Mohon tunggu...
Andi Alny Hilwany
Andi Alny Hilwany Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Product Manager di PT ISMUT FITOMEDIKA INDONESIA

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Dari Mana Datangnya Darah Kental?

5 Februari 2021   14:17 Diperbarui: 16 Februari 2021   13:32 5734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jarang satu masalah kesehatan yang berdiri sendiri. Itu sebabnya pun di rumah sakit sering ada istilah ’paket’; penderita masalah jantung atau hipertensi selain diberi obat yang berkenaan dengan keluhannya juga diberi obat untuk faktor risikonya, yang seringkali ’tidak menimbulkan keluhan’; pengentalan darah.

Pada saat terjadi perlukaan (peradangan pembuluh darah juga dianggap perlukaan), tubuh langsung mengatasinya dengan ’memanggil’ protein spesifik yang bekerjasama dengan keping pembekuan darah (trombosit/platelet) untuk melakukan ’koagulasi’ (pembekuan). Pengentalan berupa bulir-bulir pembekuan selama darah mengalir di pembuluh darah ini disebut trombus. Trombus ini bisa ’nyangkut’ di paru-paru disebut ’emboli paru’ dan mengakibatkan kejadian fatal. Bila tersangkut di ujung pembuluh darah jantung menyebabkan serangan jantung, dimana otot jantung tidak lagi mendapat suplai darah/oksigen sehingga mengalami kematian/infark mendadak, dan bila tersangkut di pembuluh darah otak maka terjadi stroke. Pembekuan darah tidak wajar yang terjadi pada proses kehamilan juga menyebabkan perempuan mengalami keguguran berulang kali tanpa sebab yang jelas, karena darah tidak mampu mencapai plasenta/ari-ari.

Dari mana asalnya pengentalan darah tidak normal yang menghasilkan trombus dimana-mana? Salah satunya tentu dari hemodinamika sendiri. Orang yang jarang bergerak adalah korban pertama (terlalu banyak duduk lama, tidak berolah raga atau pernah dirawat lama di tempat tidur). Begitu pula dari kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan hormonal dan beberapa jenis kanker.

Dalam banyak kasus penyakit degeneratif, masalah terbentuknya bekuan darah menjadi ancaman terbentuknya ’sumbatan’ di pembuluh darah, baik dari kualitas keping pembeku darahnya (trombosit) hingga tingginya viskositas/ berat jenis cairan darahnya yang cenderung tinggi. Namun, darah menjadi lebih ’kental’ dan menimbulkan masalah bukan berarti cara mengatasinya hanya semata-mata menghalangi proses alami tersebut (ingat, proses darah mengental dan membeku adalah proses alami juga), melainkan kita harus mencari sebabnya: mengapa kekentalan yang tidak normal itu tiba-tiba muncul. Kenapa tidak sejak lahir saja? Betul, bahwa darah manusia harus tetap encer, tapi bisa beku jika dibutuhkan. Ini adalah hukum alam; the universal law dan Tuhan tidak sia-sia memberi 13 faktor pembekuan. Faktor pengentalan darah berlebihan yang dikaitan dengan faktor keturunan masih merupakan tanda tanya besar. Sebab pada perempuan dengan pengentalan darah tinggi dan mempunyai riwayat keguguran berulang sebagai akibatnya, ternyata ibu dan neneknya sama sekali tidak memiliki kasus keguguran.

Menghalangi hukum alam bekerja akhirnya menjadikan kita berhadapan dengan masalah baru. Dr. John G.F Cleland pernah menuliskan masalah ini dalam suatu penelitian (meta-analisis) yang dikerjakan oleh 'The Antithrombotic Trialists Collaboration' dengan melibatkan 100.000 pasien risiko tinggi penyakit pengkakuan pembuluh darah (atherosclerotic). Uji coba tersebut tidak menunjukkan bahwa aspirin menyelamatkan jiwa manusia seperti anggapan banyak dokter yang memberikan pasiennya aspirin sebagai ‘anti pengentalan darah’.

Peneliti Inggris juga pernah melibatkan lebih dari 5000 orang dengan risiko penyakit jantung koroner (tapi belum ada serangan) berusia 45-69 tahun dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa keuntungan yang didapat tidak sepadan dengan risiko perdarahan mikro. Perdarahan ini sering tidak terdeteksi, tiba-tiba sekian kurun waktu penderita mengalami penurunan Hb/ hemoglobin dan menjadi anemia. 

Bagaimana dengan stroke? Stroke terbagi menjadi 2, hemoragik (pecah pembuluh darah otak) dan iskemik (sumbatan pembuluh darah otak). Sumbatan pada stroke iskemik ini bisa dikarenakan 2 hal: pembuluh darahnya itu sendiri (yang menebal, membentuk plak) atau darahnya yang membeku ’sesuka hati’. Bahkan keduanya bisa terjadi bersamaan. Tinggal dibuktikan: bagaimana dengan agregasi trombosit nya? Bila “normo-agregasi”, artinya pembekuannya normal, tidak ada masalah dengan pengentalan akibat kelengketan trombosit yang meningkat. Bagaimana dengan LED (Laju Endap Darah), ACA IgG, ACA IgM, Anti B2- Glikoprotein 1, Lp(a), kadar vitamin C dalam darah, kadar asam amino Proline dan Lisin?

Manusia membutuhkan komposisi karbohidrat, protein dan lemak dalam makanannya. Yang menjadi masalah, sudah terjadi pergeseran pengertian tentang ‘apa makanan orang’ sebenarnya. Semua karbohidrat buruk yang selama ini kita anggap ‘makanan budaya' yaitu semua turunan gula, terigu, beras dan pati (jenis tepung lainnya termasuk kentang dan jagung) berkontribusi terhadap pengentalan darah. Mengapa? Lonjakan gula kurang dari 2 jam mengakibatkan insulin perlu bekerja keras untuk meredam nya agar tidak jatuh menjadi diabetes. Bukti insulin ‘kerja gila-gilaan’ sudah jelas nampak; berat badan berlebih, insulin menekan gula dan diubah menjadi lemak!

Tidak sampai di situ. Setiap kali tubuh memerintahkan insulin untuk keluar dan menekan lonjakan gula, tubuh juga mengeluarkan kelompok hormon eikosanoid pro-peradangan (termasuk prostaglandin, tromboksan dan leukotrien) yang kerjanya menyempitkan pembuluh darah, mengentalkan darah, menurunkan kekebalan tubuh, memperbanyak sel-sel tidak normal, mencetuskan reaksi radang dan menimbulkan rasa nyeri.

Kejadian di atas juga menyebabkan ‘peradangan lokal’ bagi sel-sel lemak, sehingga terbentuk sitokin-sitokin; protein radang yang dinamai interleukin (IL-6) dan Tumor necrosis Factor (TNF). Sitokin inilah yang mampu menembus masuk aliran darah, beredar ke seluruh tubuh, membuat peradangan semakin luas dan ‘menggila’. Protein ini juga yang menyebabkan ‘kekentalan darah’ meningkat. Rasa nyeri, sakit, merupakan manifestasi dari perang antara hormon yang diciptakan tubuh terhadap sel-sel tubuh itu sendiri. Hal ini dikenal sebagai peradangan ‘tersembunyi’ (silent inflammation) yang tidak disadari pemilik tubuh sampai hasil laboratorium membuatnya panik atau timbul perasaan nyeri otot dan rasa capek sekujur tubuh ditambah kesemutan yang tak kunjung hilang.

Dengan bertambah usia, keasaman darah juga cenderung meningkat. Asupan makanan dibakar oksigen dengan maksud memproduksi tenaga sekaligus menghasilkan zat sisa buangan yang bersifat asam. Mestinya ini dibuang melalui air seni dan keringat namun selalu ada yang tertinggal dalam tubuh. Keasaman tinggi dalam organ tubuh bukan hanya sekadar mempercepat proses penuaan tapi juga mencetuskan reaksi penggumpalan darah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun