Awalnya aku tak menyadari keputusan besar istriku di masa pandemi covid-19 ini.
Karena sejatinya tidak ada perubahan signifikan yang kurasakan.
Selama ini beliau memang senantiasa menyediakan makanan buat kami (aku dan anak-anak), walaupun terkadang makanan itu hasil "racikan warung".
Kesadaranku mulai muncul dimulai ketika suatu hari pada saat sementara berbuka puasa, ketika melihatku berdiri mengambil mangkuk dan sendok, beliau bertanya, "Mau kemana?... "
"Mau makan bubur kacang ijo itu...?" Jawabku sambil menunjuk satu belanga kecil yang ada di atas kompor.
Sambil tersipu, beliau mengatakan "Buburnya gosong".
Penasaran dengan perkataannya, aku pun tetap bergegas menuju belanga kecil itu yang memang sebelumnya kulihat bubur kacang ijo yang dimasak.
Begitu tutup belanga ku buka, ternyata mulai terasa aroma kegosongannya.
Namun hal itu malah menambah penasaranku, seperti apa sebenarnya rasa bubur kacang ijo yang gosong itu?
Nah, pada saat menyantap bubur kacang ijo "yang memang terasa gosongnya" itulah dalam hatiku semakin merasakan kekaguman terhadap istriku.
Dalam hati berkata "pantas saja bubur kacang ijo tersebut tidak disajikan diatas meja, karena memang rasanya tidak nyaman (ingat.... dalam hati ya...).Â
Dan lebih hebatnya lagi, disaat itu aku  baru menyadari kalau ternyata sejak masa pandemi covid-19, hidangan makanan yang disajikan kepada kami sehari-hari adalah betul-betul merupakan hasil racikan beliau sendiri.
Pantas saja tidak ada lagi abang ojol yang datang mengantarkan makanan ke rumah.
Padahal makanan yang disajikan selama dimasa stay at home ini, lumayan beragam dan berbeda setiap harinya.
Bahkan di bulan ramadhan ini, terkadang kami disajikan kue atau sup buah untuk berbuka, yang tidak kalah lezatnya dengan yang dijual dipasaran.
Ternyata keputusan besar beliau selama masa pandemi ini adalah tidak lagi membeli makanan jadi dari luar.
Dengan mengerahkan segala tenaga dan kemampuannya, beliau benar-benar bertanggungjawab dan berkomitmen penuh atas keputusan itu.
Akhirnya, aku harus mengatakan "terima kasih bubur kacang Ijo yang gosong, karena engkau telah menyadarkan aku atas kehebatan istriku yang "nyaris" terlewatkan kusadari...Â
Ternyata istiku jago masak.... Terima kasih Tuhan... Terima kasih istriku...
Semangat terus buat Ibu-Ibu yang senantiasa menjaga keluarganya di masa pandemi ini... Kalian semua hebat...
Salam..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H