Mohon tunggu...
Andi Alfian
Andi Alfian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Rasionalitas dan kritik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hari Raya Hanya Sebagai Ajang Pamer

11 April 2024   22:15 Diperbarui: 11 April 2024   22:26 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hari Raya, sebuah momen yang seharusnya penuh dengan kebersamaan, kedamaian, dan berbagi kebahagiaan, sayangnya sering kali berubah menjadi ajang pamer kekayaan bagi sebagian orang. Fenomena ini tidak hanya merusak makna sejati dari perayaan tersebut, tetapi juga menimbulkan ketidakseimbangan sosial dan nilai yang salah dalam masyarakat.

Perayaan Hari Raya seharusnya menjadi waktu untuk bersyukur atas segala nikmat yang diberikan, tidak hanya berupa harta materi, tetapi juga berupa kesempatan untuk bersatu dengan keluarga dan menjalin hubungan yang lebih erat dengan sesama manusia. Namun, dalam realitasnya, banyak yang lebih memilih untuk mengeksploitasi momen ini sebagai kesempatan untuk memamerkan kemewahan dan keberhasilan material mereka.

Tren pamer kekayaan ini tercermin dalam berbagai cara, mulai dari kemewahan busana yang dipamerkan, hingga perayaan yang diadakan dengan prasmanan yang mewah dan hiburan yang berlebihan. Masyarakat seringkali terjebak dalam persaingan tidak sehat untuk menunjukkan bahwa mereka lebih sukses atau lebih berkecukupan daripada yang lain.

Namun, seharusnya kita kembali merenung pada esensi sebenarnya dari Hari Raya. Sebuah momen untuk berbagi kebahagiaan dengan mereka yang kurang beruntung, untuk mempererat tali persaudaraan, dan untuk menghargai berkah yang telah diberikan. Sebuah kekayaan sejati bukanlah hanya tentang harta benda, tetapi juga tentang kekayaan batin dan hubungan yang kita bangun dengan orang-orang di sekitar kita.

Oleh karena itu, mari kita jadikan Hari Raya sebagai waktu yang lebih berarti dengan fokus pada nilai-nilai yang sesungguhnya penting. Mari kita tinggalkan sikap pamer kekayaan dan giliran untuk menunjukkan kasih sayang, kepedulian, dan kebersamaan yang sejati. Sebab, hanya dengan demikian, kita dapat merayakan Hari Raya dengan penuh makna dan keberkahan yang sejati.


Tentu, saya akan tambahkan beberapa poin lebih lanjut agar pemahaman kita tentang hari raya besar umat Islam yakni idul Fitri dan Adha menjadi Afdhal:


Menjadi Contoh Positif: Sebagai individu, kita dapat menjadi contoh positif dengan menunjukkan bahwa Hari Raya bukanlah tentang kemewahan material, tetapi tentang kedermawanan dan kebaikan hati. Dengan mempraktikkan sikap rendah hati dan berbagi dengan sesama, kita dapat menginspirasi orang lain untuk melihat nilai sejati dari perayaan ini.

Pentingnya Edukasi: Penting untuk terus mengedukasi masyarakat tentang makna sejati dari Hari Raya. Melalui kampanye sosial, program pendidikan, dan penggunaan media sosial secara positif, kita dapat membantu mengubah persepsi dan perilaku yang berlebihan dalam memamerkan kekayaan.

Menyelaraskan Prioritas: Kita perlu menyadari bahwa kebahagiaan sejati tidak dapat ditemukan dalam kepemilikan material belaka. Mengubah fokus dari keinginan untuk memamerkan kekayaan menjadi keinginan untuk berbagi dan memberikan arti yang lebih dalam pada perayaan ini akan membawa kepuasan yang jauh lebih besar.

Mengutamakan Kesejahteraan Bersama: Sebagai masyarakat, penting untuk mengutamakan kesejahteraan bersama daripada menonjolkan diri sendiri. Dengan berpartisipasi dalam kegiatan amal, mendukung program-program sosial, dan memberikan perhatian kepada mereka yang membutuhkan, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan berempati.

Dengan menggabungkan upaya individu dan kolaborasi masyarakat, kita dapat membawa perubahan positif dalam cara kita merayakan Hari Raya. Ini bukan hanya tentang merayakan keberhasilan pribadi, tetapi juga tentang merayakan kemanusiaan dan kebaikan yang ada dalam diri kita dan orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun