Mohon tunggu...
Andi Anna Rahayu
Andi Anna Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

a single mom who love her kids more than her self

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Monyet dan Jalangkote

29 Desember 2022   21:17 Diperbarui: 29 Desember 2022   22:05 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sore itu  Saya berangkat dari Makassar kerumah Puang nenek di Kabupaten Sinjai.Untuk ke Kab.Sinjai dari Makassar saya melewati Maros-Camba-Bone.Seperti biasa, saya selalu nyetir sendiri  jika keluar kota. Nah...sore itu saya ditemani kedua anak kesayangan saya dzaky dan aqila yang selalu setia menemani kemanapun saya akan pergi.Menyusuri jalanan Camba yang berkelok menjadi tantangan tersendiri karena dikelilingi oleh pegunungan, tebing tinggi dan jurang.
Tidak semua orang yang bisa nyetir berani nyetir melewati kelokan dicamba ini karena jalanan berkelok yang curam, terjal dan jurang dikiri kanan tanpa pembatas yang cukup membuat ngilu jika melirik kebawahnya.

Tetapi semua itu terbayarkan ketika melihat pemandangannya yang asri dan hijau dari pohon yang masih kokoh tinggi menjulang..
Jika sudah memasuki daerah kappang dzaky dan aqila akan berteriak senang jika melewati hutan lindung tersebut karena banyak monyet besar yang berkeliaran dipinggir jalan.

Walaupun ada himbauan dari Dinas Kehutanan bahwa dilarang memberikan makan hewan dalam kawasan itu tapi namanya juga anak- anak walaupun sudah diberitahu aqila malah melemparkan jalangkote (sejenis kue pastel) yang dimakannya keluar jendela yang disambut meriah oleh monyet liar tersebut.

"Jangan kasi makan nak, tidak boleh." kataku
"Kasian monyetnya, pasti lapar" jawab aqila
"Foto-foto saja nak." bujuk ku
"Okey ibu, sambil melemparkan jalangkotenya lagi ke arah monyet itu."
*Yaa ampuun nih aqila baru juga diberi tau tadi jangan kasi makan monyetnya...

Makin lama monyet itu makin banyak berkerumun didekat mobil berebutan ingin mendapatkan jalangkote tersebut.
Monyet yang tidak dapat menoleh kearah mobil dan berjalan mendekat.
Secara refleks ku menaikkan semua kaca mobil, tapi kaca yg ada didepan disebelah dzaky macet, sementara monyet itu terus mendekat dan melihat kearah dzaky yang sedang memakan jalangkote.

"Dzaky..kasi saja jalangkotenya nak." kataku pada dzaky
" Tidak ibu saya masih mau makan." jawab dzaky
"Itu masih ada 3 biji nak, jadi lebih baik kasi monyetnya saja daripada lompati mobil."
"Ini juga masih mau saya makan ibu." jawabnya sambil memegang erat dos jalangkote yg tinggal 3 biji itu.
*Monyet itu melompat menghampiri jendela mobil yang terbuka setengah dan ingin menggapai jalangkote dzaky
"Dzaky awasss...."teriak kunkepada dzaky

Ku refleks mengambil jalangkote dzaky dan melemparkan semuanya ke luar jendela lalu ku injak gas dan berusaha kabur dari kerumunan monyet tersebut. Ingin rasanya ku tancap gas mobil sekencang mungkin tapi kondisi jalanan yang menanjak dan berkelok-kelok membuat laju mobil tidak bisa maksimal.

Tidak selang berapa lama Aqila berteriak.
"ibu...liat belakang." teriaknya
"Apa lagi qila." tanyaku

Saya kemudian melihat dikaca spion kerumunan monyet tersebut terus mengejar... Dan semakin lama semakin dekat.
Yaa ampuuun...
Disatu sisi mobilnya harus dilaju dengan kencang tapi disisi lain harus hati-hati juga karena jurang dikiri kanan. Jalanan di kawasan hutan lindung tersebut mulai sepi karena matahari mulai tenggelam.
Ku berusaha melaju tapi monyet itu semakin mendekat...

Suasana semakin mencekam....
Dzaky dan Aqila berteriak tak karuan ketika monyet itu melompat dan bergelantungan dijendela kaca yang setengah terbuka tadi. Dzaky pindah kebelakang dekat Aqila yang kaca jendelanya bisa tertutup.
Sementara monyet itu masih bergelantungan dipintu sebelah kiri dan memasukkan tanganya kekaca dan ingin menggapaiku.

"Kenapa...?" tanyaku menggertak monyet itu.
Monyet itu : mau minta lombok...Ibu lupa kasi lomboknya ini jalangkote yang ibu lempar tadi...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun