Mohon tunggu...
Andi Darlis
Andi Darlis Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenang Hari Air Borne Indonesia

17 Oktober 2017   10:30 Diperbarui: 17 Oktober 2017   10:59 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Latarbelakang lahirnya Pasukan Payung Indonesia

Pada 10 oktober 1945 para peminpin rakyat di Kalimantan berhasil membentuk Pemerintahan Daerah di Banjarmasin yang merupakan bagian dari RI. Dalam waktu yang sangat singkat yaitu pada 24 Oktober 1945, tentara sekutu berhasil menduduki Kalimantan dan menyerahkan Pemerintahan Sipil di Kalimantan kepada NICA (Belanda). Hal ini memicu kemarahan para pejuang di Kalimantan. Para pejuang kemudian menyusun kekuatan dan pemerintah RI berusaha mengirim pasukan ke Kalimantan namun selalu berhasil digagalkan oleh  blokade Belanda. Kegagalan demi kegagalan kemudian melahirkan gagasan untuk  melakukan penerjunan secara rahasia yang akan dilakukan putra-putra Kalimantan.

Untuk mengatasi blokade tersebut dan memberikan motivasi serta semangat juang bagi masyarakat Kalimantan Timur dalam usaha mempertahankan  Kemerdekaan, maka pada tanggal 25 Juli 1947 Gubernur Kalimantan Ir. Pangeran Mohammad Noor mengirimkan surat kepada KSAU Komodor Udara S. Suryadarma untuk menerjunkan Pasukan Payung ke Kalimantan. Gagasan dari Gubernur Kalimantan Ir. Pangeran Moh. Noer kemudian ditanggapi oleh KSAU dengan menyusun staf khusus dalam rangka membentuk pasukan payung.

Memenuhi permohonan tersebut, KSAU membentuk Staf Khusus dengan tugas mempersiapkan dan melatih pemuda yang akan menjadi Pasukan Payung.  Mayor Tjilik Riwut ditunjuk menjadi Komandan merangkap Staf Sekretaris Bagian Siasat KSAU, disamping tugasnya sebagai Perwira MBT (Markas Besar Tentara).  Sebanyak 60 Pemuda yang berasal dari Kalimantan, Sulawesi dan Jawa dipersiapkan untuk tugas tersebut. Selama seminggu mereka berlatih (ground training) dan setelah dilakukan seleksi sebanyak 13 orang pemuda dinyatakan memenuhi syarat untuk tugas tersebut. 

Mereka bertugas untuk melakukan misi : Membawa alat pemancar Radio dan bahan bakar, Membangun pemancar induk untuk menghubungkan wilayah Kalimantan, Sumatera dan Jawa, Menghimpun dan mengkoordinir perlawanan setempat dan  menyiapkan daerah drooping.  Sementara ke 13 anggota Pasukan Payung yang akan diterjunkan tersebut masing-masing : Iskandar, Bitak, Dachlan,C. Willems, Darius, Achmad Kosasih,  Ali Akbar, Amiruddin,  Emanuel,  Marawi, Suyoto,  Harry Hadi Sumantri dan  Bachri. 

Lokasi penerjunan di Sepanipa Kotawaringin. Berdasarkan briefing yang diterima sebelum penerjunan bahwa setelah mendarat mereka harus segera mengadakan hubungan dengan pimpinan perjuangan setempat paling lambat 3 hari setelah mendarat dan mengadakan kontak radio dengan Jogyakarta, apabila lewat dari waktu yang ditentukan mereka dianggap gugur.

Pelopor Pasukan Payung Indonesia.

Gagasan dari  Gubernur Kalimantan Ir. Pangeran Mohammad Noor untuk menerjunkan prajurit di Kalimantan berhasil diwujudkan oleh KSAU, Komodor  Udara S. Suryadarma. Usaha tersebut dapat dipandang sebagai gagasan cemerlang yang kemudian melahirkan embrio pasukan payung Indonesia. Kedua tokoh nasional tersebut merupakan primus interpares bagi perjuangan kebangsaan Indonesia khususnya bagi kelahiran Pasukan Payung Indonesia. Berbekal semangat juang yang tinggi, fasilitas seadanya dan waktu yang sangat singkat, Suryadarma mampu melatih secara baik bagi pemuda-pemuda pejuang untuk melaksanakan tugas yang sama sekali baru dan menantang. 

Terjun payung dari pesawat bukanlah urusan mudah, apalagi mereka belum memiliki pengalaman dan latihan yang memadai. Hal ini menjadi sesuatu yang sangat bersejarah karena 2 orang pejuang yang memiliki karakter kuat untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa. Bertemunya ide/gagasan dengan keinginan kuat untuk mewujudkannya merupakan catatan tersendiri bagi kedua tokoh sejarah nasional tersebut. Maka ketika kita berbicara tentang paratroops Indonesia tidak bisa lepas untuk tidak mengulas kedua tokoh tersebut. Kepada merekalah patut dijuluki sebagai peletak dasar lahirnya prajurit Airborne(Linud) Indonesia. 

Selain kedua nama diatas, Marsda Udara A. Wiriadinata juga merupakan nama yang sangat penting bagi perjalanan sejarah paratroops Indonesia. Reputasi Wiriadinata cukup membanggakan sehingga diangkat menjadi komandan Pertempurana Panembahan Senopati di Jogyakarta. Pada 1950 Wiriadinata mengikuti sekolah Para Dasar  angkatan II di Bandung kemudian  diangkat menjadi komandan PGT (Pasukan Gerak Tjepat) pertama pada 1952. Pernah menjadi Panglima Gabungan Pendidikan Paratroops di Margahayu. Dalam masa kepemimpinan Wiriadinta satun-satuan TNI lainnya ikut dilatih dan berlatih terjun payung di Margahayu. 

Jenderal (Purn) Soeharto sebelum memimpin Operasi Trikora sebagai Panglima Operasi Mandala pernah dilatih di Margahayu Bandung. Marsda Udara  A. Wiriadinata melengkapi TNI AU sebagai tokoh paratroops Indonesia.  Kini saatnya TNI AU untuk menetapkan  bahwa setiap 17 Otober adalah hari lahirnya Airborne Indonesia yang juga sebagai embrio lahirnya Korps Paskhas dan mengukuhkan S.Suryadarma dan A. Wiriadinata juga ditetapkan sebagai bapak Airborne Indonesia.

----

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun