Mohon tunggu...
Andi Ansyori
Andi Ansyori Mohon Tunggu... advokat -

selalu ingin belajar, bersahabat, menambah pengetahuan " Tidak ada salahnya baik dengan orang " dan lebih senang mendalami masalah hukum

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Segera Batalkan Perda, Penyita Dagangan Mbah Saeni di Serang

13 Juni 2016   19:28 Diperbarui: 13 Juni 2016   19:49 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kasus yang menimpa seorang wanita lanjut usia (nenek ), Mbah Saeni (53) , pemilik warung makanan emperan di Kota Serang , Banten kini banyak menuai simpati. Kasus tersebut bermula dari berita yang ramai diperbincangkan di medsos dan media mainstream . Kompas.com tertanggal 12 Juni 2016 , memuat berita yang menjadikan hati ini terenyuh. Berita itu dilengkapi pula dengan photo seorang nenek dengan mimik sedang menangis sedih. Disebutkan nenek yang menangis tersebut adalah bernama Saeni , pemilik warung nasi emperan yang sehari harinya dipanggil “ mbah Eni “. Ia menangis dagangannya hari itu habis disita dengan sewenang wenang oleh Petugas Pol PP Pemkot Serang, Modalnya hanya pada dagangan makanannya yang disita itulah. Kini ia tak punya modal lagi.

POL PP LAKUKAN RAHAZIA RESTORAN DAN WARUNG MAKAN

Sebenarnya rahazia oleh petugas Pol PP Pemkot Serang terhadap restoran dan warung makanan yang buka pada siang hari pada bulan romodhon ini, sudah dimulai sejak hari puasa pertama.

Pol PP Rahazia Warung nasi emperan Mbah Eni

Siang itu selepas sholat jum’at , tibalah giliran warung makan Mbah Eni yang terkena rahazia . Petugas Pol PP marah marah kepada Mbah Eni. Mereka menyalahkan Mbah Eni. Kenapa warung Mbah Eni buka pada siang hari . Tanpa “ba bi bu “ para petugas Pol PP tersebut langsung meringkasi seluruh dagangan Mbah Eni dan mengangkutnya keatas kendraan yang akan diangkut ke Pemkot Serang.

Melihat dagangannya di ringkasi dan akan diangkut ke Pemkot Serang, sebagai orang desa , tentu mbah Eni ngak paham dan menjadi bingung. Ia menangis tersedu sedu.

Namun tangisan Mbah Eni tersebut tak dihiraukan. Aparat Pol PP Pemkot serang , keukeh dan tetap mengangkut barang dagangannya. Aparat Pol PP merasa tindakannya sudah benar. Mereka menjalankan perintah atasannya.

Melihat semua itu tentu saja sebagai orang desa dan berumur Mbah Eni tak berdaya.

Ia hanya bisa menyesali nasibnya.

Mbah Eni menyesali nasibnya hanya bisa menangis

Karena menyesali nasibnya itulah , Tak pelak saat itu juga pecahlah tangisan tersedu sedu Mbah Eni melihat dagangannya diangkut petugas Pol PP ke Pemkot Serang. Sebelum diangkut , Ia sempat memohon kiranya dagangannya itu jangan disita. Ia sudah memberitahu kepada aparat dikala itu, bahwa ia tak memiliki modal lagi. Namun Aparat abai , Aparat acuh dan bersikukuh menyita seluruh dagangannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun