Mohon tunggu...
Imam Andi Bastian
Imam Andi Bastian Mohon Tunggu... Web Programmer -

Web Programmer @thejagat.com, @thejagat.net ============================= "Dan, jika "ban berputar", maka "Tai Ayam"-pun tidak akan selalu nempel dibawah ban. Sesekali akan naik, dan sesekali akan turun" ...

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Dekripsi Beban Hidup

28 Mei 2014   19:49 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:01 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Ya .. ini bukan salah tulis, ini bukan tentang de(s)kripsi, namun tentang dekripsi sebagai lawan dari enkripsi.

Enkripsi adalah suatu proses pembungkusan data sehingga akan menjadi tidak mudah dibaca oleh pihak lain yang tidak diinginkan. Dan Dekripsi adalah proses sebaliknya. Enkripsi ada kalanya disebut sebagai Encode, dan dekripsi disebut sebagai decode.

Kita sering merasakan beban hidup sebagai rasa sesak didada, penat dikepala dan (mungkin) panas dingin menusuk tulang, padahal sumber utamanya berada di fikiran. Jika begitu, seharusnya hanya kepala kitalah yang sakit. Namun begitulah memang pola ajaib dari sistem tubuh manusia, berbagi tugas sebagaimana mestinya agar tidak terjadi crash karena kelebihan beban. Seandainya saja pola bagi tugas ini tidak berjalan dengan baik, maka tentu akan berakibat fatal bagi keberlangsungan hidup.

Betapa indahnya Tuhan menciptakan sistem ini. Sehingga Dia tidak akan repot-repot turun ke bumi hanya untuk memastikan ciptaan-Nya berjalan pada porsi tugas masing-masing. Dia tidak akan repot-repot memastikan ayam perlu makan atau tidak ?, karena sistem yang diterapkan pada diri ayam sudah sedemikian bagus sehingga kakinya akan bergerak diiringi dengan matanya lirik sana-sini sambil paruhnya patuk sana-sini untuk meyakinkan barangkali ada makanan yang layak dikonsumsi. Proses yang dilakukan ayam tersebut kemudian saya sebut sebagai dekripsi beban, karena lapar saya kira merupakan salah satu beban hidup.

Saat ini ditulis, dada ini terasa sangat sesak, kepala begitu penat dan seharian ini panas dingin. Benar, hal ini saya tulis justru ketika beban sedang hadir dalam situasi komplit. Sehingga menurut saya ini adalah tulisan serius yang layak dibaca oleh siapapun yang sedang terbebani.

Sering saya membaca tentang berbagai teori manajemen fikiran, tujuannya agar ketika hal semacam ini terjadi maka proses menuju pengalihan ide dapat dilakukan dengan baik, sehingga ide buruk dapat bergeser oleh bertumpuknya ide yang dianggap baik. Teramat susah memang, kadang butuh waktu semenit, berjam-jam bahkan tidak jarang pula berhari-hari atau barangkali berbulan-bulan hanya untuk menaikkan level pengalihan dari ide buruk (yang tidak disukai). Akhirnya saya fahami bahwa bisa jadi sang penulispun tidak akan begitu mahir ketika yang disebut beban hidup atau beban fikiran ini mampir dalam kesehariannya.

Kemudian saya ingat proses dari pekerjaan saya yang hampir setiap hari melakukan dekripsi data, atau dalam situasi lain disebut sebagai decode data. Saya begitu fokus dalam hal itu yang tujuan utamanya agar data yang didapat bisa dibaca dan dihadirkan sebagai bahasa manusia yang mudah difahami.

Lalu bagaimana caranya menerapkan hal itu dalam dunia nyata ?, lagi-lagi saya terbentur oleh fakta betapa tidak mudahnya itu.

Betapa tidak mudahnya men-decode ide sehingga mudah difahami oleh diri sendiri dan mudah dicairkan menjadi suatu bentuk pejelasan.

Kita kembali ke ayam sejenak,
Bedanya kita dengan ayam barangkali terletak pada pola berbagi tugas dari sistem tubuh. Namun tentu saja perbedaan ini merupakan persepsi saya sebagai manusia, karena kebetulan selama ini saya tidak pernah menjadi ayam, sehingga teramat sulit untuk berpersepsi dari sisi ayam.

Kompleksitas persoalan ayam memang tidak sejajar dengan manusia (lagi-lagi ini pendapat saya dari sisi manusia). Ayam (tampaknya) hanya memiliki persoalan seputar makan dan bertahan hidup. Hal itu menjadikannya tidak dijadikan contoh diarea dekripsi beban ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun