"Sim Salabim abra katabra," teriak pemuda berbaju biru muda di tengah kerumunan penonton.
"Bukan sulap bukan sihir," tambahnya melalui microphone hingga suaranya melengking di udara.
"Huuuusss," nada memanjang, bibir bergerak dan tangan meliuk liuk.
Sebuah kotak warna merah terangkat ke atas. Pemuda tadi dengan tangan bergerak-gerak menunjuk ke arah kotak.
Dua orang penjaga sigap berdiri di samping kotak yang telah ditutup kain warna merah dengan gambar bintang warna kuning di tengahnya.
Penonton terkesima. Perempuan, orang dewasa, anak-anak dan remaja larut dalam suara layaknya permainan atraksi.
"Di dalam kotak itu sebentar lagi akan keluar anak gajah, brreeeeeemm," penonton dengan tenang menyaksikan dengan khitmat.
Sesekali kotak yang sudah dibalut kain merah bergerak gerak. Terangkat ke atas lalu jatuh lagi. Terangkat lagi, jatuh lagi. Berulang kali.
Seperti terhipnotis, ratusan penonton menyaksikan kotak itu dengan seksama. Berharap seekor anak gajah bisa keluar. Ada yang duduk, dan sebagian lainnya sambil berdiri. Terlihat wajah-wajah penasaran.
Memang, sekilas kemampuan monolog penjual obat kali lima bisa menghipnotis ratusan penonton. Meski kadang kerap tidak seperti yang disampaikan, tapi penonton dengan sabar menanti.
penontonInilah kemampuan orasi dalam bahasa lain. Bagaimana seorang pedagang obat kaki lima mampu menyuguhkan orasi yang lumayan menarik. Ini keahlian tersendiri baginya. Seni merangkai kata yang mampu memikat pendengar.
Dulu pada saat sekolah dasar, saya termasuk anak yang suka menonton atraksi penjual obat. Biasanya di hari pekan, semisal hari Minggu di pasar Lueng Putu, Bandar Baru, Pidie Jaya.
Untuk menarik penonton, ragam cara dilakukan. Cara yang sederhanya misalnya menampilkan foto-foto atau gambar yang aneh-aneh.
Manusia bersisik ular, manusia berkepala anjing atau manusia berbadan ular dan lain sebagainya. Sambil sesekali menjelaskan melalui mic tentang gambar tersebut.
Atau dengan cara yang lain, seperti menampilkan hal-hal yang unik seperti akar kayu, batu cincin dan aneka keunikan lainnya. Setiap pedagang memiliki strategi tersendiri.
Kemudian, pada saat kecil saya kerap menonton atraksi sulap. Meski sederhana tapi membuat penonton terhibur. Contohnya menghilangkan dadu di dalam dua gelas.
Ada juga mamasukkan besi runcing ke dalam balon, tapi balonnya tidak meletus. Lalu menghilangkan sebutir koin di dalam genggaman tangan.
Semua pedagang obat kali lima mempunyai seni tersendiri memikat penonton. Dengan gaya bahasa yang lucu, tegas dan intonasi bahasa yang enak menjadi modal penting menghadirkan penonton.
Meski pada ujung ceritanya, tanpa disadari oleh penonton, kemudian berlanjut pada jual obat. Inilah yang saya anggap sebagai keahlian menggiring penonton dari menyaksikan atraksi ke jual obat.
Dulu seniman terkenal yang juga pedagang obat kaki lima. Namanya Udin Pelor. Kemampuan monolog Udin mampu membuat penonton terhipnotis. Udin juga lucu.
Namanya Udin, pelor didapatkan karena suaranya yang khas layaknya bunyi tembakan pistol saat mengeluarkan pelor. Adegan inilah yang sering dilakukan Udin, baik saat jual obat atau berada di atas panggung hiburan.
Kemampuan layaknya Stand Up Comedy, membuat Udin Pelor dikenal di seluruh penjuru Aceh. Seniman sekaligus pedagang obat kali lima.
Lalu saya juga mengingatkan nama Tgk Kasem. Selain pedagang obat di kaki lima, Tgk Kasem juga seorang penceramah ulung. Sosoknya juga sangat terkenal.
Suaranya saat berpidato atau sedang berjualan obat memang khas. Selain sarat dengan pesan moral, Tgk Kasem juga dikenal lucu dengan lemparan bahasa dan kata-katanya yang khas.
Terakhir, videonya viral saat mengkritik kinerja anggota dewan yang sudah terpilih. Kritikannya sangat 'pedas' tapi masih dalam nuansa lucu dan penuh galak tawa. Kemampuan inilah yang juga memikat penonton.
Saya juga teringat nama Ishak Meraxa. Pemuda asal Aceh Timur ini memang memiliki cara yang ekstrem. Dia selalu menampilkan atraksi yang lumayan mengerikan. Menggorok dan menusuk leher hingga berdarah.
Lalu mengendarai sepeda motor dengan mata tertutup, dan mengelilingi penonton sambil menyapa. Kemudian menarik mobil dengan rambutnya hingga membuat penonton histeris.
Dengan berbagai model seni yang ditampilkan pedagang obat kaki lima, tentu menjadi hiburan tersendiri bagi rakyat. Sebuah kebiasaan, sepertinya tidak lengkap hari pekan tanpa penjual obat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H