Mohon tunggu...
syahriandi
syahriandi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Didikan Kaum Muslimin untuk Bertaqwa kepada Allah SWT

14 Mei 2019   21:30 Diperbarui: 14 Mei 2019   21:38 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Oleh : Syahriandi

"Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atasmu berpuasa, sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu, mudah-mudah an engkau bertaqwa" Q.S Al-Baqarah : 183

Perintah wajib berpuasa bagi orang islam dibulan romadhan disuratkan jelas oleh Allah dalam Al-qur'anul karim, yakni dalam surat al-baqarah ayat 183 diatas. Diceritakan bahwa ketika nabi Saw sampai dimadinah ketika hijrah, beliau melihat orang yahudi melaksanakan puasa pada tanggal 10 Muharam (Asyura).

Orang yahudi berpuasa sebagai kenang-kenangan atas terleasnya nabi Musa As dan sebagian orang bani israil dizaman dahulu dari kekejaman fir'aun, yang terjadinya bertepatan dengan tanggal 10 Muharram.

Dalam rangka semangat dan cita-cita dari jiwa rasulullah munculah perasaan bahwa kaum muslimin mempunyai hubungan batin yang erat dengan ajaran nabi Musa As, sehingga rasulullah Saw memerintahkan umat islam untuk ikut berpuasa.

Tidak lama kemudian turunlah ayat yang mewajibkan puasa ramadhan sebagai satu ibadah pokok, termasuk dalam rukun islam yang lima. Dan sejak itu kewajian puasa pada tanggal 10 Muharam itu dihapuskan dan diganti sebagai puasa sunnah.

Didalam ayat perintah wajib puasa tersebut itu Allah memberikan tujuan kepada orang yang menjalankan puasa dengan peringkat keimanan tertinggi, yaitu Taqwa. Adapun tingkat spritual tertinggi ini tidak bisa sembarang kasih saja oleh Allah, ada proses-proses dan rel yang harus dilalui.

Maka apakah proses dan jalan itu mulus ataukah butuh perjuangan yang kuat untuk mengapai  nya? Tentu saja butuh perjuangan yang sungguh-sungguh untuk mengapai semua itu.

Namun  sebelum kita sampai kesana untuk menjawab  tentu perlu diawali dengan pertanyaan, sebenarnya taqwa itu apa?, maka pertanyaan ini perlu dahulu kita tuntaskan untuk dijawab, agar nanti kita punya motivasi untuk mengapainya.

Dalam tata bahasa, kata taqwa adalah bentuk mashdar dari kata kerja "ittaqa, yattaqi yang berakkar pada kata kerja waqaa, yaqi", waqaa artinya adalah menjaga dan ittaqa artinya menjaga diri. Dengan demikian, kata taqwa berarti menjaga diri dari terjatuh dalam kesengsaraan, akibat murka allah.

Dapat juga diartikan menjaga diri dari siksa Allah. Ataupun juga diartikan sebagai kesangupan diri untuk bersikap hati-hati dalam menjalani hidup, agar jangan sampai terjatuh dalam kesengsaraan akibat siksa Allah Swt.

Disisi lain taqwa juga merupakan kekuatan yang mampu mendorong seorang hamba untuk berbuat kebajikan, sebab motivasinya dalam hidup adalah untuk selalu berhati-hati dalam bersikap, bertutur kata dsb nya. Maka  orang yang bertaqwa selalu merasakan keberadaan dirinya adalah untuk semata-mata  berbuat kebaikan (Ibadah) kepada Allah Swt. Dari sini kiranya pengertian taqwa, secara garis besar berarti menjaga diri dari jatuh dalam kesengsaraan dengan jalan melaksanakan perintah-perintah Allah Swt dan menjauhi segala larangannya.

Kedudukan taqwa dalam ajaran islam banyak disuratkan dalam al-qur'an, misalnya : Q.S Al-hujurat : 13 mengajarkan bahwa taqwa adalah nilai tertinggi dalam hidup, Q.S Al-'araf : 26 juga mengajarkan taqwa sebagai sebaik-baik pakaian agar hidup manusia itu bisa selamat dan Q.s Al-Baqarah : 189 mengajarkan bahwa taqwa adalah kebajikan yang Haqiqi.

Maka Allah Swt telah menjadikan peringkat tertinggi dari orang yang beriman itu adalah menjadi orang yang bertaqwa dalam hidupnya. Di jadikannya taqwa sebagai alarm peringatan agar tidak melakukan hal-hal yang dapt menjerumuskan seorang manusia. Namun pangkat taqwa ini nilai jualnya tentu mahal, tidak akan bisa sembarangan peroleh kalau ingin mendapatkannya. Butuh cara, pengorbanan, ilmu pengetahuan, komitmen, petunjuk dan kemauan yang tinggi untuk memperolehnya.

Sikap kehati-hatian dalam beribadah akan menonjol dalam ibadah puasa. Banyak perkara-perkara yang kecil dan sepele pun tetap menjadi perhatian bagi orang yang berpuasa. Orang yang puasa itu ingin puasa nya benar-benar sempurna. Dan usaha penyempurnaan itu adalah salah satu dari taqwa.

Dengan puasa kita dilatih untuk dapat menahan nafsu yang bergejolak dalam diri, menahan nafsu untuk tidak menguasai (memonopoli) orang lain, menahan nafsu dari kemauan yang berlebihan kepada lawan jenis, puasa juga mampu untuk menahan marah, menahan untuk tidak berbuat yang senonoh dan lain sebagainya. Maka menahan nafsu dari segala hal yang dapat merusak nilai puasa itu juga bagian dari taqwa.

Romadhan juga disebut dengan bulan didikan bagi kaum muslimin. Selama satu bulan muslim berpuasa dan beribadah lainnya sehingga membuat dia terbiasa melaksanakan ibadah kepada Allah, baik itu ibadah vertical (langsung) kepada Allah Swt maupun secara Horizontal (hubungan kepada sesama ciptaan Allah). Artinya ibadah maghdah dan ghoiru maghdah yang dilatih selama bulan romdhan hendaknya menjadi didikan bagi kaum muslimin untuk tetap terbiasa dibulan lain. Sehingga dibulan-bulan lain juga begitu hendaknya semangat dan motivasi ibadahnya.

Dari berbagai proses ibadah yang kita jalankan selama bulan romadhan semuanya bermuara kepada satu tujuan yaitu didikan untuk menumbuhkan perasaan akan kehadiran Allah Swt dimanapun kita berada.

Di saat sepi, di  saat ramai, disaat sendiri atau bersama orang lain, Allah Swt selalu hadir. Inilah yang disebut dengan Muraqabatullah, dan inilah ciri keimanan yang sangat tinggi. Dan itulah sesungguhnya maksud dan fungsi dari ibadah puasa dalam usaha peningkatan taqwa bagi umat islam dihadapan Allah Swt.

Merenungkan dan mengambil hikmah-hikmah yang terkandung dalam perintah wajib berpuasa dibulan romadhan akan membuat kehidupan lebih baik, terarah, ikhlas, merasa diawasi selalu oleh Allah, disiplin waktu, semangat ibadah, dan punya kepekaan social yang tinggi.

Maka diakhir bulan romdhan nanti juga ada penyucian diri kembali suci dengan membayarkan zakat Fitrah. Maka dimensi-dimensi inilah sesungguhnya yang akan kita peroleh dalam bulan romadhan ini, betapa agungnya, betapa mulia nya dan betapa maha baiknya bulan romadhan bagi kaum muslimin jika sekiranya mau mengambil hikmah dan didikan yang diberikan Allah Swt dibulan romadhan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun