Mohon tunggu...
Andi Nurroni
Andi Nurroni Mohon Tunggu... Administrasi - Ayah dua anak, tinggal di Pangandaran

Menulis di waktu senggang

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Pak Prabowo, Please Angkat Komeng Jadi Mendag

20 Februari 2024   09:34 Diperbarui: 20 Februari 2024   09:34 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Komedian Komeng menjadi sensasi dunia politik usai panen suara dalam pemilihan DPD RI dapil Jawa Barat, 14 Februari lalu. Kini publik pun mulai membayangkan bagaimana pria 53 tahun itu akan menjalani debutnya sebagai senator.

Tulisan ini merupakan kesan bercampur imajinasi liar saya merespons kehadiran Komeng di dunia politik tanah air. Mengikuti sepak terjang Komeng sejak program Spontan di televisi, saya punya asumsi kuat bahwa dia memang layak menjadi pejabat publik.

Salah satu pos jabatan yang patut dipertimbangkan untuk Komeng menurut saya adalah Menteri Perdagangan. Berikut adalah alasannya:

Kemenangan Komeng dalam Pemilu lalu menunjukan sejumlah keunggulan secara konseptual. Bagi para praktisi bisnis, apa yang dilakukan Komeng mudah dikenali sebagai pilihan-pilihan strategi di dunia bisnis.

Saya rasa ini bukan sekedar kebetulan atau cocokologi, mengingat Komeng ini adalah seorang Sarjana Ekonomi. Ia bahkan sempat kuliah di dua kampus bisnis yang berbeda.

Kita lihat beberapa contoh ilmu bisnis yang diterapkan Komeng dalam usahanya memenangkan kontestasi pemilu:

Positioning
Positioning adalah seni mengenali potensi internal untuk bisa mengambil posisi unik dalam persaingan untuk memaksimalkan raihan market.

Pilihan Komeng menjadi calon anggota DPD merupakan keputusan tepat. Di saat teman-teman artisnya bergabung dengan parpol dan memilih jalur DPR RI atau DPRD, Komeng  membidik posisi senator yang memiliki lalu-lintas persaingan rendah.

Dengan memilih menjadi calon anggota DPD, Komeng secara otomatis tidak diperbolehkan berafiliasi dengan partai politik. Ini tentu menjadi keuntungan tersendiri karena Komeng tidak harus mengorbankan reputasi dia sebagai seniman yang perlu menjaga jarak aman dari pusat politik kekuasaan.

Dengan menjadi seorang non-partisan, dia juga tidak punya hutang politik kepada pihak tertentu, sehingga membuatnya tetap leluasa menjalankan tugas-tugas social-control seorang komedian.

Dia pun tentunya akan terhindar dari perdebatan "like or dislike" dari para penggemarnya yang telah memiliki preferensi partai politik tertentu.

Jika Komeng menjadi Mendag, kecerdikan yang dia miliki dalam memilih positioning mudah-mudahan bisa membantu Indonesia yang hari ini belum banyak bicara di panggung perdagangan dunia.

Kasus dijegalnya sawit Indonesia di Eropa, banjirnya produk tekstil China di dalam negeri, hingga kebijakan impor beras, hanya sedikit contoh kelemahan Indonesia dalam memainkan positioning dalam perdagangan global.

Product-Market Fit
Indikasi awal kesuksesan sebuah usaha ditandai dengan adanya kecocokan antara produk yang ditawarkan dengan target pasar. Dalam kasus Komeng, sang komedian menawarkan diri sebagai penyejuk di tengah panasnya tensi politik pemilu. Komeng menjadi jeda humor yang membawa kebahagiaan bagi pemilih, termasuk bagi para panitia penyelenggara.

Sekali lagi, hal ini bukan kebetulan. Lihatlah pose nyeleneh Komeng di kertas suara. Dia sengaja memantaskan diri untuk dipilih sebagai seorang humoris yang menghibur.

Sebagai sebuah produk bisnis, Komeng hadir di waktu yang tepat bagi orang-orang yang membutuhkan.  Di tengah tidak populernya calon-calon lain, Komeng datang sebagai kejutan yang tidak bisa ditolak.

Terbukti, Komeng menjadi figur paling dikenal oleh pemilih dalam deretan 54 calon senator yang bersaing mewakili Jawa Barat. Gerakan memilih Komeng berlangsung secara organik dan spontan (uhuy) di TPS-TPS di Jawa Barat.

Ketepatan Komeng dalam merancang "product-market fit" ini mudahan-mudahan bisa membantu Indonesia yang sering kali gegabah dalam mendesain produk.

Sebut saja produk nikel yang jadi polemik. Anjloknya harga nikel dunia yang kini mengancam keberlangsungan industeri tersebut, seolah tidak bisa diprediksi oleh para penggagas kebijakan.

Belum lagi masalah-masalah yang ditimbulkan, seperti ramainya kehadiran TKA, isu kerusakan lingkungan serta isu keselamatan kerja. Hal tersebut menunjukan Indonesia belum pandai dalam mendesain produk-produk andalannya.

Marketing Gerilya, Tekan Biaya Produksi
Dalam dunia bisnis, salah satu cara meningkatkan profit adalah dengan menekan biaya produksi. Hal itulah yang dilakukan Komeng.

Dia tidak menghabiskan modal jor-joran untuk marketing konvensional seperti memasang pagar baliho atau iklan-iklan berbiaya mahal di internet.

Sebagai gantinya, ia memilih model marketing gerilya (guerilla marketing). Itulah istilah bisnis yang menjelaskan foto aneh Komeng di surat suara.

Dengan alokasi biaya yang sangat rendah, Komeng seharunya tidak terpikir korupsi untuk mengembalikan modal. Alih-alih mencuri uang rakyat, dia bisa fokus berkarya dan mengabdi untuk bangsa, khususnya warga Jawa Barat.

Sikap Komeng ini tentu menunjukan kebijaksanaan, intelektualitas serta integritas yang bisa berarti banyak saat dia menjadi Mendag.

Besar harapan, dia tidak akan menjadi menteri yang korup dan akan bijaksana dalam mengelola uang rakyat.

Branding yang Konsisten
Masih ingat iklan sepeda motor ikonik yang dibintangi Komeng? "Yang Mahal Semakin di Depan" ujar Komeng dengan baju compang-camping.

Seperti slogan si motor, Komeng kini selangkah lebih di depan dibandingkan sebagian besar koleganya di dunia hiburan. Sebagai produk, Komeng tetap menjadi brand klasik yang teguh bertahan di tengah gempuran persaingan.

Lestarinya Komeng di dunia hiburan tidak lepas dari konsiatensi dia dalam membangun citra diri. Sejak awal kita mengenal Komeng, seperti itulah dia sampai hari ini.

Maestro komedi dengan ciri khas banyolan ceplas-ceplos yang menabrak sistem nalar orang-orang normal. Ia pun konsisten dengan kehidupannya yang sederhana dan jauh dari pemberitaan negatif.

Soal branding, jelas Indonesia punya masalah besar. Sebagai negara dengan populasi nomor empat dunia, negara ini kalah terkenal dibandingkan Bali, provinsi andalannya.

Dengan ide-ide nyeleneh, Komeng sebagai Mendag tentu bisa menjadi teman ngopi Menteri Pariwisata untuk bersama menjual Indonesia ke luar negeri.

Leadership
Kamu yang membaca tulisan ini barangkali sesekali tersenyum membayangkan ide gila Komeng menjadi Mendag. Pertanyaannya seberapa mungkin ide ini bisa terwujud? Kita coba cek kemungkinannya.

Mari kita mulai dengan premis sederhana, "Kalau Gibran saja bisa jadi Wapres, kenapa Komeng tidak bisa jadi Mendag?" Hehe....

Soal akses dan support system politik, sebenarnya Komeng juga punya modal. Jauh sebelum Komeng menjadi pesohor, dia juga sama seperti sebagian anak muda biasa, kuliah dan ikut organisasi mahasiswa.

Tidak banyak yang tahu, rupanya Komeng saat mahasiswa adalah aktivis HMI. Ini tentu merupakan tiket masuk Komeng ke lingkungan Korps Alumni HMI (KAHMI) dan jaringan anak-anak muda cendekia HMI yang punya reputasi besar di dunia politik.

Kita tahu begitu banyak tokoh terkemuka yang merupakan alumni HMI. Bahkan dua di antaranya betarung sebagai rival dalam Pilpres lalu, yalni Anies Baswedan dan Mahfud MD.

Dengan modal nama besar HMI, bukan tidak mungkin Komeng mendapat dorongan politik strategis untuk menjadi Mendag.

Bergabungnya Komeng ke HMI saat muda, terlepas dari sebesar apapun interaksi yang pernah ia alami di organisasi tersebut, menunjukan bahwa dia punya kesadaran dan motivasi untuk belajar politik dan menjadi pemimpin.

Saat ini, kepemimpinan Komeng akan diuji di Senayan sebagai senator mewakili Jawa Barat. Semoga tidak butuh waktu lama untuk Pak Prabowo sadar bahwa Komeng sangat layak untuk mengisi posisi Mendag.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun