan kaya anak Tik-Tok. DEMI VIEWER. Maka konten ga jelas pun tetap saja dibuat. Ujung-ujungnya kena diri sendiri.
Tapi ini kan Fox News. Bosnya namanya Rupert Murdoch. Siapa yang ga kenal dengan beliau. Raja Media. Ga mungkinlah mengaku kalah begitu saja. Maka pada tanggal 31 Maret 2023 Fox Media membawa kasus ini ke Supreme Court.Â
Apa dasar Fox membawa kasus ini ke Supreme Court?
Dasarnya Deflamation Plus Actual Malice.
Apa bunyinya?
Pemerintah hanya bisa menuntut media apabila memiliki setidaknya dua alat bukti.Â
1. Memang berita tersebut mengandung fitnah dan berita hoax.
2. Fitnah dan berita hoax tersebut dibuat memang untuk menzolimi sesuatu pihakÂ
Sehingga Deflamation saja tidak cukup. Jadi harus ada unsur Actual Malice nya yaitu niat untuk mencelakakan orang lain.Â
Ternyata setelah di konfirmasi dengan pre trial discovery memang terbukti ada Deflamation termasuk juga Actual Malice. Kena deh.
Contohnya pernyataan Lou Dobbs yang mengatakan bahwa dia tidak punya cukup alat bukti untuk menyatakan bahwa pemilu itu curang tapi kok narasi dalam setiap acaranya selalu mengait-ngaitkan dengan hal itu. Berarti Fox jelas melakukan fitnah dalam hal ini.Â
Maka itu Supreme Court meminta semua host Fox yang terlibat harus memberikan keterangan. Mengingat bahwa bahkan Rupert Murdoch sendiri pun sebenarnya sudah tahu bahwa kecurangan pemilu itu tidak ada sebenarnya.Â
Mereka hanya memanfaatkan rasa penasaran pengikut Trump yang menduga adanya kecurangan dalam pemilu tersebut demi apalagi kalau bukan demi rating, view dan ujungnya duit. Maka Rupert Murdoch mengajak DVS untuk berdamai diluar pengadilan. DVS setuju. Untuk itu Rupert Murdoch harus membayar sebesar $787.5 juta. Masih lebih murah ketimbang harus membayar denda sebesar $1.6 Milyar.
Setelah itu Fox memecat Tucker Carlson. Begitu Tucker keluar, saham Fox langsung terbenam sampai - 5.4%. Kerugian yang di dapat mencapai $504 juta.Â
Kenapa bisa seperti itu?
Karena publik pendukung Partai Republik yang merupakan fans terbesarnya Donald Trump masih ingin mendengarkan gombalannya Tucker Carlson.
"ORANG-ORANG TIDAK INGIN MENDENGARKAN ATAU MELIHAT KEBENARAN. MEREKA HANYA INGIN MENDENGAR DAN MELIHAT APA YANG MEREKA INGIN DENGAR DAN LIHAT SAJA. TAK PENTING ITU BENAR ATAU SALAH"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H