Terakhir..
Pernahkah anda membaca sebuah kisah yang menceritakan perjalanan tokohnya yang heroic, menggelora sampai-sampai terbayang di pikiran saya betapa sulitnya menggambarkan tokoh seperti ini. Namun kembali lagi saya berpikir bahwa saya tidak perlu menggambarkan tokoh seemosional dan sedalam itu. Saya harus bisa memilih sejauh mana gambaran yang saya inginkan terhadap tokoh tersebut. Saya harus bisa membatasi diri. Lebih penting untuk menjaga iramanya agar pembaca tetap antusias dengan cerita tersebut. Bagi saya itu lebih baik ketimbang menyengsarakan diri dengan menggambarkan tokoh dan adegan sebegitu detailnya sehingga benar-benar menguras pikiran.
Â
Urutan adegan pun sebenarnya bisa menjadi senjata pamungkas untuk tetap memikat pembaca tetap menatap tulisan kita. Adegan kita atur sedemikian rupa sehingga sanggup melibatkan imajinasi pembaca. Namun rangkaian kata-katanya harus mampu membuat darah pembaca berdesir dan jantung berdegup. Ini saja sudah menjadi jembatan emosional antara pembaca dan karya kita.
Sekali lagi, ini hanya sekedar saran. Bukan sebagai cara untuk menunjukkan kehebatan saya. Masih banyak penulis-penulis hebat diluar sana yang lebih baik dari saya. Bisa jadi itu anda..
Jadi anggaplah ini sebagai bahan refrensi. Siapa tahu kelak berguna bagi anda. Â Â
Sebarkanlah kepada orang lain sebagai amal ibadah anda agar bermanfaat juga bagi yang membacanya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H