Mohon tunggu...
Andi Firmansyah
Andi Firmansyah Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang pendidik yang bertugas di Tanjung Balai Karimun Prov. Kepri Aktif menulis di beberapa forum yang berkaitan dengan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Renungan Syawal: Imbalan Buat Pak Nelayan

22 Juli 2015   14:46 Diperbarui: 22 Juli 2015   15:01 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dulu di kerajaan Antah Berantah, hiduplah seorang raja yang suka sekali makan ikan. Setiap hari santapan menu favoritnya adalah ikan. Kalau seandainya di menu tersebut tidak ada ikannya, pasti dia kecewa dan mogok makan.

Suatu hari ada badai besar. Semua nelayan di kerajaan tersebut enggan melaut. Jadinya mereka tak dapat mempersembahkan ikan yang lezat buat santapan sang raja. Selama dua hari berturut-turut badai tersebut mengamuk. Dan selama itu pula raja tak menyentuh ikan barang seekor pun.

Karena pusing tak bisa makan ikan, akhirnya raja mencari cara bagaimana supaya dia bisa makan ikan.

Akhirnya raja menyuruh hulubalang untuk mengumumkan kepada seluruh rakyatnya bahwa barangsiapa yang dapat mempersembahkan ikan kepada sang raja maka dia akan diberi imbalan apapun yang dia inginkan.

Esoknya, datanglah seorang nelayan dengan membawa seekor ikan besar untuk dipersembahkan kepada raja.

“Terima kasih,” kata sang raja. “Apa kira-kira imbalan yang engkau inginkan wahai Nelayan?”

Pak nelayan yang duduk bersimpuh, bersujud sembah sembari mengatakan,

“Ampun seribu ampun patik persembahkan kehadirat tuanku raja. Tak pantas rasanya hamba meminta kepada Yang Mulia paduka raja selain tiga puluh cambukan.”

“Apa??” raja terkejut bercampur heran. “ Kamu meminta imbalan tiga puluh cambukan untuk hadiah yang sangat berharga ini??”

“Benar… Tuanku raja.”jawab pak nelayan.

“Baiklah.. Kalau itu permintaanmu. Bukankah aku telah berjanji untuk mengabulkan apapun permintaanmu sebagai imbalan. Pengawal.. Tolong ambil cemeti.”

“Tapi Yang Mulia,” sergah pak nelayan. “ Sebelum hamba dicambuk, hamba meminta kepada Yang Mulia  untuk memanggil penjaga gerbang istana..”

“Untuk apa??”tanya raja heran.

“Sebab, sewaktu hamba ingin masuk ke istana tuanku paduka, hamba dicegah oleh penjaga gerbang istana dan mengatakan kepada hamba untuk membagi imbalan yang tuanku paduka raja berikan kepada hamba kalau tidak hamba tidak diperbolehkan untuk masuk ke dalam istana paduka. Disebabkan keinginan hamba yang teramat sangat untuk membahagiakan tuanku raja, maka hamba menyetujui apa yang diinginkan penjaga gerbang tersebut. Tapi sekaligus hamba ingin memberinya pelajaran agar tidak diulanginya di kemudian hari. Jadi hamba dengan tulus ikhlas ingin berbagi imbalan tersebut dengan si pengawal.”

Sang raja tertawa sewaktu mendengar penjelasan dari pak nelayan.

“Kau adalah nelayan yang sangat pintar sekali. Aku hargai keberanianmu itu. Dan juga kau sangat setia sekali kepadaku. Sebaliknya, dari peristiwa ini aku jadi tahu, seperti apa orang-orang yang bekerja denganku. Pengawal.. Panggil penjaga gerbang itu..”

Pada saat penjaga gerbang menghadap sang raja, maka beliaupun berkata,

“Aku dengar bahwa kau ingin berbagi imbalan dengan nelayan itu. Dan imbalan yang diminta oleh nelayan itu adalah tiga puluh kali cambukan. Sebagai orang dalam istana, sebaiknya kau dulu yang menerima imbalan. Namun setelah aku pertimbangkan kembali, melihat perbuatanmu, alangkah pantasnya apabila semuanya saja kau ambil.”

Setelah hukuman cambuk selesai dilaksanakan, raja memerintahkan pengawal untuk mengusir penjaga gerbang itu dari istana.

Dan sebagai imbalan yang pantas untuk sang nelayan, maka pak nelayan tersebut diangkat menjadi Penasihat raja..

RENUNGAN KITA HARI INI:

Mungkin kisah ini adalah cerminan dari sistem birokrasi kita. Dengan Pameo “ kalau bisa dipersulit Kenapa harus dipermudah” kegiatan seperti diatas sering terjadi terutama di instansi-instansi milik pemerintah.

Wajar kalau banyak pengusaha yang ingin berusaha di Indonesia mengeluhkan besarnya biaya tak terduga yang harus ditanggung karena banyaknya mental “Penjaga Gerbang Istana” seperti ini.

Diperlukan kearifan kita bersama untuk berusaha paling tidak meminimalisir kegiatan seperti ini agar tidak menjadi karakter bangsa yang mencoreng citra kita di mata dunia.    

 

MARI SEBARKAN KEPADA SESAMA MUSLIM SEBAGAI SEDEKAH RUHANIYAH KITA DAN SEMOGA MENAMBAH AMAL  JARIYAH KITA SEMUA

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun