Hal yang sangat menarik adalah variasi barang yang hendak dipotong, ada potong burung yang bikin geli dan potong kuping sebagai bentuk keberaniannya dalam berargumentasi. Sumpah potong-potongan ini mucul pada saat sebuah fenomena pra Pilgub DKI Jakarta menjadi head line pada setiap media tanah air, fenomena Ahok. Saya pribadi mengagumi Ahok dan juga membenci Ahok.
Kagum dengan kerjanya, benci karena dialah yang menyebabkan berbagai isu penting hilang begitu saja tanpa penyelesaian yang jelas. Mengenai kedua hal tersebut saya tidak mengaharapkan pertanyaan sebagai bukti kebenaran ucapan saya. Karena saya yakin dan percaya semua orang sudah tahu tentang hal tersebut dan menegaskan bahwa hanya orang bodoh yang bertanya tentang kedua hal tersebut.
Pada dasarnya sumpah potong-potongan itu, hanyalah sebuah trik dan cara yang sudah dikonsepkan dengan matang untuk sekedar mengalihkan isu-isu penting yang saat ini sudah menuai titik terang. Pemikiran ini mungkin terlalu jauh, tetapi hal ini dapat menjadi sebuah pegangan kita agar tidak terusik ucapan mereka.
Memaknainya pun tidak terlalu rumit mengingat yang mengucapkan sumpah tersebut tahu dan mau menerima resiko yang akan terjadi jika apa yang mereka sumpahi benar-benar terjadi. Maka kita hanya perlu paham dan mengetahui apa kepentingan mereka dan apa dampaknya untuk kita. Jika penting maknai secara bijaksana, jika tidak maknai juga dengan lebih bijaksana. Sebagai insan media yang cerdas, jangan terlalu mudah terprovokasi dengan hal-hal tidak jelas itu karena saya, anda dan mereka berbeda dan memiliki kepentingan masing-masing.
Salam dari pojok ruang tanpa listrik dibawah noken bermotif khas Papua...[caption caption="Tradisi Potong Jari Papua"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H