Mohon tunggu...
Andi Arif
Andi Arif Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausahawan, Blogger, Teknisi Komputer in Progress

"Ilmu itu bagaikan binatang buruan, sedangkan pena adalah pengikatnya, maka ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat." - Imam Syafi’i.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kebaikan Orang Tua dan Guru yang Tak Terlupakan

27 November 2021   23:29 Diperbarui: 27 November 2021   23:35 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
illustrasi : Cara Orang Tua Mendampingi Anak Belajar Di Rumah (dfunstation.com)

Kisah bermula ketika seorang anak kecil yang bernama Andi, hidup bersama orang tuanya disebuah daerah di kota Bengkulu. Andi kecil yang pindah ke daerah baru mereka tempati bersama orang tuanya, tinggal di suatu daerah dekat rawa-rawa di tengah kota tersebut menjadikan mereka harus beradaptasi dengan lingkungan yang agak asing.

Asing dikarenakan pada awalnya mereka tinggal di daerah pedesaan dan irigasi sungai daerah bernama Kuro Tidur, Bengkulu Utara yang begitu akrab dengan petani dan irigasi. Ayahnya pada mulanya bekerja di sebuah proyek irigasi di daerah Kuro Tidur tersebut. Setelah beberapa tahun  memutuskan untuk hijrah ke kota untuk mendapatkan  penghidupan yang lebih baik.

Berada di sebuah kota kecil yang belum begitu berkembang di tahun 1980-an, menjadikan mereka tidak bisa banyak berharap. Kondisi jalan dan gedung pada sebuah ibukota provinsi yang kala itu masih bercirikan ibukota kecamatan dengan pohon-pohon rimba yang tersebar dan rumah-rumah yang masih jarang ditemukan.

Layaknya "kontraktor" yang berpindah dari satu rumah ke rumah yang lain. Akhirnya tinggallah mereka di sebuah daerah yang yang cukup strategis ditengah kota, walaupun daerah rawa dan sedikit gambut. Memanafaatkan situasi dan kondisi yang ada disekitar tempat baru akhirnya keluarga tersebut memutuskan untuk bertani sayur kangkung demi menyambung hidup dan memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Dari hasil penjualan sayur yang dijual kepada pedagang pasar minggu setiap subuh, keluarga ini mendapatkan tambahan belanja harian untuk makan. Kerjasama diantara anggota keluarga sangat terasa di masa-masa itu.

Pada masa itu, anak-anak memang belum merasakan berbagai fasilitas teknologi dan komunikasi layaknya anak sekarang. Mungkin pada masa itu anak-anak kelas menengah kebawah lebih akrab dengan radio  dibandingkan televisi dan handphone pada masa ini.

Namun memang perbedaan mendasar anak anak yang hidup di era 80-an atau 90-an mendapatkan perhatian dan pembinaan yang cukup besar dari orang tuanya baik dalam hal sikap atau etika maupun pergaulan.

Andi, anak yang penurut dan bertanggungjawab terlebih untuk dirinya sendiri, ia sering membantu orang tua bekerja. Dididik dengan keras sesuai aturan yang telah ditetapkan kedua orang tuanya. Menjadikan dirinya mandiri dan cukup tahan banting untuk menempuh kehidupan yang penuh tantangan kedepannya.

Selesai menemani ayahnya ke pasar setiap pagi. Andi langsung bersiap ke sekolah untuk belajar bersama teman-temannya di Madrasah Ibtidaiyah setingkat SD umumnya. Ia termasuk anak yang rajin, penurut dan berprestasi akademik di sekolah.

Kedua orang tuanya begitu bangga dengan anaknya yang satu ini. Karenanya  ia sering mendapatkan hadiah dari orang tuanya. Sampai ketika duduk di kelas 6 dan akan menghadapi ujian akhir. Andi yang bertubuh kecil dibanding teman sekelasnya yang lain mampu memberikan kejutan buat orang tua dan sekolahnya karena berhasil mendapatkan nilai evaluasi tahap akhir nasional tertinggi untuk sekolahnya.

Ada 'nice story' ketika Andi yang masih berjuang dalam ujian EBTA (Evaluasi Belajar Tahap Akhir) sekolah. Pada saat ujian sekolah, kebetulan pada hari itu ujian ada dua mata pelajaran namun entah mengapa Andi yang masih begitu polos tergerak hati untuk segera pulang kerumah padahal ujian masih tersisa satu mata pelajaran lagi.

Tiba-tiba setelah beberapa saat tiba dirumah. Datanglah Kepala Sekolah ke rumahnya. IbuAndi pun heran tidak menyangka mengapa anaknya dijemput oleh Bapak Kepala Sekolahnya untuk kembali ke sekolah. Ternyata ia belum menyelesaikan ujian yang kedua di hari itu.

Sungguh pengorbanan yang tak terlupakan bagi Andi dan kedua orangtuanya atas perhatian yang begitu besar Bapak kepala sekolah terhadap mereka. Potensi yang dimiliki Andi ternyata memberikan harapan besar dari pihak sekolah. Harapan itu ternyata tidak sia-sia, Andi berhasil membanggakan sekolah dengan meraih nilai NEM (nilai ebtanas murni) tertinggi untuk sekolahnya yang skornya naik dari tahun sebelumnya . Tidak kalah bersaing dengan anak anak SD Negeri kala itu.

Ini membuat ayah dan ibunya bangga atas keberhasilan anaknya, yang dengan prestasi tersebut mampu masuk sekolah smp favorit di kotanya masa itu. Bagaikan sebuah kado yang sangat berharga buat ayah ibunya yang berjuang banting tulang buat memenuhi kebutuhan keluarga serta biaya pendidikan anak-anaknya dari pagi hingga malam. Seakan terbayarkan sudah dengan kemudahan untuk anaknya bisa masuk di sekolah negeri yang masih dibiayai oleh pemerintah.

Setamat SMP, Andi melanjutkan sekolahnya di salah satu SMA yang juga favorit anak anak pada masa itu di kota Bengkulu. Ia masuk SMAN 5 Kota Bengkulu tahun 1997-an, dimana banyak anak pejabat daerah yang bersekolah disana. Ekonomi yang pas-pasan tidak menyurutkan niat untuk sekolah walaupun harus naik angkot setiap pagi dan siang.

Sehabis SMA ia melanjutkan kuliah di kota Bengkulu. Walaupun keinginannya ingin bisa kuliah di luar kota, namun menginggat budget keluarga yang tidak memungkinkan akhirnya ia terima tawaran sekolah untuk siswa undangan di salah satu universitas negeri di Bengkulu.

Masuk perguruan tinggi negeri tanpa banyak kendala. Melengkapi berkas dan mengikuti matrikulasi calon mahasiswa baru melalui potensi penulusuran akademik ia jalani. Belajar menjadi mahasiswa dengan sekelumit aktivitas dilakukan. Sampai akhirnya lulus kuliah dengan IPK yang sangat baik.

Ayahnya begitu senang dan bangga atas pencapaian anaknya tersebut. Walaupun ibunya tidak lagi bersama mereka karena menjelang ujian kelulusan Andi harus mengikhlaskan ibunya pergi untuk selama-lamanya karena penyakit yang dialami.

Begitu banyak pengorbanan yang telah ditorehkan oleh kedua orangtua maupun guru-gurunya dari SD sampai perguruan tinggi. Mungkin tidaklah bisa terbalaskan akan kebaikan dan ilmu dari keduanya. Orangtuanya terutama Ayah yang juga berperan sebagai guru dirumah, mengajarkan mengaji Andi dengan saudara-saudaranya sampai bisa mempelajari huruf hijaiyah dan lancar membaca Al-qur'an  memiliki peran yang begitu besar dalam pembentukan karakternya sampai terbawa hingga dewasa.

Begitu pula guru disekolah yang sangat besar perhatiannya hingga rela menjemput Andi kecil untuk kembali ujian di masa SD. Merupakan gambaran pengorbanan dan perhatian  guru yang begitu besar dan tak terbalaskan untuk dikenang hingga akhir hayat.

Semoga pengorbanan orang tua dan guru disekolah Allah Subhanahuwata'ala balas dengan syurga dan kebaikan yang melimpah didunia dan di akhirat.  Aamiin Allahumma Aamiin

'SELAMAT HARI GURU NASIONAL TAHUN 2021 ' buat seluruh guru di Indonesia

Terimakasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun