Bagi orang awam dan tidak berada dalam riuh politik, kadang perlu juga menuangkan pikiran awamnya. Dalam hal ini Pilpres 2024 yang (baru) akan dilaksanakan pada Februari 2024 mendatang. Dimana dalam hitungan bulan, tidak sampai 24 bulan. Bahkan tidak sampai genap 17 bulan. Sehingga bisa dimaklumi bila orang awam bisa merasakan 'debu-debu' gemuruh Pilpres yang beterbangan. Bahkan lembaga survey secara berkala selalu rilis hasil survey yang secara tak langsung semakin memanaskan kontelasi persaingan panggung pilpres 2024.
Apalagi baru-baru ini mantan presiden SBY, yang memegang tali kendali Partai Demokrat dan berupaya menempatkan anaknya, Agus Harymurti Yudhoyono, di panggung Capres-Cawapres, melemparkan dugaan bakal ada ketidak-jujuran. Yakni pilpres dirancang  hanya ada 2 paslon Capres-Cawapres. Kekhawatiran SBY jamak saja. Karena apabila hanya ada 2 paslon, maka bisa hilang kesempatan AHY untuk ikut kontestasi pilpres 2024.
Meski dinamika politik sangat cair dan sangat bisa berubah jelang penetapan pasangan Calon Presiden - Wakil Presiden pada  19 Oktober -- 24 Nopember 2023 kelak, tapi poros koalisi yang ada tersirat saat ini ada 3 :
1. Poros Gerindra - PKB yang akan mengusung Prabowo - Muhaimin
2. Poros Golkar - PAN - PPP yang belum tampak siapa yang akan diusung (Airlangga - Ganjar ?)
4. Poros Nasdem - Demokrat - PKS yang tampak akan mengusung Anies - AHY
Sementara PDIP meski bisa mengajukan paslon Capres-Cawapres tanpa mesti berkoalisi, Sekjen PDIP Hasto menegaskan bahwa PDIP tetap akan berkoalisi. Masalahnya, Â partai mana yang bersedia menerima Puan Maharani -- yang agak sulit 'dijual' -- sebagai Capres ataupun Cawapres.
Entah ketidak-jujuran seperti apa yang diduga oleh SBY sehingga hanya bisa 2 kontestan saja pada Pilpres 2024. Karena kalau Nasdem -- yang menjadi bandul politik sekaligus pondasi koalisi bagi Demokrat dan PKS -- cabut, itu bukan ketidak-jujuran. Tetapi pragmatis politik yang merupakan sebuah keniscayaan dalam politik.
SBY tidak boleh cengeng jika Nasdem karena sesuatu keluar dari gerbong koalisi Demokrat dan PKS. Terus, menganggap langkah Nasdem sebagai sebuah ketidak-jujuran.Â
Dalam politik tidak ada yang abadi dan tidak yang tidak mungkin. Mafhud MD yang sudah siap-siap jadi Cawapres dari Jokowi pada Pilpres 2019 saja bisa di-stip di detik-detik akhir.
Kenapa SBY Gusar?