Mendengar penuturan orang tersebut, petani sayur yakin, inilah si pemilik dari emas batanngan itu. Petani sayur segera berkata,” Saya menemukannya di jalan sekitar sini, Pak,” katanya sambil menyerahkan bongkahan emas batangan itu.
Tapi bukanya mengucapkan terima kasih, si pemilik emas malah marah-marah,” Saya kehilangan 30 batang emas, kenapa kamu hanya menyerahkan 15 batang saja? Mana emas yang lainnya? Ayo cepat kembalikan, atau aku laporkan ke Polisi!”
Petani itu dengan bingung berkata,” Sumpah,Pak. Saya hanya menemukan 15 batang saja. Lagian saya sama sekali tidak bermaksud mengambil emas Bapak. Kalau saya berniat, buat apa saya susah payah kembali kemari lagi.”
Namun orang itu tetap ngotot,” mau nipu ya? Hah.. Kamu berusaha mengembalikan setengah biar kasus ini saya tutup. Gitu khan?”
Patenai sayur tersinggung dan marah. Akhirnya keduanya bertengkar hebat. Karena perselisihan tak kunjung berakhir, akhirnya mereka memutuskan untuk menghadap Kepala Desa.
Di balai desa, mereka menceritakan semua kronologisnya kepada Pak KAdes yang mendengarkan dengan seksama. Setelah itu, Pak Kades mengutus petugas Hansip untuk melakukan pengamatan kepada kedua pihak di tempat tinggalnya.
Tetangga – tetangga petani sayur menyatakan bahwa sang petani tiu dikenal sebagai orang jujur dan baik hati. Jadi bukan termasuk orang yang mencari keuntungan sendiri tanpa memperdulikan kebenaran.
Atas laporan pengamatan petugas Hansip, Pak KAdes bertanya kepada pemilik emas,” Apa benar kamu kehilangan 30 bongkah emas batangan?”
Dengan gaya yang meyakinkan si pemilik emas itu menjawab,” Benar, Pak Kades. Saya kehilangan 30 bongkah emas batangan. Tapi yang dikembalikan Cuma 15. Pasti yang 15 lagi disembunyikan oleh petani sialan ini!”
Pak Kades akhirnya memutuskan,” Karena menurutmu yang hilang 30 batang, sementara yang ada di tangan si petani Cuma 15 batang berarti yang 15 lagi dinyatakan tanpa pemilik!”
RENUNGAN KITA HARI INI :