Mohon tunggu...
andiariani
andiariani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Padjadjaran

puisi, psikologi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

"Senyumin aja!": Rahasia Senyum untuk Melewati Situasi Sulit

6 Desember 2024   12:55 Diperbarui: 6 Desember 2024   14:02 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto tersenyum (Sumber : pexels/Andrea Pixabay)

Oleh: Andika Adi Purnama dan Andi Ariani Putri

Program Magister Sains Fakultas Psikologi, Universitas Padjadajaran

Pernah nggak sih, lagi dalam kondisi tidak baik-baik saja, namun seseorang berkata "Senyumin aja, kawan"? Kedengarannya klise, bahkan sedikit mengesalkan. Tapi, tahukah kamu bahwa senyum, sekecil apapun, bisa memberi kekuatan besar untuk menghadapi situasi sulit?

Ternyata hal ini ada ilmunya, lho! Dalam psikologi, ada teori yang disebut facial feedback hypothesis. Teori ini bilang kalau ekspresi wajah kita, termasuk senyuman, nggak cuma nunjukin perasaan, tapi juga bisa mempengaruhi emosi kita. Jadi, tersenyum bukan cuma basa-basi, tapi ada efek positif yang bisa bikin hati jadi lebih tenang. Yuk, kita bahas!

Ungkapan "Fake it 'til you make it" ternyata sejalan dengan konsep facial feedback hypothesis yang dikemukakan oleh Charles Darwin dan William James, kedua tokoh ini bilang bahwa ekspresi wajah bisa memperkuat atau melemahkan emosi yang kita rasakan (Myers, 2015). Misalnya, kalau kamu marah sambil kerut-kerut dahi, rasa marahnya bakal makin terasa. Sebaliknya, kalau kamu senyum, rasa senangnya juga ikut meningkat, even kalau senyumnya dipaksain! Teori ini mengemukakan bahwa ekspresi wajah seseorang dapat mempengaruhi suasana hati seseorang.  Misalnya, meskipun seseorang tidak merasa bahagia, dengan tersenyum dapat membuat kondisi psikologis menjadi lebih positif. 

Kamu tahu nggak, ada eksperimen seru yang buktikan teori ini? Misalnya, eksperimen Mori tahun 2009, di mana peserta diminta menggigit pena. Nah, saat mereka menggigit dengan cara yang bikin bibir tersenyum, mereka malah merasa lebih bahagia, bahkan tanpa tahu mereka lagi diuji soal senyum! Di eksperimen tersebut, mereka juga diminta untuk nonton kartun, satu kelompok sambil senyum dan satu kelompok sambil mengerutkan kening. Kartun yang mereka lihat di eksperimen itu dianggap lebih lucu oleh peserta yang nonton sambil senyum dibanding peserta yang disuruh kerut-kerut kening.

Nggak cuma itu, penelitian Sderkvist et al. tahun 2018 juga ngasih bukti bahwa manipulasi kecil di wajah kita bisa berdampak besar buat kesehatan mental. Pernah dengar botoks? Yup, suntikan yang sering dipakai buat mengurangi keriput itu ternyata bisa bantu pasien depresi, lho! Dengan "membekukan" otot di dahi yang biasa dipakai buat mengerut, ekspresi negatif mereka berkurang, dan suasana hati mereka jadi lebih baik. Jadi, senyum itu nggak cuma soal tampilan luar, tapi juga kerja sama antara tubuh dan pikiran kita.

Senyuman Sebagai Mekanisme Koping

Oke, mungkin kamu mikir, "Ya, tapi senyum pas lagi susah itu nggak semudah kelihatannya." Memang nggak gampang, tapi coba bayangin ini: senyum itu kayak tombol kecil yang bisa membantu kita menghadapi stres. Walaupun awalnya terpaksa, sinyal dari senyuman itu bisa bantu otak kita melihat sisi positif dari situasi yang sulit. Ini semacam trik sederhana buat bikin perasaan jadi lebih ringan. Dalam konteks psikologi, senyuman dapat dikategorikan sebagai salah satu strategi coping aktif. Berikut cara senyuman dapat membantu kita melewati situasi sulit:

  1. Mengurangi Persepsi Stres
    Ketika kita tersenyum, otak menerima sinyal bahwa situasi yang dihadapi tidak terlalu mengancam. Ini membantu menurunkan respons fight-or-flight yang biasanya memicu kecemasan berlebihan. Otot wajah kita ngirim sinyal ke otak, yang bikin otak "percaya" kalau kita lagi ngerasain emosi tertentu. Jadi, ketika kita senyum, otak dapet sinyal yang bikin kita merasa lebih bahagia (Zabara, 2016).

  2. Meningkatkan Perspektif Positif
    Senyuman membantu otak memproses informasi dengan lebih seimbang, sehingga kita bisa melihat masalah dengan cara yang lebih positif dan mencari solusi yang lebih baik. 

  3. Mendukung Interaksi Sosial yang Sehat
    Dalam hubungan interpersonal, senyuman dapat mencairkan ketegangan, meningkatkan empati, dan menciptakan hubungan yang lebih harmonis. Penting banget nih buat kita untuk senyum saat menghadapi konflik atau mau bekerja sama dengan orang lain.

Foto tersenyum (Sumber : pexels/Andrea Pixabay)
Foto tersenyum (Sumber : pexels/Andrea Pixabay)

Efek Senyuman Terhadap Kesehatan Mental

Senyuman juga bukan sekedar ekspresi emosi. Misalnya, di tempat kerja yang penuh tekanan, senyuman kecil bisa bikin mood jadi lebih baik dan bahkan menular ke orang lain di sekitar kita. Dalam hubungan sosial, senyuman juga bisa bikin interaksi lebih hangat, bikin orang lain merasa nyaman, dan akhirnya bikin kita sendiri lebih rileks. Terkadang, senyum itu bisa jadi cara paling sederhana buat melawan hari-hari yang berat.

Kata penelitian di University of West Alabama, senyuman melibatkan otot wajah yang memicu otak untuk melepaskan hormon-hormon kebahagiaan seperti endorfin, dopamin, dan serotonin. Hormon-hormon tersebut berperan dalam meningkatkan suasana hati juga menurunkan tingkat kortisol yang adalah hormon pemicu stress. Canggih kan?

Jadi, tersenyum itu nggak cuma soal kelihatan ramah, tapi juga punya efek nyata ke perasaan kita. Facial feedback hypothesis ngajarin kita bahwa ekspresi wajah bisa bantu mengatur emosi. Dengan senyum, bahkan di situasi yang bikin hati berat, kita bisa sedikit demi sedikit mengurangi tekanan dan merasa lebih baik. Kapan pun kamu lagi ngerasa down, coba deh, tarik napas panjang, dan senyum. Siapa tahu, itu langkah kecil yang kamu butuhin buat menjalani hari dengan lebih baik! Senyumin aja!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun