Ada banyak versi yang menggambarkan siapa-siapa saja dalang dibalik peristiwa G30S/PKI. Ada yang mengatakan Presiden Sukarno, PKI, CIAbahkan pahlawan yang menumpas gerakan tersebut pun dikatakan bagian dari dalang tersebut, yaitu Presiden Suharto. Sebenarnya sangat sulit sekali menguraikan misteri Gerakan 30 September/PKI tersebut karena semua pihak yang dikatakan sebagai dalang punya kepentingan masing-masing terhadap gerakan tersebut. Untuk itu saya akan uraikan sedikit kisah peristiwa tersebut berdasarkan buku-buku yang pernah saya baca tentang G 30 S/PKI agar gampang kita untuk menganalisa Siapa sebenarnya dalang dari peristiwa tersebut. Buku- buku tersebut adalah:
·Coen Holtzapel, Plot TNI AD – Barat Di Balik Tragedi’65, Tapol&MIK & Solidamor, Jakarta, 2000
·A.C.A Dake, The Spirit of the Red Banteng: Indonesian Communism between Moscow and Peking 1959-1965
·Tahun yang Tak Pernah berakhir, Memahami Pengalaman Korban 65, Elsam&ISSI&Tim Relawan untuk Kemanusiaan,Jakarta, 2004
·Tatik S. Hafidz, The War on Terror and the Future of Indonesian Democracy, IDSS,2004
·Dokumen CIA, Melacak Penggulingan Sukarno dan Konspirasi G30S 1965, Hasta Mitra, Jakarta,2000
·Kerstin Beise, Apakah Soekarno Terlibat G30S?, ombak, Yogyakarta,2004
·Harsutejo, G30S Sejarah yang Digelapkan, Hasta Mitra, Jakarta, 2003
Pemicu G30 S adalah adanya isu atau rumor tentang Dewan Jendral. Isu ini menimbulkan reaksi tidak hanya para dedengkot PKI tapi juga Presiden Sukarno. Untuk mengantisipasi adanya isu Dewan Jendral yang akan mengadakan Kudeta pada 5 Oktober 1965, maka Presiden sukarno melaui orang-orangnya membentuk apa yang disebut Dewan Revolusi. Mulanya gerakan ini hendak diberi nama Dewan Militer tapi tidak jadi karena ditentang oleh salah seorang dalang dari gerakan tersebut yaitu Syam Kamaruzzaman, wakil Aidit di Biro Khusus yang dulunya ketua Partai Serikat Buruh Pelabuhan. Untuk mendahului gerakan Dewan Jendral tersebut maka Dewan Revolusi memandang penting untuk melakukan gerakan dalam upaya menyelamatkan kedudukan presiden sekaligus masa depan PKI. Maka atas saran dari D.N Aidit, Presiden Sukarno memerintahkan Men/Pangau laksamana Omar Dani untuk menyelesaikan masalah ini secara damai. Oleh Omar Dani karena ini gerakan tertutup maka garis komando harus dibuat terputus-putus mirip gerakan terorisme. Disinilah factor yang membuat G30S diselimuti oleh misteri yang akan saya jelaskan kemudian. Omar Dani lantas mengutus orang kepercayaannya, Brigjen Suparjo,yang waktu itu Pangkopur Kalimantan Timur untuk balik ke Jakarta dan menjalankan misi ini. Untuk menjalankan misi ini agar garis komando menjadi terputus, maka Brigjen Suparjo mengangkat Mayor Sujono ( Komandan Resimen Pertahanan Pangkalan, Indoktrinator KONTRAR, orang yang melatih sukarelawan dan sukarelawati sebanyak 1000 orang sebagai cikal bakal angkatan ke 5), Kolonel A. Latief (Komandan Brigif I) dan letkol Untung ( Komandan Yon I Tjakrabirawa).
Untuk melaksanakan misi ini mereka mempersiapkan beberapa pasuka seperti:
-Brigif I
-Yon I Tjakrabirawa
-Yon Raiders 454 Diponegoro
-Yon Raiders 530 Brawijaya
Untuk itu mereka menggunakan:
-Penas sebagai Cenko (Central Komando)
-Kenderaan-kenderaan Depo Angkutan
-Senjata yang ada di gudang AURI
Gerakan ini dibagi kepada tiga satuan tugas yaitu:
-Pasopati dibawah Lettu Dul Arif
-Bimasakti dibawah Kapten Suradi
-Pringgodani dibawah Mayor Sujono dan Mayor Gatot Sukrisno
Tujuan dari gerakan ini adalah menculik para jendral yang nantinya akan dihadapkan kepada Presiden Sukarno yang telah berada di Bandara Halim PerdanaKusuma untuk dimintai keterangan berkisar isu Dewan Jendral. Tapi ternyata pelaksanaan tak sejalan dengan perencanaan. Ditengah misi, ketujuh jendral yang diculik malah dibantai dan tak pernah dihadapkan sama sekali dengan Presiden Sukarno. Tindakan ini tentunya mengundang amarah dari Presiden Sukarno. Tapi nasi sudah menjadi bubur. Akhirnya yang bisa dilakukan Presiden Sukarno adalah menyingkir ke Madiun untuk menghindari konflik dengan Angkatan Darat yang salah satu Jendralnya berhasil lolos dari penculikan.
Seterusnya mungkin telah banyak kita ketahui, dimana Angkatan Darat kemudian menguasai keadaan dan berusaha menumpas habis PKI bahkan sampai ke anak cucunya kelak.
Yang menarik untuk di analisa dan dibahas adalah intrik dibalik peristiwa tersebut.
Benarkah Adanya Dewan Jendral?
Benar(Dokumen CIA, Melacak Penggulingan Sukarno dan Konspirasi G30S 1965, Hasta Mitra, Jakarta,2000). Tapi masih dalam bentuk wacana. Setelah gagal dengan PRRI/Permesta dan Peristiwa Cikini, CIA mendekati Ahmad Yani yang waktu itu sedang tugas belajar di Amerika untuk membentuk apa yang disebut Dewan Jendral dalam upaya melakukan kudeta. Ahmad yani pernah mengutarakan ide CIA ini kepada para sohibnya di Angkatan Darat, namun urung dibentuk karena mereka sendiri masih pro dan kontra terhadap ide tersebut.
Mengapa Presiden Sukarno tidak bereaksi?
Presiden Sukarno bereaksi tapi tidak dengan cara mengutus para anggota CPM untuk memanggil para jendral yang diindikasi terlibat dalam Dewan jendral tersebut karena apabila tidak terbukti maka itu akan mempermalukan Presiden sendiri dan tentunya makin menanamkan sikap antipati Angkatan Darat terhadap Presiden Sukarno. Untuk itulah G30S dibuat. Maksudnya agar Presiden dapat menginterogasi para jendral tersebut dan menanyakan kebenaran isu tersebut walaupun pada pelaksanaannya menjadi berbeda.
Mengapa Presiden Sukarno mengutus Laksamana Omar Dani untuk melaksanakan misi tersebut?
Presiden Sukarno tidak pernah mengutus siapapun untuk memulai misi ini. Hanya presiden pernah berkeinginan untuk mengkonfirmasi tentang isu tersebut. Misi tersebut adalah murni idenya D.N Aidit yang disampaikan kepada Presiden dan Presiden Sukarno setuju dengan ide tersebut dan meminta Laksamana Omar Dani untuk membantu gerakan tersebut. Sebagai loyalis dan orang dekat presiden, tentunya laksamana Omar Dani tak dapat menampik tugas yang diembankan Presiden kepadanya.
Siapakah otak dari gerakan tersebut?
Syam Kamaruzzaman. Syam yang mengatur strategi dan melaporkan kepada D.N Aidit. Itulah mengapa dilapangan peran Aidit tidak nampak sekali. Dalam gerakan tersebut ada beberapa nama yang sangat berperan sekali yaitu dari pihak sipil Syam kamaruzzaman, Pono dan Bono sedangkan dari pihak militer Mayor Sujono, Kol. Latif dan Letkol. Untung. Pada akhirnya baru ketahuan bahwa Syam ternyata Double Agent. Syam ternyata juga adalah agen CIA. Jadi dalam hal ini Aidit telah menjadi korban anak buahnya sendiri. Tak disangka dalam tubuh PKI sendiri ada infiltrasi yang dilakukan oleh CIA seperti juga di Angkatan Darat.
Lantas apa peran Brigjen Suparjo?
Brigjen Suparjo adalah bawahan langsung Laksamana Omar Dani. Tak ada yang tahu apa peran Brigjen Suparjo dalam misi ini. Tapi kalau melihat pergerakan pasukan yang hamper satu divisi, secara militer, tak mungkin hanya dipimpin oleh perwira menengah seperti Kol. Latif dan Letkol. Untung. Mungkin disitulah peran brigjen Suparjo.
Adakah keterlibatan PKI pada peristiwa tersebut?
Secara organisatoris tidak ada. Hanya oknum yang bermain disitu melalui yang disebut Biro Khusus. Biro Khusus sendiri hasil bentukan D. N Aidit sebagai ketua partai dimana Ketua Biro Khusus itu adalah Syam dan wakilnya Pono. Itulah mengapa gerakan tersebut tidak berhasil karena tidak didukung oleh seluruh simpatisan partai. Biro Khusus sendiri mempunyai kedudukan paling tinggi dalam intern partai. Kedudukan yang sama sekali ditentang oleh banyak simpatisan PKI sendiri.
Adakah Keterlibatan Suharto dalam Hal ini?
Dari beberapa bukti – bukti yang pada akhirnya terungkap didapat bahwa sebagai agen CIA, Syam ternyata punya hubungan dekat dengan orang-orang Angkatan Darat termasuk Suharto. Itulah mengapa banyak pengamat mengatakan bahwa dalang yang sesungguhnya dari peristiwa ini adalah Amerika melalui CIA dengan tujuan menyingkirkan PKI dengan haluan komunisnya dan Presiden Sukarno yang dianggap paling berbahaya dengan pemikirannya ketimbang Kruschev ataupun Mao. Gerakan ini memang sengaja dirancang untuk gagal. Agar lebih mudah memprovokasi rakyat Indonesia, maka disusunlah scenario berdarah tersebut.
SKENARIO BERDARAH VERSI CIA
Syam diupayakan agar menjadi orang kepercayaan Aidit. Kemudian Syam melontarkan isyu Dewan Jendral yang waktu itu masih wacana. Presiden merasa terancam. Aidit panik dan mencoba berdiskusi dengan orang kepercayaannya sekaligus orang yang menurut Aidit banyak tahu tentang Dewan Jendral tersebut siapa lagi kalau bukan Syam Kamaruzzaman. Syam merasa pancingannya mengena lantas menelorkan ide G 30 S. Aidit setuju begitu juga Presiden Sukarno. Syam mengambil alih pimpinan karena merasa memiliki ide dan tahu banyak tentang strateginya. Syam minta bantuan militer yang akhirnya dijawab Presiden Sukarno dengan meminta Laksamana Omar Dani yang mengaturnya. Syam lantas menyusun para perwira yang pantas untuk memimpin eksekusi. Untuk itu Syam meminta saran Suharto. Lantas Suharto memilih orang – orang dekatnya yang menurutnya dapat dipercaya yaitu Kol. Latief dan Letkol. Untung. Padahal ada banyak perwira yang lebih mampu ketimbang mereka berdua. Untuk Kol. Latief misalnya, padahal masih ada Mayor Sigit yang mampu memimpin satu batalyon tapi tidak dipilih. Sedangkan untuk Letkol. Untung, masih ada Maulwi Saelan yang lebih pantas memimpin pasukan Tjakrabirawa. Jawabannya karena Kol. Latief dan Letkol. Untung mempunyai hubungan dekat dengan Suharto. Kol. Latief adalah bekas anak buah Suharto dan masih sering berhubungan baik secara formal maupun non formal. Bahkan malam tanggal 30 September 1965 Kol. Latief melapor pada Suharto bahwa malam tersebut dia akan bergerak bersama Letkol. Untung. Tapi Suharto sama sekali tidak melarang gerakan tersebut. Ada apa dengan Suharto? Yang pasti Suharto dipersiapkan CIA untuk menunggu langkah selanjutnya. Keberadaan Letkol. Untung di Tjakrabirawa juga mengindikasikan bakal ada gerakan terselubung karena Letkol. Untung baru saja di mutasi di Yon I Tjakrabirawa yaitu pada bulan Mei. Keberadaan mereka berdua sudah jelas untuk mempermudah koordinasi agar Suharto tahu posisi lawan yang hendak ditumpas. Satu yang menarik lagi yaitu daftar orang-orang yang di culik dimana Mayjen Suprapto(Deputi II Men/Pangad)dan Mayjen Haryono(Deputi III Men/Pangad) masuk dalam daftar penculikan sedangkan Deputi I Men/Pangad mengapa tidak masuk daftar? Karena posisi itu ditempati oleh Suharto. Cuma yang jadi pertanyaan, apakah Suharto tahu kalau rencana penculikan itu berubah menjadi pembantaian? Itu yang masih menjadi tanda tanya. Kalau seandainya Suharto tahu bahwa rencana itu akan dibelokkan, berarti secara tidak langsung Suharto terlibat dalam pembunuhan rekan-rekan seperjuangannya sendiri. Selanjutnya setelah malam kejadian, maka Suharto pun bergerak dengan menggunakan pasukan RPKAD melakukan serangan ke Halim Perdanakusuma, itupun karena dia sudah tahu bagaimana kekuatan lawan yang bakal dihadapinya.
Jadi kalau berdasarkan analisa saya, siapa dalang G 30 S/PKI? Dia tak lain dan tak bukan adalah bangsa yang tak pernah senang melihat Negara lain mandiri, maunya terus bergantung kepada mereka, dialah Uncle Sam…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H