Mohon tunggu...
Andi Annas
Andi Annas Mohon Tunggu... MarComm Manager -

Seorang warga negara Indonesia yang lahir, tumbuh, dan bekerja di Jakarta; seorang MarComm Manager di sebuah newly-developed local-based Digital Travel Services di Jakarta juga.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kenangan Kecil di Balik Hujan di Hari Minggu

22 Januari 2016   02:42 Diperbarui: 22 Januari 2016   02:42 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="ilustrasi; sumber: adventureawaits.com"][/caption]

Cuaca lagi ngga bersahabat, dan yang bisa gue lakukan hanya tercenung diam.

Segelas Iced Signature Chocolate, sebungkus Marlboro Black Menthol, dan sebuah laptop Dell yang memainkan musik-musik di iTunes secara random.

Hari Minggu, dan Starbucks Plaza Indonesia cukup ramai.
Di sore hari, dimana cuaca Jakarta didominasi hujan deras dan angin kencang.
Udara yang dingin, ditambah hembusan AC. Gue akhirnya sedikit menyesali keputusan gue memilih minuman dingin ini.

Di pojokan sofa, gue duduk sendirian. Ngga ada rencana kemana-mana, Cuma terduduk depan laptop sambil bengong ngeliatin slide presentasi yang hampir gue selesaikan yang mejeng dengan sombongnya di layar monitor.

Ngga lama berselang, datang satu keluarga (Bapak, Ibu, dan 2 anak mereka yang masih kecil)
Gue rasa mereka telat banget punya momongan, tampang udah hamper middle-age tapi anak-anak nya masih pada bocah.
(Sorry for being sarcastic a little, hehehe)

Dan akhirnya gue membuka percakapan dengan si bapak (yah, daripada gue bengong juga sendirian).
Sedikit basa basi, karena si bapak berniat meminjam charger untuk BlackBerry-nya.

Lanjut bengong lagi, karena kemudian si bapak itu disibukkan dengan kedua bocahnya yang rebutan main game di iPad mereka. Gue akhirnya berpikir sedikit tentang masa kecil gue yang jauh dari yang namanya gadget canggih. Masa-masa dimana main layangan dan bentengan lebih seru daripada sekedar melototin layar monitor/gadget/TV.

Ngelempar pandangan ke berbagai sudut Starbucks, dan akhirnya gue ngelihat kalau sore ini banyak juga orang tua yang bawa anaknya nikmatin sore sambil nyeruput minuman-minuman yang disediain gerai kopi ini.

Hampir semua anak-anak itu nempel sama gadget yang dibeliin orang tuanya. Kalau ga tablet PC, kalau ga iPhone/BlackBerry, setidaknya pada nenteng PSP/Nintendo DS.

Pikiran gue melayang sedikit ke waktu dimana gue pernah duduk sendirian nikmatin Sabtu sore di trotoar depan Plaza Indonesia yang menghadap ke Bunderan HI.

Di situ, gue ngeliat anak-anak kecil dari kasta ekonomi yang rendah sedang menikmati sore mereka bermain-main petak-umpet. Yes, main petak-umpet di trotoar depan Plaza Indonesia. Bermain dan bercanda dengan keterbatasan finansial mereka, di areal yang menjadi lambang hedonisme kota Jakarta.

Entah kenapa, gue merasa kalau anak-anak di trotoar itu terlihat lebih bahagia daripada anak-anak kecil di dalam coffee-shop ini yang cuma terpaku di depan layar gadget mereka.
Terisolasi oleh teknologi, dimana teman masa kecil mereka hanyalah benda mati yang memberikan mimpi untuk dijalani sendiri. Terpenjara dalam balutan modernisasi jaman.

Kembali ke waktu gue masih anak-anak, dan gue senang-senang main badminton atau layangan (baik di sekolah dan di rumah). Ngabisin sisa hari sama teman-teman sekolah atau teman-teman di lingkungan rumah gue.

Capek, keringat, kotor.

Tapi, itu semua terasa lebih seru dan bisa bikin gue senyum lebih lebar di malam harinya daripada saat gue mojok di depan TV ditemani Sega atau Super Nintendo.

Cuaca lagi ngga bersahabat, dan yang bisa gue lakukan hanya tercenung diam.

Segelas Iced Signature Chocolate, sebungkus Marlboro Black Menthol, dan sebuah laptop Dell yang memainkan musik-musik di iTunes secara random.

Dan gue tiba-tiba kangen masa kecil gue…

-Jakarta, 25 April 2012-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun