Mohon tunggu...
Rahmah Aulia N
Rahmah Aulia N Mohon Tunggu... Dokter - Pelajar SMAN 28 Jakarta

Rahmah Aulia Nandita (29) - XI MIPA 4

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nyirih, Tradisi yang Mulai Ditinggalkan

30 Agustus 2020   14:09 Diperbarui: 30 Agustus 2020   13:59 2279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi Mengunyah Sirih/reddit.com

Tapi, sejak pertengahan abad ke-18, orang-orang Eropa khususnya Belanda yang ada di Indonesia mulai meninggalkan kebiasaan nyirih ini. Kebiasaan ini menghilang setelah munculnya tren baru dalam kebiasaan nyirih, yaitu dengan menghisap tembakau atau yang dikenal dengan merokok. Sehingga kebiasaan nyirih mulai dianggap menjijikan oleh bangsa Eropa. 

Menjelang berakhirnya abad ke-19, perbedaan kultur antara bangsa Eropa dan Indonesia mulai terlihat jelas. Bagi bangsa Eropa, kebiasaan nyirih dipandang sebagai tanda inferioritas bangsa Indonesia. 

Kemudian diawal abad ke-20, sejalan dengan masuknya pendidikan ala bangsa barat ke Nusantara, tradisi nyirih mulai ditinggalkan. Di beberapa daerah di Indonesia masih menggunakan bahan-bahan untuk nyirih, tetapi tidak untuk dikonsumsi, melainkan untuk ritual perkawinan. Seperti contohnya daerah Bugis dan Makassar. Di Jawa dalam acara formal dan ritual adat masih sering kali dijumpai peralatan nyirih, tetapi hanya sedikit orang yang masih mengonsumsinya. 

Lama kelamaan, tradisi nyirih mulai tergantikan dengan kebiasaan menghisap tembakau dalam bentuk rokok yang cukup banyak beredar. Hal tersebut menyebabkan kebiasaan nyirih dianggap jorok dan tidak higienis. 

Walaupun tradisi nyirih sudah mulai menghilang, masih banyak masyarakat daerah di pelosok Indonesia yang mengonsumsi nyirih, khususnya orang-orang tua dan pada saat dilakukan upacara ritual adat. 

Bagaimana? Apakah kalian mau mencoba nyirih? Siap-siap rasakan sensasinya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun