Mohon tunggu...
Andi Ansyori
Andi Ansyori Mohon Tunggu... advokat -

selalu ingin belajar, bersahabat, menambah pengetahuan " Tidak ada salahnya baik dengan orang " dan lebih senang mendalami masalah hukum

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Di Balik Kisah Profesor dan Sesat Pikir dalam Menyikapi Pembangunan Tol Trans Sumatera

12 Februari 2016   19:50 Diperbarui: 12 Februari 2016   21:08 1257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa saja yang diharapkan Jokowi dengan selesainya pembangunan tol jalan lintas Sumatera. Ia berharap investasi dari manca negara segera masuk. Adanya pembangunan tol  trans Sumatera secara berlanjut, Investor luar negeri akan percaya bahwa pembangunan infrasturtur di Indonesia berjalan baik. Dengan adanya pembangunan Tol trans Sumatera akan membuka lapangan kerja baru.

“Kalau ada kepercayaan itu berarti akan ada arus investasi, arus modal masuk ke Indonesia: Ucap Jokowi di hadapan media asing yang menyertai kunjungan ke proyek jalan tol trans Sumatera di Sabah Balau Lampung Selatan.

Salah seorang kerabat kami menuturkan ada sebuah kisah mantan menteri keuangan era Megawati yaitu Prof Kwiek Kian Gie berbeda pandangan dengan dengan mantan wakil presiden di eranya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yakni Budino dalam kasus bail out Bank Century. Berbeda pandangan itu hal biasa, berbeda padangan itu bagaikan  “mengadu ujung penjahit“.

Mari kta mulai.

Ketika itu mantan Menteri Koordinator Perekonomian dan Industri Kwik Kiian Gie menyebut pendapat Budiono selaku Gubernur Bank Indonesia terkait faktor psikologis pasar yang dijadikan alasan penyelamatan Bank Century layaknya disebut pendapat seorang "Profesor Kodok" Hal itu diungkapkan oleh Kwik ketika ia bersaksi menjadi saksi Ahli dalam sidang terdakwa mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia Budi Mulya di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, (12/5/2014)

Penyebutan Boediono sebagai Profesor Kodok, berawal dari pertanyaan, pengacara Budi Mulya, Luhut Pangaribuan menanyakan kepada Kwik mengenai adanya faktor psikologis pasar pada saat itu. Saat itu menurut Budiono keputusan harus dibuat secara cepat agar masyarakat tidak panik.

Sementara itu kwik menilai kondisi waktu itu biasa biasa saja, pertumbuhan ekonomi positif, tidak ada faktor yang akan menyebabkan terjadinya kepanikan masyarakat . Kwik menilai ada apa dibalik Bail out Bank Century. Untuk menambahkan faktor psikologis, Bank Indonesia seharusnya meminta pendapat ahli psikologi dulu.

“Kan keputusannya harus dibuat cepat saat itu. Kalau mencari psikolog nanti keburu bubar ini semua,“ kilah Luhut.

Sepertinya Kwik sudah kehabisan kata kata untuk menjelaskan kepada Luhut bahwa saat itu sebenar keadaan ekonomi Indonesia tidak dalam keadaan genting dan tergolong stabil.

“Memang itu yang dikatakan Pak Budiono yang saya ikuti dari telivisi. Saat itu dalam suasana krisis, perubahan bisa mendadak. Tapi menurut saya itu adalah terlalu berlebihan.“ Ujar Kwik menimpali pertanyaan Luhut.

“Dan kalau saya boleh agak kasar, menurut saya itu adalah pendapat seorang “profesor kodok“ yang tidak mengetahui lapangan“. Tandas  Kwik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun